June 25, 2021

Harmen Batubara Penulis Dari Perbatasan


Musim Panen adalah musim yang ditunggu-tunggu. Umumnya pada musim panen warga akan mebuatnya semenarik mungkin, sesuai dengan kemampuannya. Misalnya di sawah sudah dibuat kan panggung untuk “mardege” atau merontookan padi di dekat lungguk Padinya. Juga sudah ada tempat saung istirahat dan saung masak. Karena acaranya hanya satu hari, maka dia jadi sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Tradisi itu dimulai dari sekitar jam 09.00 ( sawah jauhnya lebih kurang 3-5 km dari kampung) dari sarapan bubur dahulu, kemudian dilanjutkan dengan acara mardege. Jam 12 an masuk  isoma atau istirahat, sholat, dan makan. Acara makan siang biasanya dilakukan dengan hidangan masakan yang “menggoda”, misalnya dengan, gulai Ikan Sale Lele dipadu dengan gule “bulunggadung” atau daun pucuk singkong, dan sambal pedas Tuktuk.. masakan khas daerah Tapanuli tetapi rasanya sebagai sesuatu yang tidak ada duanya. Ueenaknya Full.  kegiatan berlanjut hingga jam 15.00 sholat ashar dan makan kolak bisa kolak pisang, bisa singkong rebus atau lopek dan berhenti lagi saat ishoma untuk sholat magrib hingga sholat Isa dan kemudian dilanjutkan lagi sampai selesai.


Ketika Musim Panen Padi Tiba

Musim Panen adalah musim yang menghadirkan harapan bahagia, senang menyambut datangnya Panen. Banyak tradisi yang dilakukan oleh berbagai warga, sesuai tradisi nya masing-masing. Saya coba angkat kisah menyenangkan saat Manyabi atau Panen Padi tiba di Kampung Saya. Aekgarugur Tapanuli Selatan. Tradisi itu sejatinya diambil dari “Marsialap ari”. Marsialapari dalam bahasa Indonesia adalah saling mengambil hari; sederhananya berarti adalah gotong royong bergiliran. Contoh marsialapari yang dilakukan oleh 4 orang: pada hari pertama mereka gotong royong panen di sawah si A, besoknya mereka di tempat si B, besoknya lagi di tempat C, dan seterusnya hingga semua mendapat giliran.

Saat manyabi (panen) adalah saat paling ditunggu-tunggu warga baik oleh peserta marsialapari maupun anak-anak mereka. Manyabi penuh kenangan dan sangat membahagiakan karena semua dikerjakan secara bersama-sama dengan senang hati dan gembira serta makanan yang terus mengalir. Makan dengan gulai daun singkong, gulai ikan sale atau gulai telur daun singkong dengan sambal tuk..tuk Nikmatnya semua bisa rasa.

Kegiatan Panen ini mulai dari memotong padi atau menyabit, dikumpulkan ke satu tempat disebut lungguk, diteruskan dengan mardege”merontokkan padinya” dengan cara diinjak-injak seolah seperti menari. Biasanya “Saung Mardege” ini dibuat dengan pola para atau panggung dengan memakai bahan bambu. Bentuknya seperti panggung, lantainya dibuat begitu rupa, sehingga padi yang rontok bisa jatuhan ke lantai yang telah disediakan tikar sebagai penampung. Di panggung inilah bulir-bulir padi itu di injak-injak dengan kaki ( laksana menari) dan buah padi akan langsung berjatuhan ke lantai penampungan. Padi-padi ini kemudian diambil dan dilanjutkan dengan membersihkan padi (sekarang tinggal di masukkan mesin “combine harvester”, rontokkan & bersihkan padi) dengan menganginkan atau mengayaknya…baru dimasukkan ke karung.

Selesai nya pekerjaan sekitaran jam 21.00 an, dilanjutkan ngopi dengan nyamikan kue bikinan sendiri bisa dari singkong, atau pisang …selama hajatan biasanya ada juga yang mutarin lagu-lagu asli daerah itu lewat “tape recorder” masa lalu. Sungguh suatu kegiatan tradisi yang penuh gembira dengan rasa persaudaraan…yang kental…dan tidak terasa semuanya bisa berjalan dengan baik dan begitu cepat. Umumnya suasana musim panen adalah suasana musim panas berangin dengan malam yang cerah dengan sinaran rembulan…

 


Dalam hal seperti ini, saya lalu ingat masa kecil saya. Masa masih sekolah Rakyat. Ingat akan guru saya. Guru Saya itu justeru senang melihat saya kalau lagi Jual Eslilin. Beliau selalu beli eslilin saya dan setiap aku tidak mau menerima uangnya. Beliau pasti setengah marah. Ketika kecil di Kampungku. Setiap hari pasaran, hari Selasa dan kalau kebetulan hari Libur.  Saya pasti ikut jualan EsLilin. Eslilin itu dalam termos, isi 30 potong Es Lilin. Kalau laku semua kita dapat komisi 5 eslilin. Kira-kira sekarang setara Rp 25 ribu. Saya tidak akan pernah lupa nasihat guru SR ( Sekolah Rakyat, kini SD), guru idola saya  lima puluhan tahun lalu. Ketika itu kita masih di kelas 3 SR. Setiap ada kesempatan beliau selalu memberi motivasi dan selalu menyemangati. Kalau kalian ingin jadi murid bapa dan berhasil, maka inilah tugas-tugas yang harus kalian lakukan dengan baik. Pertama, kalian harus bisa pelajaran tambah, kali dan bagi mulai dari satu sampai 10 di luar kepala. Kedua, kalian harus bisa menunaikan shalat, dan bisa jadi imam dalam melaksanakan shalat. Ketiga, kalian harus bisa “berpidato” di depan kelas. Sukur kalau pidato atau cara berpidatonya menarik. Keempat, kalian harus bisa menuliskan “ceritra” dengan baik dan enak dibaca dan bisa menceritrakannya dan enak didengar. Sungguh semua nasihat beliau, aku lakukan dengan senang hati dan menurut saya yang terbaik dari yang ada. 

