September 11, 2017

Mau Jadi Penulis Pro? Cobalah Jadi Penulis Kejar Honor

Kalau Kamu Memang Ingin Jadi Penulis Profesional

Pernahkah terlintas dalam pikiranmu bahwa penulis terkenal, punya nama, kaya secara material dan hidup ala selebriti di berbagai dunia panggung sebenarnya hanyalah penulis biasa saja. Penulis yang siapa saja sebenarnya bisa menuliskannya. Anda pasti ingin klarifikasi? Masa Sih? Cobalah perhatikan. Berbagai  tayangan live Show  di Televisi, terserah  apa genrenya, ada banyak  penggemar dan berhasil menghasilkan “bintang” bintang  tenar, kaya raya dsb dsb. Apakah tayangan atau show itu memang bagus? Nope! Belum tentu? Memang ada yang bagus tetapi lebih banyak lagi yang biasa-biasa saja. Lalu apa intinya? Ya lihatlah industeri yang melahirkan bintang dan mega bintang nya itu. Merekalah yang punya hajat, merekalah yang punya “selera” dan merekalah yang menentukan mana bintang yang Top dan mana yangTop sekali.
Nah di sanalah bedanya. Kalau banyak anak muda yang ingin jadi penulis Idola, berkarya, dan kaya raya maka jadilah bagian dari “pentas Show” yang diusung oleh industeri penerbitan. Bukan apa-apa. Karena begitu mereka berhasil menjadikan sebuah buku “Booming”, maka perhatikanlah hanya dalam hitungan minggu akan muncul lagi buku-buku baru yang lebih hebat, yang lebih “booming” dari yang sebelaumnya. Padahal hanya dalam tenggat waktu yang demikian terbatas?  Kapan Penulisnya bisa menuliskannya? Karena mesin industeri penerbitan itu bekerja, mereka mampu mendikte selera; anda kalau tidak membaca buku terbitan mereka, pasti anda tergolong kuno. Nggak tahu jaman, nggak gaya, nggak ngarus dst dst. Hanya satu tindakan yang harus anda ambil. Membeli buku mereka, dan menyebut sang Penulisnya sebagai “penulis hebat, penulis cerdas” yang dilahirkan zaman. Kalau anda berani menyebut yang sebaliknya, maka anda pasti dibilang tidak punya akal sehat dan anda memang orang yang tidak bisa mengikuti zaman. Itulah dunia panggung. Industeri memang harus mampu membuat panggung- panggung yang melegenda. Tanpa itu rasanya sepi. Masalahnya? Apakah anda berada dalam “radar” mereka? Kalau tidak ya anda hanya akan jadi sekedar penulis professional. Memang tidak kaya sekali, tetapi anda layak hidup seperti para professional lainnya. Mungkin tulisan ini akan sedikit banyak bisa membantu anda untuk menjadi penulis professional.

Penulis Yang Tahu Selera Pasar

Penulis Yang Tahu Selera Pasar   Tapi jangan salah persepsi, setiap segmen ( niche) mempunyai pasarnya sendiri-sendiri. Ada pasar yang ramai, tetapi hanya diminati oleh para pembaca yang menengah ke bawah. Sebaliknya ada juga segmen yang sebenarnya tidak banyak peminatnya, tetapi umumnya disukai oleh mereka yang punya daya beli. Dan banyak lagi ragamnya. Sekarang memang semua sudah ada “perangkat” atau “tool” yang bisa membantu anda. Anda bisa membaca selera pasar pada segmen yang anda suka lewat “Google” jelasnya “Google Keyword Planner” atau berbagai software yang memungkinkan anda tahu dengan benar, seperti apa sebenarnya “realitas” segmen yang akan anda kan tulis.

