Pengalaman
Jadi Penulis Harian Koran Lepas
Perhatikan gaya penulisan media tersebut. Demikian juga dengan gaya penulisan opininya di koran tersebut, sebab masing-masing media mempunyai standar dan selera penulisan yang berbeda.
Topik Aktual. Koran terbit setiap hari, isu berubah setiap saat. Untuk menulis topik aktual, tantangannya adalah untuk tidak hanya mengerti isu-isu terdahulu tapi juga memprediksi isu yang akan datang. Karena itu mengikuti isu yang tengah berkembang di media tersebut, namun bukan semacam berita melainkan opini dengan berbagai perspektif. Sebagai penulis opini, kita dituntut cermat menghadirkan perspektif baru untuk mengurai persolan yang tengah terjadi bahan penulisan melalui tersebut tersebut.
Ide Orisinal, Bukan Plagiat atapun Kompilasi. Terka dang data didapat dari tulisan lain. Tapi yang perlu diperhatikan, jangan sampai data itu justru menjadi yang utama dalam tulisan. Kembangkan ide terlebih dahulu baru kemudian data mengikuti.
Mengirimkan artikel ke Koran atau umumnya kolom opini di media massa, mungkin menjadi dambaan bagi para penulis. Entah menulis untuk koran berskala nasional atau pun lokal, yang jelas ada prestise tersendiri bagi penulisnya serta kepuasan berbagi perspektif pada masyarakat. Namun demikian, kita harus punya perhitungan, sebab kita akan bersaing dengan banyak penulis profesional. Keraskah persaingan itu? Jawabnya tentu relative. Kalau tulisan anda memang bagus dan berkualitas serta pada waktu yang tepat, maka kemungkinan artikel anda untuk dimuat besar sekali. Tetapi apakah itu suatu jaminan? Tentu tidak, sebab pada ahirnya yang berhak menentukan dimuat tidaknya tulisan anda tersebut tergantung Redaksi dan Pimpinan Redaksinya.
Dalam
upaya menulis di media arus utama ini, kita perlu banyak belajar dari penulis
lain tentang keberhasilan mereka menembus media massa. Yakni dengan membaca
artikel-artikel mereka serta memperhatikan waktu artikel tersebut dimuat. Salah satu rubrik paling polpuler adalah
opini, dimana banyak penulis profesional begitu antusias menulis di sini.
Karena itu, saya ingin mengatakannya di sini, bahwa mencoba kemampuan menulis
anda bisa diukur dari sisi ini. Meski demikian bukan berarti sebuah tulisan
yang tidak bisa dimuat di suatu kolom opini Surat Kabar berarti tulisan
tersebut jelek. Dalam hal ini ada terpaut soal selera. Tetapi sebagai calon
penulis professional hal seperti ini bisa jadi pertanda. Mampukah anda membuat
tulisan dan dimuat di Koran tersebut. Mulailah berjenjang, urutkan dari Koran
kecil di kota anda, kemudian ke kota tetangga dan seterusnya hingga Koran
terbaik di negeri ini. Menurut saya ide seperti itu akan mampu menumbuhkan
adrenalin kepenulisan anda, dan itu sesuatu yang menarik.
Saya
pernah berada pada kondisi seperti itu, tetapi motivasinya berbeda. Waktu
tahun-tahun 70 an saat masih mahasiswa di UGM Yogyakarta, saya berjuang untuk
bisa menjadi penulis Koran demi mendapatkan honornya. Saat itu belum ada
computer, belum ada wifi dan kehidupan Online. Yang ada barulah mesin tik dan
Tip Eks sebagai penghapusnya. Di tengah berbagai keterbatasan dan kegiatan
perkuliahan, saya melakukan pelatihan menulis dengan otodidak ( Kisah selengkap
nya sobat bisa lihat dibuku saya: Ketika Semua Jalan Seolah Tertutup… Menulis
Malah Memberiku Semuanya). Hasilnya setelah enam bulan berjuang barulah satu
tulisan saya dimuat di Koran Dua
Mingguan Eksponen di jalan KH Dahlan-Yogyakarta. Senangnya bukan main.
Dua bulan berikutnya, hampir semua Koran
nasional sudah menerbitkan artikel-artikel saya. Yang Paling melegakan, saya
dapat mempertahankan penghasilan honor dari tulisan saya tiap bulannya antara
17-35 ribu rupiah. Sutau capaian yang tidak sederhana. Saya masih ingat anak
bupati yang kostnya di Realino waktu itu wesselnya baru sebesar Dua puluh lima
ribu rupiah. Harga beras per Kg baru tiga puluh rupiah. Jadi harga satu artikel
di harian Nasional seperti Kompas-Sinar Harapan dan Surabaya Post waktu itu
bervariasi antara 17,500 sampai 30,000 rupiah atau setara dengan 580 kg -1000
kg beras ukuran sedang, sementara Koran Lokal seperti Kedaulatan Rakyat,
Pikiran Rakyat dan Suara Merdeka bervariasi antara 1500-2500 rupiah. Berkaca
dengan pengalaman ini maka menjadi penulis professional adalah soal kemauan.
Inilah
beberapa Tips atau kiat yang umumnya dilakukan para penulis pemula, sehingga
tulisannya berhasil menembus media. Di antaranya;
Perhatikan
gaya penulisan media tersebut. Demikian juga dengan gaya penulisan opininya di
koran tersebut, sebab masing-masing media mempunyai standar dan selera
penulisan yang berbeda.