Bagi kalian yang ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, sekolah di Padangsidimpuan atau dimana saja, maka kalian harus bisa dan jadikan ini sebagai modalmu. Kalau kamu berhasil. Kamu akan bisa hidup senang di kampungmu  dan bisa merantau ke mana saja.  Pertama, kamu harus bisa menanak nasi. Menanak nasi dengan benar, mulai dari persiapan kayu bakarnya (waktu itu belum ada kompor, yang ada baru kayu bakar) hingga menghidangkannya. Kedua,  bisa mencuci dan menyetrika pakaian kalian sendiri (sterika juga masih pakai arang kayu atau batok kelapa, belum ada listrik). Ketiga, bisa naik sepeda (kala itu belum ada sepeda motor,sepeda juga model sepeda ontel besar). Keempat, bisa menjadi penjual”Es lilin” jajanan yang berhasil (kala itu es lilin dalam termos, Es bisa dijajakan dan kalau laku kita dapat komisi) atau penjual Sayur atau Minyak Tanah  Keliling dengan sepeda. Kelima, kalian harus bisa jadi “penyadap karet” yang baik;  Sebetulnya yang paling menarik dari ceritra beliau itu adalah ilustrasi di setiap ketrampilan yang dijelaskannya.

Kalau semua ini kalian bisa lakukan dengan baik, maka percaya sama bapa kamu akan bisa sekolah ke mana saja, ke negeri mana saja dengan “kekuatan kamu” sendiri. Sejak itu apa yang disampaikan Guru saya itu…betul-betul menjadi azimat yang saya pelajari dan ikhtiarkan agar bisa saya wujutkan; bahasa masa kininya mewujudkannya secara professional, ahli dan jadi trampil dalam bidang yang ada di lingkungan kita berada. Logikanya. Kalau kita punya ketrampilan yang sesuai atau dibutuhkan oleh lingkungan kita sendiri, maka tidak terasa kita sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan, merasa dihargai dan diterima oleh lingkungan. Dalam kondisi seperti itu kita percaya dan yakin semua “jalan, semua ketrampilan adalah Emas”. Saya sangat ingin menyampaikan pesan-pesan beliau itu kembali dalam versi Catata Blog Seorang Prajurit Perbatasan dengan bahasa  apa adanya…

Terus terang, saya tadinya tidak punya niat untuk kuliah lagi. Hal itu disebabkan keuangan orang tua dan juga belum ada contohnya anak yang berhasil kuliahnya di Kampung saya. Malah sebaliknya mereka telah menghabiskan semua kebun dan sawah orang taunya, tetapi sekolah juga tidak selesai-selesai. Tetapi sekitar dua minggu sebelum pengumuman kelulusan SMA, saya main ke sekolahan saya. Saat itulah saya baru sadar bahwa sebagian besar teman-teman saya sudah pada punya rencana kuliah. Mereka umumnya ke Medan, Padang, Palembang da nada juga yang ke Jakarta, Bogor dan Yogyakarta. Pada saat itulah hati saya berguncang, dalam hati saya sangat yakin bahwa dengan ketrampilan hidup ( bisa menderes karet, bisa bersawah, bisa berkebun, bisa berjualan sayur mayur dengan sepeda, bisa berjualan minyak tanah dengan sepeda dll) yang sudah saya lakoni di Kampung saya, maka saya percaya saya akan mampu menghidupi diri saya sendiri dan bahkan yakin mampu mengkuliahkan diri sendiri, dimanapun kotanya


Harmen Batubara Penulis Dari Perbatasan

Melihat desa tertinggal di perbatasan tentu tidak semua orang dapat “melihatnya”, karena untuk bisa melihat ketertinggalan itu hanya dapat dilakukan oleh mereka yang tahu makna “tertinggal” itu sendiri. Desa tertinggal itu, ya jauh darimana-mana. Secara fisik desa itu baru dicapai setelah melakukan “perjalanan kaki”, selama satu atau dua hari, karena memang akses jalannya belum ada. Di sepanjang jalan kaki itu, sama sekali tidak ada “warung”. Karena memang semuanya masih berupa hutan dan hutan belukar. Kemudian sampailah anda ke perkampungan tertinggal itu. Ya benar-benar kampung apa adanya. Warung sudah ada, tetapi yang di jual hanya sebatas, beras, garam dan berbagai super mie serta jajanan anak-anak berupa permen dan sejenisnya. Rokok memang ada, tetapi lebih banyak jenis tembakau dan kertas linting. Pendek kata hanya sepertiga dari keperluan sehari-hari,mereka bisa beli juga karena masih bisa dengan cara barter. Jual kelapa, kemudian beli minyak tanah dst.dst.