Begitu anda happy dengan segmen yang akan anda tulis, maka lakukanlah Riset perihal segmen yang akan anda tulis. Riset di sini adalah lewat “dektop” publishing artinya riset lewat berbagai tulisan Online terkait segmen yang akan anda tulis tersebut. Ingat kalau melakukan riset, perhatikan obyek yang anda riset; pilih juga kredibilitasnya.  Anda harus telaten saat dimana anda memanfaatkan data apa adanya dan pada saat yang mana harus memilih data dari sumber-sumber yang punya kredibilitas. Misalnya dari kalangan penerbit atau harian yang sudah punya jam terbang puluhan tahun; dari data atau publikasi kalangan universitas ternama; serta publikasi yang bisa anda yakini kredibilitasnya. Kemudian yang juga tidak kalah menariknya.  Apakah nantinya anda dalam menerbitkan buku tersebut hanya mengandalkan pada para penerbit “Mayor” yang memang hidupnya hanya dari dunia penerbitan Buku? atau anda terbitkan sendiri lewat pola “Selfpublishing” yang memadukan website pribadi, website toko Online sendiri serta memanfaatkan website mall; seperti Bukalapak com, Tokopedia com, Lazada, Alibaba, Amazon com Dll. Anda bisa memanfaatkan berbagai media website anda sendiri dengan kombinasi website pro yang memang sudah ada di pasar yang bisa anda manfaatkan secara gratis.


Perlu Disiplin dan Mampu Memotivasi Diri

Seperti kata seorang sahabat, kalau masih menulis hanya dengan mengandalkan mood, pertimbangkan ulang cita-citamu untuk jadi penulis profesional! Karena bagaimanapun tak bisa hanya mengandalkan mood. Penulis yang profesional memperlakukan aktivitas menulisnya sebagai sebuah pekerjaan yang tetap harus dilakukan setiap hari, tanpa peduli mood dan situasi hati. Tak peduli habis patah hati, gagal ujian, atau baru saja bertengkar dengan pacar, atau isteri dan tak ada alasan untuk tidak menulis. Ada banyak hal yang orang lupa kalau melihat dunia seorang penulis. Ibarat rutinas seorang prajurit professional, menulis juga harus punya jadwal-jadwal yang sudah tersusun dan telah dipraktekkan dengan baik. Seorang prajurit kegiatannya dikerangkakan oleh waktu dan waktu. Jam 06.45 dia sudah harus apel pagi ( apel nya memang jam 07.00 tapi dia sudah harus di posisi apel 15 menit sebelumnya, itu berarti sudah harus bangun jam 04.30). Kegiatan Apel pagi diikuti dengan rutinitas senam pagi, dan nanti baru selesai jam 08.00 Kegiatan berikutnya sesuai dengan tugasnya masing-masing sampai Isoma ( istirahat Sholat makan siang) pada Jam 13.30. Kegiatan berikutnya sampai Jam 15.00. Diikuti Apel Siang.Jam 16.00-17.30 kegiatan ekstra;  Jam 21.00-21.30 Apel malam dst dst.


Dalam kerangka waktu yang seperti itulah mereka membina kesegaran atau kesemaptaan tubuh, ketrampilan bela diri, kemampuan profesionalnya dst dst. Kehidupan seperti itu sudah jadi suatu ritme. Dalam garis besarnya mereka mempunyai waktu –waktu yang bervariasi sesuai satuannya masing-masing. Yakni waktu untuk penugsan di lapangan; waktu untuk pendidikan ; dan waktu penugasan di satuan. Kalau di lapangan biasanya mulai dari 3 bulan-satu tahun penugsan; pendidikan biasanya tergantung jenis dan tingkatannya dengan durasi satu bulan-satu tahun. Dengan cara itulah mereka menempa diri hingga akhirnya jadi prajurit professional. Polanya bisa jadi tidak sama persis, tetapi seperti itulah garis besarnya. Saya tahu itu, karena saya ada di lingkungan itu selama 30 tahun.
Begitupulalah seorang penulis, dia harus mempu membuat kerangka kerjanya, kerangka cara dia meningkatkan kemampuan profesi kepenulisannya sendiri, dan juga menjaga kebugaran tubuhnya. Bisa dibayangkan kalau model penulis yang dalam satu hari bisa duduk di depan Laptop 6-7 jam disamping seruputan minum kopi. Kalau dia tidak menyediakan waktunya untuk melatih kebugaran tubuh minimal satu jam per hari. Maka percayalah dia akan tidak pernah sampai di sana (jadi penulis professional). Hanya dalam tubuh yang sehatlah maka akan muncul kemampuan menulis yang baik dan professional. Bahwa penulis itu selama ini dipersepsikan seperti kehidupan seniman, yang bekerja hanya kalau lagi mud, penuh sensasi dan berbagai atribut kesenimanan lainnya. Percayalah itu semua hanya sebuah persepsi yang keliru. Penulis professional itu justeru hidupnya penuh disiplin, bahkan melebihi disiplinnya seorang prajurit. Kenapa? Karena dia harus mampu mengatur jadwalnya sendiri. Mengatur strategi bagaimana ia mendapatkan penghasilan; bagaimana ia meningkatkan kemampuan profesionalnya dan menjaga stamina tubuhnya sendiri dan membina keluarganya. 