Topik
Aktual. Koran terbit setiap hari, isu berubah setiap saat. Untuk menulis topik
aktual, tantangannya adalah untuk tidak
hanya mengerti isu-isu terdahulu tapi juga memprediksi isu yang akan datang.
Karena itu mengikuti isu yang tengah berkembang di media tersebut, namun bukan
semacam berita melainkan opini dengan berbagai perspektif. Sebagai penulis
opini, kita dituntut cermat menghadirkan perspektif baru untuk mengurai
persolan yang tengah terjadi bahan penulisan melalui tersebut tersebut.
Ide
Orisinal, Bukan Plagiat atapun Kompilasi. Terka dang data didapat dari tulisan
lain. Tapi yang perlu diperhatikan, jangan sampai data itu justru menjadi yang
utama dalam tulisan. Kembangkan ide terlebih dahulu baru kemudian data
mengikuti.
Argumentasi Logis.Logisme adalah syarat mutlak
supaya ide dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Karena, tujuan menulis
sejatinya adalah untuk menyumbangkan solusi dan tidak bertele-tele. Kurangi
kata ‘kita’. Karena kata ‘kita’ mengesankan tulisan tersebut adalah tajuk
rencana atau tulisan untuk meyapa redaksi. Sebut saja saya atau penulis kecuali
kalau sifatnya memang sudah common sense.
Mengikuti
Aturan.Perhatikan betul ejaan yang digunakan. Perhatikan pula aturan yang
ditentukan oleh redaksi, misalnya: jenis tulisan, jumlah karakter, margin,
spasi, dan seterusnya. Sebaik-baiknya tulisan tapi jika tidak mengikuti aturan
tetap akan ditolak oleh redaksi. Kemudian menggunakan Bahasa yang Sopan.Keba
nyakan media kini menerima tulisan melalui e-mail. Karena kemudahan ini,
terkadang kaidah dan etika menulis surat terabaikan. Tulislah isi e-mail dengan
sapaan kepada redaksi dan berisi maksud e-mail tersebut dengan bahasa yang
sopan. Dengan begitu, redaksi jadi lebih merasa dihormati.
Perbanyak
referensi. Sebuah tulisan akan sulit meyakinkan redaksi kolom opini jika
referensinya kurang meyakinkan, entah itu sebagai data penguat, atau teori yang
digunakan dalam menopang perspektif tulisannya. Meski referensi yang berlebihan
juga pasti akan menyebalkan, dan itu tentu tidak disukai.
Afiliasi
dalam sebuah lembaga atau organisasi. Biasanya, background seorang penulis
opini juga dipertim bangkan. Hal ini bisa dimaklumi, misalkan anda seorang
peneliti dari lingkungan Kementerian Pertahanan. Meskipun apa yang anda
tuliskan sebenarnya tidak jauh beda dari penulis lainnya, tetapi latar belakang
anda dari Kementerian terkait telah mempunyai nilai tersendiri bagi mereka.
Lagi pula Harian tersebut ada juga keinginan untuk melahirkan penulis dari
lingkungan Kementerian Pertahanan. Dari pengalaman penulis sendiri, sering
terasa ada perhatian dari Redaksi terkait dimana posisi penulisnya. Saya masih
ingat takkala penulis melakukan penegasan batas antara Indonesia dan Papua New
Guinea, semua tulisan yang saya kirimkan dari lokasi tersebut dimuat oleh media
yang saya kirimi. Begitu juga pada saat saya melaksanakan Kuliah Kerja Nyata,
semua tulisan-tulisan dari lapangan tersebut dimuat oleh media yang saya
kirimi. Kesan saya waktu itu, redaksinya seperti ingin membantu penulisnya.
Dengan kata lain latarbelakang si penulis termasuk sesuatu yang jadi
pertimbangan redaksi.
Juga
jangan lupa untuk melampirkan data diri penulis. Syarat yang satu ini juga
penting. Jangan lupa cantumkan scan KTP atau tanda diri lainnya seperti nomor
NPWP, nomor rekening (biasanya ada honor untuk penulis), dan foto diri . Untuk
syarat seperti ini, biasanya agak berbeda antara Koran yang satu dan lainnya,
karena itu perlu disesuaikan dengan permintaan media bersangkutan.( Sumber : http://www.bukuperbatasan.com/index.php/2017/03/17/pengalaman-jadi-penulis-harian-koran-lepas/)
Pernah Dengar BrandingPersonal Branding, Mantapkan Kualitas BrandingMu
Apa pula itu Personal Branding? Anda harus percaya ini. Ini sangat mendasar. Personal Branding adalah personifikasi seperti apa yang Anda inginkan Orang lain tentang diri Anda termasuk semua hal yang anda perjuangkan dan menjadi Trade Mark anda sendiri. Ya Personal branding adalah bagaimana cara Anda membangun dan memperkenalkan/mempromosikan apa yang Anda perjuangkan baik untuk karir ataupun bisnis Anda. Selama ini kita memang lebih familiar dengan penggunaan istilah brand pada produk-produk terkenal semacam Samsung, Microsoft, atau Apple. Dimana dengan mendengar Namanya saja anda sudah percaya tentang “kualitas” produk tersebut. Nah kalau anda tertarik terkait hal-hal seperti itu, maka Produk ini cocok untuk anda pertimbangkan.
No comments:
Post a Comment