Berikut Buku-Buku Yang Saya Tulis

Nama Buku

Nama Buku

BumDes & BumNas Sinergis Rakyat Sejahtera

Pengamanan Perbatasan

Seleksi Masuk SeskoaD

Kopi Mandheling Lungun NasoRaSasa

Membaca Strategi Perbatasan Jokowi

Membangun Pertahanan Negara Kepulauan

Formula Sukses Bisnis Affiliasi

Batas Laut Profil Perbatasan Indonesia

Membangun Halaman Depan Bangsa

Ketika Tugu Batas Digeser

Ketika Semua Jalan Tertutup

Rahasia Sukses Penulis Preneur

7Cara Menulis Artikel Yang Disukai Koran

Persiapan Tes Masuk Prajurit TNI

Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah

Setiap Asa Bertabur Nikmat

  

Batas Negara Indonesia

Menangkan PilkadaMu

Pengelolaan Wilayah Pesisir

Mendirikan &Membangun BumDes

10 Langkah Efektif Memenangkan Pilkada

Perbatasan Tertinggal&Diterlantarkan

Formula GapTek 10 Jt Perbulan

Tapal Batas Profil Perbatasan Indonesia

Pertahanan Kedaulatan di Perbatasan

Cara Mudah Cari Uang di Clickbank

Cinta Ujung Negeri

Strategi SunTzu Memenangkan Pilkada

Papua Kemiskinan Pembiaran&Separatisme

Jadikan Sebatik Ikon Kota Perbatasan

Penetapan& Penegasan Batas Negara

Bila di diskripsikan dengan kata-kata masyarakat pedesaan perbatasan terpencil adalah masyarakat yang relatf tertutup, mempunyai ketergantungan kuat dengan alam. Melakukan kegiatan produksi yang bersifat subsistence atau peramu, sekedar mengambilnya dari alam dengan mata pencaharian serabutan. Tidak ada atau  memperoleh pelayanan sosial yang sangat minim, menyebabkan tumbuhnya tingkat kualitas SDM yang relatif sangat rendah. Namun demikian, ada juga sebagian masyarakat pedesaan terpencil, khususnya masyarakat adat, mampu menghasilkan produk budaya berkualitas tinggi seperti ukiran suku Asmat, tato suku Mentawai, pengelolaan hutan yang harmonis suku Baduy, dll.

Saya masih ingat kehidupan dikampung saya di Aekgarugur, Tapanulis Selatan di tahun-tahun 60 an. Kampung yang menghubungkan jalan raya provinsi dengan Kampung Sipotang Niari (± 20 km) lewat tengah hutan dan persawahan. Jalan memang sudah ada, tetapi masih sebatas diperkeras, hanya bisa dilewati oleh Pedati, kuda beban dan sepeda ontel. Geliat ekonomi ada, dan warung-warung di sepanjang jalan itu sudah hidup terutama oleh pelaku usaha “transportasi”, di sana sudah kita temukan tempat-tempat warung untuk pangkalan Pedati, ada pula tempat persinggahan bagi para pemilik kuda beban dan juga bagi para pelaku transportasi sepeda ontel para pemikul barang. Mereka membawa hasil bumi (padi, kopi,karet dll) dari sawah, kebun ke perkampungan di sepanjang jalan tersebut, dan kemudian membawa keperluan primer sehari-hari dan sekunder lainnya dari Kampung Aekgarugur atau Sayurmatinggi ke kampung-kapung sepanjang jalan ke Sipotang Niari. Layanan dari pemerintah masih sangat terbatas, belum ada listrik, lokasi sekolahan 4km dari kampung, tidak ada puskesmas tapi untunglah terdapat satu Rumah Sakit di Sayurmatinggi. Jadi kalau ada yang sakit dari desa Sipotang Niari maka cara membawanya adalah dengan ditandu cara sederhana. Kain sarung diusung dengan tiang bambu sebagai tandu, sipesakitan di tidurkan untuk kemudian diusung oleh dua orang, biasanya ada dua pasang tenaga “ganti” yang secara terus menerus bergantian. Jalan 20 km dengan mengusung orang sakit secara bergantian dan marathon adalah sesuatu yang biasa kala itu dan hal itu membutuhkan waktu satu sampai dua harian penuh. Sementara Rumah Sakitnya juga kira-kira setara dengan Puskesmas sekarang ini.

Meski tinggal di kampung terpencil, tetapi ke sekolah terus saja berlanjut. Sejujurnya saya juga tidak mengerti mengapa saya masih terus saja sekolah, padahal jumlah anak SR di sekolahan saya itu hanya tinggal 9 anak lagi, itupun sudah dari berbagai kampung tetangga. Dari kampung saya sendiri hanya tinggal saya saja, yang masih sekolah. Tetapi hebatnya lagi, saya ikut dua sekolah. Pagi jadi murid di SR dan Sore hari ikut Sekolahan Agama. Praktis semua teman-teman di kampung sudah tidak ada lagi yang bersekolah, saya juga sebenarnya ingin juga seperti mereka. Tapi kedua orang tua tidak pernah meminta saya untuk berhenti, dan saya terus melakoninya begitu saja.

Ketika Mampir Di Sat Pam Perbatasan Indonesia-Timor Leste

Sehabis di SR saya harus ikut dengan keluarga ke Kotanopan untuk bersekolah di SMP Kotanopan. Padahal jarak dari Kampung ke Kotanopan itu sekitar 80 Km. Meski jaraknya 80 km, tetapi pada masa itu harus di tempuh selama satu hari perjalanan dengan mobil antar Kota. Namanya mobil Adianbania. Mobil itu memang setiap hari ada 5 trayek dari Kotanopan-Padangsidimpuan. Mereka dari Kotanopan pada pagi hari, mulai dari jam 05.00 pagi dan pulang lagi dari Padangsidimpuan kembali ke Kotanopan. Nah kalau saya naik dari Kampung saya misalnya jam 09.00, saya harus jalan kaki dahulu sejauh 2 km ke pinggir jalan, menunggu Adianbania dari Padangsidimpuan dan baru sampai di Kotanopan Jam 17.00. Tamat dari SMP Kotanopan, saya kemudian melanjutkan ke SMA Kotanopan. Tetapi sayangnya, saya harus dipindahkan ke SMA Padangsidimpuan, karena kebetulan dari anak-anak SMA klas satu naik ke kelas dua ada 4 orang anak yang masuk katagori jurusan Pas/Pal. Saya termasuk salah satunya. Untungnya semua keperluan perpindahannya diatur oleh sekolahan. Jadi saya resmi menjadi Anak kelas II Pas/Pal di SMA 2 Padangsidimpuan. Saya sangat menikmati suasana sekolah saya di Padangsidimpuan. Karena setiap sabtu sore saya bisa pulang ke Aekgarugur (± 30km) dan besok paginya saya bisa manderes karet. Jadi tiap minggu saya bisa dapat uang sendiri dari manderes karet uang setara RP75 -100 ribu. Dalam pergaulan saya, saya ikut Klub Boxing, dan pelari Marathon. Nah yang juga menarik adalah setamat SMA dan perubahan sikap mencari Pendidikan Berikutnya.