BerkaryaLah Dengan Hati

Kalau berkaca pada buku-buku yang diminati oleh banyak orang, dapat dipastikan buku tersebut adalah buku yang bisa mewakili kepentingan banyak orang pula. Di tulis dengan hati dalam bahasa yang disenangi oleh para pembacanya. Buku yang mampu memecahkan persoalan para pembacanya serta memberi solusi jalan keluar yang paling baik dari kondisi yang ada. Buku yang baik itu ternyata, adalah buku yang juga bermanfaat, menghibur dan memberikan solusi. Jadi tidaklah berlebihan kalau disebutkan bahwa buku yang baik itu juga adalah buku yang ditulis oleh ahli pada bidangnya. Seorang ahli yang tidak mesti mempunyai gelar akademik, tetapi seorang ahli yang sudah terobsesi sejak ia mulai manaruh minat pada bidang yang ia senangi. Jangan salah sangka, ahli dalam menghayal bukanlah sesuatu yang bisa didapatkan semua orang, ia tidak memerlukan gelar akademik tapi kemampuannya berhayal di kagumi dan disukai oleh banyak orang. Khayalan kalau dituliskan oleh ahlinya adalah sesuatu yang sangat menghibur dan itu disukai oleh banyak orang.
Jika mau melongok pada kunci keberhasilan mereka, sebenarnya ada benang merah yang dapat kita temukan. Penulis-penulis sukses itu menetapkan target pembaca yang jelas, menulis dengan bahasa yang disukai pembaca, mereka juga tak menutup diri pada kesempatan menulis semata. Tapi bisa memanfaatkan kepenulisan mereka untuk berkarya di bidang lain yang juga tidak kalah menariknya. Artinya kemampuan menulis itu bisa lebih bermakna kalau berada di tangan yang benar dan jadi sahhabat banyak khalayak. Kita bisa melihat anak-anak muda yang memanfaatkan talentanya sebagai sebuah jembatan baru menuju keberhasilan yang tidak kalah menariknya. Misalnya Dewi Lestari disamping sebagai penulis, ia juga menulis skenario untuk bukunya yang diadaptasi menjadi film. Bernard Batubara bekerja sebagai editor untuk sebuah penerbit yang banyak menerbitkan buku anak muda, Raditya Dika sering menjai host di beberapa acara televisi dan rajin mengisi pelatihan penulisan kreatif di berbagai kota. Mereka juga menikmatinya dan tentu juga mendapatkan imbalan yang menarik pula.
Jadi sebenarnya, pekerjaan sebagai penulis itu membuka banyak pintu kesempatan, yang tentunya dapat menghasilkan berbagai peluang berikutnya.  Karena itu jangan terpaku pada kemampuan menulis sebelas jari, tetapi selalulah kembangkan kemampuan diri, dan manfaatkan perkembangan teknologi. Penulis zaman sekarang dituntut untuk bisa memanfaatkan perkembangan teknologi Online, teknologi website. Tidak terbayangkan, seorang penulis di era digital ini tetapi tidak mampu membuat website. Tidak terbayangkan seorang penulis zaman sekarang yang tidak bisa memanfaatkan berbagai software untuk menggandakan tulisan dengan “spinner” atau tidak bisa memanfaatkan teknologi pembuatan video dalam tulisannya dan masih banyak lagi. Seorang penulis, sama dengan seorang professional lainnya di tuntut untuk selalu ada dalam arus utama teknologi keahliannya itu sendiri.

Kalau mau bisa menulis dengan bagus, maka mau tidak mau kamu juga harus rajin baca buku bagus terus menerus! Ingat! Ibarat anda sebagai penjual Bakso, maka jangan hanya fokus pada resep Baksomu semata. Tetapi cobalah juga berkunjung ke tukang tukang penjual Bakso lainnya. Bagaimana mereka menyusun warung Baksonya, ruangan kulakannya, cara penyajiannya dan bahkan cara menghidangkannya. Ibarat buku, kadang isinya sudah sangat cukup bagus, tetapi karena di cetak secara sembarangan dengan design dan lay out seadanya. Ya juga nggak bakalan laku. Karena itu seorang penulis harus juga sering melakukan komparasi dalam semua lini kepenulisannya dan kemudian menuliskan karyanya dengan sepenuh hati. Karya yang dituliskan dengan semangat memberikan ke senangan pada pembacanya.

August 25, 2017

Pustaka Berjalan, Menularkan Budaya Membaca Versi Garut


komunitas Pustaka Berjalan Garut-Kompas.id

Kesadaran masyarakat untuk membaca masih rendah. Apalagi, gawai semakin canggih, banyak yang semakin malas membaca buku. Dengan kondisi itu, sekelompok mahasiswa membentuk komunitas Pustaka Berjalan untuk menularkan hobi membaca. Bagi Dicki Lukmana dan Dzikrilah, memerlukan keberanian dan percaya diri untuk membuat sebuah perpustakaan umum. Dua mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Garut, Jawa Barat, meski berpenampilan rambut gondrong punya perhatian khusus pada minat baca masyarakat.
Dimulai dari kebiasaan membaca buku, mereka sering menggembol ransel yang penuh dengan buku-buku bacaan. Satu ransel ukuran 16 liter bisa diisi sampai 10 buku bacaan.Awalnya, mereka hobi membaca buku tentang apa saja. Sayangnya, koleksi buku yang terus bertambah, tertumpuk tidak terurus. Untuk itu, mereka rela meminjamkan bukunya kepada teman-teman di kampus. Lama-kelamaan Dicki dan Dzikri dilabeli sebagai Pustaka Berjalan (Puber) oleh teman- temannya. Apalagi, mereka selalu membawa tas yang penuh dengan buku-buku.
“Kami dijuluki si ‘puber’ karena tas kami selalu penuh dengan puluhan buku,” ujar Dzikri ketika ditemui di lapaknya di sekitar alun-alun Jalan Ahmad Yani, Garut, Jumat (11/8) lalu.Seiring berjalannya waktu, mulai November 2016, Puber memberanikan diri membuka lapak di beberapa acara, seperti di acara musik, festival sekolah, dan seminar. Di situ, siapa saja boleh membaca koleksi buku mereka.“Koleksi buku-buku kami lumayan variatif, mulai dari novel, sastra, sejarah, pengetahuan sampai buku cerita anak. Kalau yang paling sering dipinjam biasanya novel dan sejarah,” kata Dicki.
Lalu, dua bulan kemudian, mereka memberanikan diri menggelar lapak di tempat umum. Mereka melihat fasilitas tempat membaca umum di Garut masih sedikit. Hanya ada satu perpustakaan umum daerah.“Kami berangkat dari kesadaran kalau fasilitas tempat membaca umum di Garut masih minim. Nah, kami, kan, punya koleksi buku yang cukup banyak, ya, sudah dibawa saja ke kampus untuk buka lapak. Dan, sekarang kami buka di tempat umum, seperti di Alun-Alun Garut,” kata Dicki.
Menurut Dicki, koleksi buku-buku di perpustakaan umum, kebanyakan sulit dipahami oleh orang awam. “Sebenarnya, minat baca masyarakat memang bagus. Namun, karena orang-orang malas ke perpustakaan dan juga koleksi bukunya lebih spesifik untuk kalangan tertentu,” katanya.Sejak Januari 2017, Puber membuka lapak di Alun-Alun Garut. Mereka yang bergabung ke komunitas untuk merelakan bukunya dibaca dan dipinjam pun semakin bertambah. Saat ini, ada delapan anggota Puber yang aktif. Sementara pengunjung yang datang bisa berasal dari mana saja. Bukan hanya membaca buku di tempat lapak, pengunjung juga bisa meminjam dengan catatan harus dikembalikan dalam waktu dua minggu.
Tak ketinggalan pedagang yang ingin membaca buku pun datang ke lapak Puber. “Lapaknya sangat menarik, ragam buku yang banyak membuat pengetahuan saya bertambah. Walaupun saya hanya tukang gorengan, saya juga perlu membaca untuk menambah pengetahuan saya,” ujar Endang, pedagang gorengan di sekitar alun-alun. 
Menambah koleksi
Semakin banyaknya peminat membuat Puber bersemangat menambah koleksi buku-bukunya. “Buat penambahan buku, kami menerima donasi buku, dengan membangun jaringan dengan komunitas-komunitas lainnya. Kadang-kadang ada juga pengunjung lapak baca yang sengaja datang untuk berdonasi,” kata Dicki. Saat ini, jumlah buku yang mereka miliki sebanyak 200 judul. Buku yang mereka dapatkan adalah hasil dari swadaya dan milik pribadi. Puber mengharapkan kehadirannya bisa meningkatkan minat baca masyarakat Garut. Apalagi untuk membaca di tempat ini semuanya gratis, tidak dipungut biaya.
Salah satu hal yang unik dari Puber yang hampir semua anggotanya berambut gondrong. Sampai-sampai mereka membuat diskusi terbuka tentang “Rambut dan Komoditas”. Hal tersebut dilakukan untuk mengenalkan Puber ke masyarakat, dan mengubah pandangan orang lain tentang rambut gondrong. Diskusi merupakan cara Puber untuk untuk menambah aktivitas. Dua minggu sekali, mereka mengadakan diskusi umum yang dinamakan ngumpul heula (berkumpul dulu). Pertemuan tersebut diadakan di awal dan pertengahan bulan. Untuk menambah inspirasi Puber juga kerap kali hiking (naik gunung). “Selain ngelapak, kita ngumpul buat diskusi tentang hal yang lagi hits saat ini, kita juga sering naik gunung,” ujar Dicki.