Terus terang, saya tadinya tidak punya niat untuk kuliah lagi. Hal itu disebabkan keuangan orang tua dan juga belum ada contohnya anak yang berhasil kuliahnya di Kampung saya. Malah sebaliknya mereka telah menghabiskan semua kebun dan sawah orang taunya, tetapi sekolah juga tidak selesai-selesai. Tetapi sekitar dua minggu sebelum pengumuman kelulusan SMA, saya main ke sekolahan saya. Saat itulah saya baru sadar bahwa sebagian besar teman-teman saya sudah pada punya rencana kuliah. Mereka umumnya ke Medan, Padang, Palembang da nada juga yang ke Jakarta, Bogor dan Yogyakarta. Pada saat itulah hati saya berguncang, dalam hati saya sangat yakin bahwa dengan ketrampilan hidup ( bisa menderes karet, bisa bersawah, bisa berkebun, bisa berjualan sayur mayur dengan sepeda, bisa berjualan minyak tanah dengan sepeda dll) yang sudah saya lakoni di Kampung saya, maka saya percaya saya akan mampu menghidupi diri saya sendiri dan bahkan yakin mampu mengkuliahkan diri sendiri, dimanapun kotanya. Pulang dari Sekolahan niat itu saya bicarakan dengan keluarga. Intinya adalah, keluarga mau mendukung Kuliah ke Yogya dengan Rp 15 ribu serta mampu membiayai sebesar Seribu rupiah perbulan. Waktu itu harga beras masih sekitar 30 rupiah/Kg. Jadi perhitungan saya dengan besar 10 kg atau Rp 300 dan dengan uang Rp 700 lainnya saya akan bisa hidup di Yogya dengan pola saya sendiri. Maka kesampaianlah cita-cita saya untuk meneruskan Kuliah ke Yogyakarta. Soal gimana nantinya? Yan anti sajalah dibicarakan. Toh kalau misalnya gagal juga, ya kembali ke Kampung. Begitu saja.

Pernah dengar dengan istilah tentang anak batak di perantauan kan? Batak tembak langsung. Tapi ini untuk setting ceritra tahun tahun 70an. Itu menurut saya adalah upaya untuk menggambarkan anak-anak batak yang di kampungnya sana, dia dengan segala keterbatasannya. Dia yang aslinya belum tahu apa-apa, dia yang tidak tahu apa itu universitas, apa itu aturan lalu lintas jalan; tidak tahu mana saatnya stop dan mana saat jalan ketika melihat lampu setopan “abang-ijo” di perempatan jalan. Tetapi semua itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk melanjutkan kuliah ke Jawa. Banyak dari mereka yang kondisi orang tuanya, sungguh tidak memungkinkan untuk membiayai kuliahnya. Tapi anak-anak batak itu tetap nekat. Tidak berbeda dengan anakan penyu yang meluncur ke laut, dari ribuan yang berlari yang sampai hanya beberapa. Saya salah satu diantaranya. Saya waktu itu, hanya berbekal uang sebesar 15 ribu rupiah dengan kesanggupan orang tua biaya bulanan satu ribu perbulan, dengan tujuan  Yogyakarta. Ongkos kapal waktu itu sudah 6 ribu, uang daftar di UGM 3 ribu. Belum lagi ini itu, jelas membaginya tidak bisa atau sangat sulit sekali.


Saat Wisuda di UGM

Tapi itulah jalannya kehidupan, panggilan suratan tangan. Bagaimana anak kampung dengan semua ke idiotannya menapaki hidup di kota besar metropolitan. Banyak dari teman-teman meski tetap terbatas, tetapi umumnya punya uang bulanan bervariasi, antara 15-25 ribu perbulan. Tapi hal itu sama sekali tidak memberi pengaruh yang berlebihan bagi perjalanan nasibku. Sangat bersyukur karena meski dengan berbagai keterbatasan itu, ternyata saya diterima kuliah di UGM. Saat itu sebuah pencapaian luar biasa. Apalagi bagi seorang siswa lulusan SMA pedalaman dari Sumatera. Tetapi dengan uang satu ribu rupiah perbulan jelas ini sebuah tantangan. Tantangannya nyata dan sungguh luar biasa.

Saya sendiri punya jurus kehidupan langka tapi, menurut saya pas. Misalnya dalam mencari tempat Kos, carilah di wilayah kota yang tidak ada listriknya. Maksudnya agar segalanya lebih terjangkau dan murah. Lokasi itu saya temukan, yakni di Gondolayu, pinggir kali Code. Memang kondisinya kumuh, dan tempat mandinya juga di sumur-sumur seadanya di pinggiran kali code kala itu. Tapi bagi anak kampung seperti saya jelas itu jauh lebih baik dari di Kampung. Waktu itu saya malah dapat tempat kost yang tidak perlu bayar apa-apa.