Tak hanya lapak membaca, Puber juga mempunyai agenda untuk membantu perpustakaan desa yang teringgal. Saat ini, Puber sedang membantu perpustakaan di Cigintung, Kecamatan Singajaya, Garut, karena kurangnya sumber daya manusia.Untuk ikut bergabung dengan Puber, syaratnya harus sering kumpul dan membantu acara. Sebenarnya, bukan hal yang di sengaja anggota Puber berambut gondrong. “Rambut gondrong hanya identitas. Semoga saja bisa mengubah anggapan masyarakat tentang rambut gondrong yang identik dengan premanisme,” ujar Dicki. (SIE/*)
Sumber : https://kompas.id/baca/gaya-hidup/2017/08/22/menularkan-budaya-membaca-ke-urang-garut/

July 18, 2017

Mau Menjadi Penulis Best Seller Pake Cara Ini

MENERBITKAN BUKU DI PENERBIT BESAR DAN MERAIH BEST-SELLER  BUKAN LAH SEKEDAR IMPIAN!
Sebuah panduan untuk penulis pemula yang ingin menerbitkan buku pertamanya. Langsung dipandu oleh Fachmy Casofa, seorang penulis, editor berpengalaman, dan praktisi perbukuan sejak 2009, yang dari tangan dinginnya telah melahirkan banyak penulis meraih best-seller di buku pertamanya.
Semua rahasia itu tersaji di sini. Kini saatnya kamu yang merasakan keajaibannya!
Lihat Apa Kata Ardining Tyas Pitaloka

“Menulis buku adalah IMPIAN para penulis dan sebagian orang yang ingin menjadi penulis. Impian ini tetap menjadi khayalan tanpa tindakan konkret. Memang membosankan dan bisa menyebalkan ketika mendengar saran ‘menulis saja’, saran yang tidak jarang membuat para pemimpi semakin tercekat, seperti ikan yang meliuk indah di lautan dan terlempar ke daratan. Impian, seperti juga ide, seindah apa pun tidak akan bernilai tanpa implementasi. Nilai yang mahal tersematkan pada tindak nyata, karena melewati serangkaian proses: merenung, bongkar-pasang ide, menarikan jemari di atas keyboard tetapi ternyata harus diganti, membaca referensi, wawancara, blocking/stuck alias bengong, memilah penerbit, mengirimkan naskah ke penerbit, menanti hasil review, revisi, hingga menanti kabar penjualan dan sambutan pembaca.
FACHMY CASOFA, dengan pengalamannya bertahun-tahun dan berpuluh buku yang telah ditulis, termasuk menjadi editor mencoba mewujudkan janji di awal buku ini untuk menuliskan MANTRA MENJADI PENULIS dengan cara serenyah mungkin. Mungkin ada sebagian orang yang bersikukuh bahwa menulis adalah tentang kemauan, dan mengernyitkan dahi kala mendengar pelatihan menulis. Namun, bagi sebagian lain, pelatihan itu penting.
Fachmy Casofa dengan bahasa yang bertutur, MEMAPARKAN STRATEGI dan menebar semangat. Pembaca diajak berbicara, alih-alih menggurui. Selayaknya dialog, terkadang pembaca bisa dibuat masam juga dengan ‘narsisme’ Fachmy Casofa. Akan tetapi, tak perlu sakit hati, karena bukankah kita sering melakukan ini kala berbincang dan bercanda dengan kawan akrab? Kelebihan ‘obrolan’ dengan Fachmy adalah PENGALAMANNYA SEBAGAI EDITOR yang juga mengetahui seluk-beluk penerbitan.
Buku ini seperti ‘MANUAL BOOK’, tidak hanya untuk pemula melainkan juga para penulis yang ingin terus meningkatkan kualitas dan produktivitas. Bagi para pemula, beragam mitos yang beredar di kepala calon penulis akan TERJAWAB di sini. Pasti tidak semuanya, karena itu penulis menyediakan diri untuk melanjutkan obrolan via email. Saya yakin, Anda juga boleh protes, atau memuji!”  Amazing!