Persoalan berikutnya adalah bagaimana hidup dengan uang sebesar itu? Memang harga beras waktu itu per kilonya masih rp 30 rupiah. Jadi 10 kg harganya sebesar 300 rupiah. Tapi hidup dengan uang 700 rupiah perbulan, sudah termasuk semuanya secara logika itu tidak masuk akal. Teman saya yang waktu itu kost di asrama Realino, bayarannya sudah 15 ribu rupiah per bulan. Tapi saya sangat percaya jalan pasti ada. Saya  yakin sekali, jalan untuk itu pasti ada. Cuma sayangnya saya belum tahu. Dari berbagai analisa yang saya lakukan, maka jalan yang tersedia adalah jadi penulis di koran harian. Karena menulis tidak terikat waktu, tidak mengganggu waktu kuliah. Tapi menulis untuk bisa dimuat di koran tentunya, bukanlah tulisan yang dibuat oleh penulis seperti saya yang tidak tahu apa-apa tentang menulis. Tapi jalan itu jelas terbuka. Dan saya percaya jalan saya ada di sana. Cuma bagaimana memulainya.

Saya beruntung dan tergolong anak anak yang mudah beradaptasi, dan dengan cepat saya mendapatkan tugas sebagai pembersih dan penunggu “kantor” RW. Sebagai petugas RW saya boleh memakai sarana itu kapan saja, tugas saya hanya merawat kantor, mengetikkan dan menyampaikan surat-surat dinas dan undangan. Entah bagaimana ceritanya, pak RW malah membolehkan saya tinggal di situ, lengkap dengan makan minum gratis di warung yang ada di dekat kantor itu. Coba bayangkan, alangkah murahnya hati pak RW itu. Tuhan menolongku lewat kebaikan hati pak RW. Sederhananya saya dapat pekerjaan jadi penjaga dan merawat kantor RW tanpa upah, tetapi sebaliknya saya bisa tinggal di kantor itu dan dapat makan. Sungguh pencapaian yang luar biasa dan, itu saya peroleh ketika saat mandi di pinggiran kali code.

Sungguh saya sangat bersyukur karena “tangan Tuhan” memberikan saya begitu mudahnya dan semuanya. Tempat tinggal dengan semua sarananya, malah ada listrik, air ledeng dan mesin tik kantor yang bisa saya pakai sampai pagi. Padahal umumnya warga di kampong itu ya hanya dengan lampu teplok dan air sumur. Waktu itu, sasaran dan tekad saya hanya satu jadi penulis. Menulis untuk mendapatkan honor bagi kelanjutan kuliah. Sebagai mahasiswa UGM akses ke perpustakaan terbuka lebar, bahan bacaan saya melimpah. Saya terus menulis, menulis, menulis dan menulis. Menulis dengan mesin tik sebelas jari setiap ada kesempatan.

Sampai suatu hari setelah enam bulan mengetik tulisan siang  dan malam. Salah satu tulisan saya dimuat di Koran dua mingguan EKSPONEN YOGYAKARTA. Aduh senangnya bukan main. Rasanya dunia ini jadi begitu indah. Saya lalu mengajak anak pak RW mengambil honor tulisan itu di jalan KH Dahlan. Memang besarnya hanya 500 rupiah, dan honor itu sendiri saya berikan ke anaknya pak RW. Maka sontak di desa itu nama saya jadi buah bibir dan terkenal, mahasiswa UGM itu ternyata pintar juga menulis. Tetapi yang lebih heboh lagi, dua minggu kemudian, koran Sinar Harapan Jakarta memuat tulisan saya dengan honor 27.500 rupiah begitu juga dengan Surabaya Post dengan honor 30.000 rupiah. Setelah itu tulisan saya sudah ada dimana-mana. Bayangkan teman-teman saya umumnya hanya punya wessel antara 15-25 ribu perbulan sementara saya sudah punya penghasilan dengan rata-rata 30 ribu perbulan.

Saya menikmati kehidupan masa muda saya di Gondolayu selama dua tahun. Pada tahun ke tiga saya sudah bisa menyewa kamar di Jetis Harjo tepat di depan Teknik Geologi UGM waktu itu. Sebagai mahasiswa penulis saya juga sudah punya sepeda motor, dan bisa membayar berbagai kebutuhan saya sebagai mahasiswa Yogya.  Setelah saya memasuki kuliah di tahun ketiga, maka dunia kepenulisan telah mulai memudar karena digantikan oleh dunia survei dan pemetaan. Dari segi penghasilan, tantangan kerja di lapangan ternyata dunia survei lebih menantang. Menulis bagi saya waktu itu hanyalah jadi selingan, sementara kehidupan saya sudah sepenuhnya di topang oleh pekerjaan survei dan pemetaan. Apalagi waktu itu saya juga diangkat sebagai Chief Surveyor untuk lembaga penelitian kerja sama UGM dan KemenPU dalam hal penelitian persawahan Pasang Surut. Kehidupan mahasiswa saya sangat mennyenangkan. Mandiri, penuh dinamik dan antusiasme.

Prajurit Dengan Gaji Terbatas

Setelah lulus Geodesi UGM, mencari pekerjaan masih tergolong Mudah. Kalau di perusahaan cuku Telpon Perusahaannya dan pekerjaan selalu Ada. Saya malkukannya dan sempat beberapa bulan kerja di perusahaan Swasta. Begitu juga kalau mau jadi PNS masih tergolong mudah. Hanya saja memang harus seperti “magang” dahulu. Maksudnya  Kementerian itu mau menerima, tetapi waktunya kan pada bulan-bulan tertentu. Jadi sebelum bulan itu datang, kita jadi “magang” dulu dengan mereka dengan upah sebesar 30% dari Gaji. Sekedar untuk bisa ongkos ke Kantor. Kebetulan saya dipanggil untuk ikut Wajib Militer. Maka jadilah saya prajurit TNI. Tetapi jadi prajurit gajinya juga terbatas, artinya kalau mengandalkan Gaji saja tidak cukup.