Ardiningtiyas Pitaloka

Founder KonsultanKarir.com dan penulis 4 buku best-seller bertema karier
Siapa Sih Fachmy Casofa?

Fachmy Casofa adalah penulis 25+ judul buku, Co-Founder dari Institut Penulis Indonesia, dan deklarator Asosiasi Penulis Profesional Indonesia. Salah satu karya saya yang masyhur adalah buku best seller hasil kolaborasi dengan BJ Habibie (yah, mantan Presiden RI ke-3 itu) dengan judul Habibie Tak Boleh Lelah dan Kalah! dan ikut ambil bagian dalam delapan buku tentang BJ Habibie yang terangkum dalam Habibie The Series yang diterbitkan dalam rangka ulang tahun BJ Habibie ke-80.
Selain itu, juga mengerjakan beberapa biografi sosok terkenal lainnya seperti Gamal Albinsaid yang merupakan CEO dari Indonesia Medika yang meraih penghargaan dari Pangeran Charles di Inggris, dan membantu penerbitan buku pertama dari Silka Mitrasari (Founder dari Silka Clothing), Adjie Silarus pendiri SukhaCitta, Natali Ardianto (Co-Founder dari Tiket.com) dan karya-karya hebat lainnya.
Tak hanya itu, saya juga rutin mengisi workshop kepenulisan di berbagai daerah, seperti Jakarta, Bandung, Padang, Semarang, Solo, dan kota-kota besar lainnya, termasuk pernah berduet dalam mengisi workshop penulisan dengan Habiburrahman El-Shirazy di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Tere Liye di Universitas Diponegoro Semarang.
Uniknya, selain telah menulis puluhan buku sendiri, juga telah melakoni beragam bidang jasa penulisan, seperti menjadi ghostwriter, co-writer, hingga penulis biografi, dan menggawangi beberapa media online.
Kini, bersama rekan-rekan kreatifnya, mendirikan Enxyclo Brand Therapist, yang membantu memberikan solusi komunikasi visual yang efektif demi memenangkan digital marketing untuk perkembangan bisnis yang lebih baik.

APA SAJA YANG AKAN KAMU DAPATKAN DARI EBOOK INI?