Ketika Di Fort Belvoir Virginia USA

Saya lalu ingat besaran gaji saat memulai meniti karier di TNI dahulu. Ya di tahun-tahun 1980an. Sebagai seorang perwira pertama dengan pangkat Letnan Satu total gajinya, sebesar Rp 90 ribu. Itu sudah termasuk ULP ( Uang Lauk Pauk). Artinya itulah semua. Hal yang sama untuk personil Pollri dan PNS, kalaupun beda besarnya kecil sekali. Tentu berbeda dengan karyawan swasta. Kalau perusahaanya baik, ya gajinya besar tetapi kalau perusahaanya biasa saja, maka gajinya juga menyesuaikan. Tetapi tetap penghasilannya masih lebih baik. Untuk menyicil Rumah BTN atau katakanlah Sewa rumah, waktu itu, sebesar Rp60 ribuan/bulan. Bisa dibayangkan bagaimana sisa uang Rp30 ribu itu bisa membiayai makan, pakaian, sekolah anak-anak dan transportasi kekantor dll dalam sebulan. Dalam kondisi keuangan seperti itu, kita juga harus menjaga “road Map” jenjang karier kita. Bagaimana kau bisa tampil sehat, kerja bersemangat dan dapat penilaian baik dari atasanmu? Terus terang tidak banyak yang bisa lolos dengan baik dalam hal seperti ini. Intinya adalah kau harus bisa mencukupi keperluan harian keluargamu terlebih dahulu dan kemudian baru bisa bertugas dengan baik di tempatmu bekerja. Kau harus paham dengan Pareto 80/20.  Tapi bagaimana kau melengkapi keperluan keluargamu? Itulah tantangannya.

Pada masa itu banyak sekali hal yang dilakukan oleh mereka-mereka yang mempunyai persoalan seperti ini. Ada yang nyambi jadi sopir angkot setelah selesai jam kerja. Ada yang buka warung di rumah kontrakannya. Ada juga yang membuka “lesehan” semacam pecel lele dan mengajak teman patungan. Ada yang jadi guru les privat, ada yang jadi petugas “ keamanan” di berbagai tempat usaha atau kegiatan malam. Biasanya para anggota prajurit/Polri yang punya “pergaulan” bisa memanfaatkan jejaring seperti ini. Bisa dibayangkan, bagaimana kinerja mereka ditempat kerjanya, kalau semalaman tidak tidur. Ada juga yang jadi “pengamanan” truk. Jadi anggota prajurit/polri itu sehabis kerja ikut duduk di kenderaan Truk. Dll ternyata dinamika kehidupan itu sangat “responsip”, banyak sekali ragamnya, sulit untuk mengatakannya satu persatu. Bahkan ada banyak yang juga bisa melihat peluang ditengah-tengah kondisi ekonomi seperti itu.


Saat di West Point USA

Pada zaman itu, setiap instansi yang memiliki peralatan yang banyak diminati oleh masarakat atau pengusaha (alasan, untuk membantu biaya pemeliharaan)  masih diperbolehkan untuk menyewakannya. Misalnya jajaran Kementerian PU, mereka boleh menyewakan alat-alat eskapator, stoom walls dsb. Begitu juga TNI., satuan yang mempunyai alat-alat berat seperti itu atau alat-alat “pemetaan”  bisa menyewakannya. Peluang ini sesungguhnya sangat “baik” dan bisa dimanfaatkan oleh anggota prajurit itu sendiri. Saya pernah melihat seorang prajurit bisa “menyewakan” alat-alat pemetaan dari satuan TNI terdekat kepada koleganya di seluruh Nusantara. Karena memang satuan itu ada di setiap Kodam, boleh dikatakan ada di setiap provinsi. Memang “komisi”nya tidak besar, dalam artian sang parjurit tersebut juga harus memikirkan nama baiknya dan nama satuannya. Tetapi yang jelas, kalau bisa memanfaatkannya dengan baik maka ada “pemasukan” yang bisa diperoleh dari kegiatan tersebut.

Hal lain juga sangat khas, khususnya pada prajurit TNI/Polri dan PNS yang bisa berbahasa inggeris atau bahasa lain seperti Jerman, Belanda Dll. Pada masa itu masih sangat banyak kesempatan untuk bisa mengkuti “pendidikan” di luar negeri. Kelebihannya pendidikan di luar negeri apa? Pertama sesuai dengan jenjang kariernya, karena secara langsung bermanfaat untuk meningkatkan SDM di tempat dia bekerja. Penilaian kantornya pasti bagus. Hal lain yang lebih menarik lagi adalah honor yang diterima saat mengikuti pendidikan tersebut. Misalnya untuk prajurit TNI/Polri (waktu itu masih bersatu) dalam satu hari pendidikan di luar negeri minimal mereka memperoleh $10 dari TNI dan $14 dari Kementerian Pertahanan belum lagi dari Negara yang menyelenggarakannya. Besarnya tidak mesti tetapi biasanya sudah menyediakan semua fasilitas dan sarana selama pendidikan. Mulai dari apartemen, makan minum, rekreasi dan uang saku. Artinya kalau prajurit tersebut mau berhemat maka ia akan dengan mudah memperoleh $24-$35 perhari selama ia mengikuti pendidikan. Umumnya mempunyai rentang waktu antara 3-6 bulan. Kalau di hitung dengan kurs pada waktu itu, setara dengan Rp24-35 ribu perhari. Bayangkan dengan gaji yang hanya Rp90 ribu per bulan. Peluang yang sungguh tidak dinyana. Terus terang penulis juga ikut memanfaatkan kesempatan ini. Dari beberapa Sekolah ke dinasan saya, hanya dua yang saya ambil dalam negeri selebihnya saya ambil di luar. Mulai dari Amerika, Autralia, dan Inggeris. Berkat dengan semangat itu. Saya bisa belajar di  Mapping Charting And Geodesy Course (DMA,USA,1984) ; Map Control Survey Course (Aust,1988); Mapping And Manegement Border Area Course (Aust,1993); Rasvy Regimen tal Officer Course (Aust,1994) dan MBA (Leicester Univ, 1998)