BENEFIT 1  Casofa  mengemas buku ini serenyah dan mencakup pengetahuan yang secukup mungkin, agar para penulis pemula yang ingin menaklukkan dunia penerbitan tak perlu lagi bertanya ke sana dan kemari tentang selukbeluk pernaskahan dan penerbitan. Buku ini bukan hanya tentang bagaimana menulis buku, namun juga bagaimana menerbitkan buku. Sebuah pengetahuan yang langka, bukan? Kebanyakan, para penulis yang menulis tentang tema seperti buku ini, hanya berkutat pada panduan menulis dan berbagi tentang trik menulis, tanpa pernah memberi tahu bagaimana sebuah industri penerbitan bekerja.
BENEFIT 2  Memangnya, mengapa juga kita harus mengetahui bagaimana cara industri penerbitan bekerja? Agar kita tahu, apa yang menjadi dasar-dasar kerja mereka sebagai industri, dan bagaimana bisa mengompromikan karya kita kepada mereka. Dengan begitu, akan terlahir sebuah sinergi yang manis antara penulis dengan penerbit, sehingga lahirlah karya yang bagus, laku, dan bermutu. Bukankah itu yang sepatutnya menjadi impian kita semua sebagai penulis?
Oleh karena itu, Casofa menggabungkan dua hal dalam buku ini, yakni wawasan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang penulis untuk membuat buku pertamanya, dan wawasan tentang bagaimana industri penerbitan bekerja.
ENEFIT 3  Menulis buku adalah candu. Bagaimana tidak, saat mengerjakan sebuah buku, memang kelelahan—tapi kelelahan yang mengasikkan—akan menerpa kita dengan derasnya. Akan tetapi, saat berhasil menyelesaikannya, terasa seperti mendaki gunung dan kita sampai puncaknya. Lelah di awal, namun bahagia pada akhirnya. Serunya lagi, kita tidak kapok melakukannya. Sekali kita berhasil melakukannya, kita bahkan ingin melakukannya lagi dan lagi. Begitu terus.
Mengapa kita terus kecanduan untuk menulis? Karena otak kita terus terasah dan intelektualitas kita terus berkembang. Itulah mengapa seseorang yang telah berhasil menulis satu buku, dia juga penasaran dan ngebet untuk menulis buku keduanya.
Yang pasti, ebook ini memang saya hadirkan sebagai JAWABAN bagi siapa pun yang ingin menuangkan gagasannya lewat MENULIS BUKU, akan tetapi tidak mengerti apa yang harus dilakukan pertama kali, dan apa saja yang diperlukan untuk menembus penerbit.
Cara terbaik untuk belajar adalah dengan belajar langsung kepada ahlinya. Dia bisa disebut ahli, bila memang telah membuktikan dengan karya, memiliki track record pekerjaan yang baik dalam waktu yang panjang, dan memiliki wawasan serta pengalaman yang lebih dari yang lain.
Terasa mahal? Tunggu dulu. Bila kamu mengikutI workshop ataupun pelatihan penulisan profesional selama satu hari, biayanya adalah Rp2.500.000. Mengapa harus mengambil risiko seperti itu, sedangkan saya memberikan nilai investasi yang lebih murah dan lebih bermutu dengan pengalaman yang sudah teruji?
“Memangnya, apakah dengan membaca buku ini akan menjamin bisa menulis buku, menembus penerbit, lalu meraih predikat best-seller? Saya ini pemula banget. Saya benar-benar buta dengan penulisan dan penerbitan.”

Saya menulis ebook ini berdasarkan pengalaman, wawasan, dan juga hasil dari pengamatan dan kiprah profesional saya dalam dunia penulisan dan penerbitan. Jadi, itu tentu saja tergantung sejauh mana kamu mempraktikkan apa yang saya sarankan di buku ini.
Satu hal yang pasti, saat kamu tidak membaca ebook ini, kesempatanmu untuk bisa menaklukkan penerbit juga semakin kecil, karena kamu tidak pernah tahu bagaimana caranya. Kamu tidak pernah tahu bagaimana caranya menulis buku. Tidak pernah tahu bagaimana mengedit naskah yang baik dan benar. Tidak pernah tahu bagaimana sebuah buku diciptakan oleh penulis. Itulah pentinya ebook ini. Buktinya, mereka-mereka yang telah saya tangani berhasil menembus penerbit dan meraih penjualan laris di buku pertamanya.
Dan bila kamu perhatikan, yang memberikan testimoni seperti yang kamu lihat di atas, bukanlah orang-orang sembarangan. Bukan orang sembarangan dari antah berantah yang namanya bahkan tidak bisa kamu temukan di Google. Mereka adalah orang-orang penting di industrinya masing-masing.
Membeli panduan ini adalah investasi seumur hidup dan tak perlu membayar lagi ke depannya. Bahkan, mendapatkan banyak bonus menarik yang seharusnya dijual mahal. Dengan menmbeli panduan ini pun, justru menjadi peluang ke depannya bagi kamu untuk bisa mendapatkan penghasilan lewat menulis, karena kamu bisa menjadi seorang ghost writer, co-writer, penulis biografi, penulis artikel, content writer, dan banyak hal lainnya, yang membutuhkan satu kemampuan dasar, yakni MENULIS.
Jadi, tidak ada ruginya. Ruginya justru kalau melewatkan kesempatan ini. Sebagaimana kita tahu, keberhasilan akan datang pada siapa saja yang mau belajar, dan berani untuk segera mengambil keputusan. Saatnya kamu mengambil keputusan penting itu.

ANDA BISA DAPATKAN DISINI 


ATAU