 

Mengabdi pada Nusa dan Bangsa

Hal lain yang memungkinkan bisa dikerjakan oleh anggota prajurit/Polri atau PNS adalah menulis. Ya menulis untuk mengejar Honor. Besaran honor menulis pada waktu itu jauh labih besar daripada saat ini. Kenapa saya berani bilang begitu? Pada masa-masa itu harga satu artikel untuk harian sekelas Kompas, Sinar Harapan dan Surabaya Post bisa mencapai antara Rp27.500-35.000. Sementara Koran-koran Lokal seperti Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Merdeka, Yudhagama Dll bervariasi mulai dari Rp 1.500-3.500 per artikel. Jadi dengan bisa menulis 2 artikel dalam sebulan di harian sekelas Sinar Harapan, atau Surabaya Post, atau Kompas ditambah dengan 4 artikel di harian lokal maka anda bisa memperoleh Rp 50.000-65.000. lumayan kan? Bandingkan dengan gaji yang sebesar Rp 90.000 perbulan. Penulis sendiri, pada waktu itu juga memanfaatkan kemampuan menulis untuk mencari penghasilan tambahan. Saya kebetulan di ajak teman untuk bergabung dengan Majalah Elektronika di Bandung. Disamping menjadi anggota redaksi tersebut, saya juga menjadi penulis buku. Saya punya kesepakatan dengan Penerbit. Waktu itu, setiap naskah buku yang saya serahkan saya dibayar Rp 1.000.000 ( satu juta ). Dengan catatan, besarnya honor penulisan 12.5 % dari harga buku. Jadi besaran satu juta itu adalah pembagian honor yang dibayarkan di depan, yang nantinya akan diperhitungkan kemudian. Kesepakatannya biaya itu, adalah biaya untuk membantu penulisan; seperti biaya untuk pembelian buku-buku referensi dan kebutuhan lainnya. 

June 22, 2021

Semua Punya Peluang Nikmati IhtiarMu


 Semua Punya Peluang Nikmati IhtiarMu

 Oleh : Harmen Batubara   

Menurut Gede Prama[1], setiap orang lahir bersama peluangnya. Saya percaya itu, meskipun seseorang itu lahir di tengah keluarga miskin, perkampungan miskin yang kumuh semua itu tidak akan mematikan peluang seseorang. Tetapi sebaliknya kemiskinan dan kesusahan yang diakibatkannya malah jadi “ medan olah yudha” atau kesempatan yang tiada tara untuk menempa diri hingga menjadi seseorang yang mampu mengatasi semua persoalan hidupnya. Sebagai referensi saya kemukakan dua tokoh berikut ini. 

Bahlil Lahadalia, sejak kecil dia sudah dalam putaran kehidupan miskin. Sejak SD dia sudah terbiasa membantu Orangtua. Karena memang saat itu keluarganya,  nyaris tidak punya apa-apa.  Mamahnya terpaksa jadi tukang cuci di rumah tetangga. Hal itu untuk bisa membantu bapaknya yang bekerja sebagai  buruh kuli bangunan dengan gaji saat itu Rp 7.500/hari setara dengan Rp 100.000. saat ini. Keluarga dengan 8 orang bersaudara ini, awalnya 9, salah satu meninggal dunia, Bahlil adalah anak kedua. Kita juga pasti paham, bahwa setiap anggota keluarga ini secara tidak langsung pasti telah berparti sipasi dan memberikan kontribusinya masing-masing. Bisa jadi tidak ada pembagian tugas secara tegas, tetapi semua mengambil peran sesuai kebutuhan. Ada yang ikut strika, ada juga yang ambil jemuran atau ada juga jajakan jualan dst dst. Keluarga kecil itu telah dibimbing oleh alam untuk bisa mengatasi masalah mereka sendiri. Persoalan kehidupan itu telah mampu membuat mereka lebih solid, lebih bekerja sama. Dia merantau ke Jayapura. Dia mampu kuliah di sana dengan biaya yang dia cari sendiri.  Memang tidak mudah. Tetapi ia bisa. Barulah setelah Bahlil bisa jadi Ketua Senat di Universitasnya, barulah ia sadar bahwa ia sebenarnya mempunyai kemampuan luar biasa. Sejak itu Dia  bertekat untuk menghentikan Kemiskinan yang menggelutinya. Dia berhasil, dan malah jadi Pimpinan perusahaan dengan gaji 35 juta perbulan. Pencapaian yang luar biasa. Sejak itu keberhasilan demi keberhasilan terus menyertainya. Hingga ia kini jadi Menteri Negara.


Setiap Asa Bertabur Nikmat

Tokoh kedua, yakni Dahlan Iskan. Bagaimana Dahlan Iskan menghentikan Kemiskinannya?  Juga tidak kalah menariknya. Ia adalah bahagian warga tergolong miskin dan sangat miskin, terhitung sejak ia lahir hingga berkeluarga dan bekerja menjadi reporter  surat kabar Lokal di Samarinda. Tidak hanya itu Dia juga di DO dari  Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Cabang, Samarinda dan juga dari Universitas 17 Agustus, Samarinda di tahun 1975.  Baginya itu adalah sesuatu yang biasa saja. Masalahnya dia melihat peluang pada saat yang tidak tepat. Jadi harus ada yang dikorbankan. Namun demikian pada masa-masa itu, adalah masa-masa kehidupan Koran Kampus, atau Koran yang diterbitkan oleh para Mahasiswa  “menarik” dan berkembang. Koran Kampus dan Koran Nasional saling sinergis, rakyat menyukainya. Koran kampus bisa memberikan mereka, honor dan juga nama. Apalagi pada tahun-tahun 1975 an itu, para mahasiswa lagi getol-getolnya mengkritisi Orde Baru. Masih ingat Malari 1974?   Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974. Protes mahasiswa atas kehidupan susah serta pemerintahan yang sangat tergantung dengan Modal Asing. Ternyata tulisan-tulisan Dahlan Iskan cukup banyak yang meminatinya. Tahun 1976, dia berhasil bergabung dengan Tempo Group dan kembali ke Surabaya. Sejak itu, ia terus mencetak keberhasilan demi keberhasilan. Kemiskinan telah mengasahnya menjadi seorang anak muda yang tahan banting. Kemiskinna telah menempanya menjadi sesuatu kekuatan yang luar biasa. Sesuatu yang bisa menujukkan bahwa ia sudah terasah dari “sananya”. Ia mampu menjadi penulis hebat dengan jabatan Peminpin Redaksi Jawa Pos. Ia juga mampu mengangkat Koran Jawa Pos yang tadinya hampir Kolaps dengan hanya 6000 eksemplar perhari menjadi 300 ribu eksemplar per hari. Ia mampu menjadi pengusaha yang kantornya saja bisa dia bangun sebagai Kantor termegah di Jawa Timur.  Kariernya terus melambung selepas menjabat sebagai Pemimpin Surat Kabar Jawa Pos (1982-2005); kemudian Mendirikan Stasiun Televisi Lokal JTV (2002); menjadi Komisaris PT Fangbian Iskan Corporindo (FIC) (2009) dan oleh presiden SBY diangkat menjadi Direktur Utama PLN (2009-2011) dan kemudian menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (2011 – 2014).



Ya Menurut Gede Prama, setiap orang lahir bersama peluangnya. Namun sebenarnya, kalau kita  jeli belum tentu setiap orang peduli terhadap peluang. Banyak pula diantara kita yang tidak sempat berpikir tentang peluang itu sendiri. Umumnya kita menerima saja ritme kehidupan itu, terserah ia mau dibawa kemana. Tetapi sudah tepatkah sipat seperti itu ?  Kalau hidup sudah tidak lagi pernah dievaluasi, maka sebenarnya  ritme seperti itu tidak ada bedanya dengan ritme kehidupan hewani. Ya, hidup adalah hari ini, persoalan besok itu soal lain lagi. Atau kelewat  peduli seperti kata  WS Rendra, “ Kemarin- esok adalah hari ini “. Atau apakah anda tidak percaya bahwa segala sesuatunya itu telah sesuai dengan desain sang pencipta ?

Mereka yang mempunyai paham optimis,  meyakini bahwa peluang sebenarnya selalu ada dan akan ada. Masalahnya peluang itu  sering muncul tidak persis seperti yang kita asumsikan. Kalaupun ia datang, kondisinya tidak ideal sebagaimana yang diharapkan. Katakan anda dari Bandung, tepatnya dari Cimahi mau ke Jakarta dan inginnya lewat Puncak. Tetapi setiap Bis yang anda stop, selalu penuh dan mereka tak mau membawa anda. Sementara pada waktu yang bersamaan dan malah hampir setiap saat selalu ada Angkutan Kota dari Cimahi ke Cianjur, dan umumnya selalu saja tersedia tempat kosong. Kalau saja anda mau, anda bisa naik itu; dan dari Cianjur bisa diteruskan oleh Angkot  Cianjur- Bogor dan seterusnya Bisnonstop Bogor – Jakarta.

Sesungguhnya, peluang itu sebenarnya selalu ada; hanya kitalah yang tidak persis mengenalnya atau kalaupun ia datang wujutnya tidak seperti yang kita persepsikan. Untuk selalu mampu mengambil peluang itu, dibutuhkan talenta dan kesediaan  untuk berubah. Hal seperti ini, sulit untuk bisa diterima oleh setiap orang. Orang umumnya tidak mau kalau suatu perubahan itu, berlangsung dengan ritme yang berbeda. Orang cenderung ingin sesuatu yang biasa atau yang lazim serta dapat diperediksi secara jelas. Sangat sulit dibayangkan seseorang yang telah belasan tahun menekuni usaha atau kariernya untuk kemudian merubah arah serta memulainya dari posisi lebih bawah lagi; padahal  secara sadar ia tahu persis  kesempatannya di tempat lama sudah dapat dikatakan pupus sama sekali.

 

 



[1] Gede Prama adalah seorang penulis, pembicara, dan motivator . Ia pernah belajar di Lancaster, Inggris serta Fontainebleau, Prancis. Ia pernah menjadi CEO di dunia korporasi pada usia 38 tahun.

June 5, 2021

Rahasia Jadi Penulis Sukses, Penulis Era Life Style Dot Com




Rahasia Sukses Penulis Preneur Life Style Dot Com


Apa pula Penulis Entrepreneur[1] itu? Banyak kita temukan defenisi atau kata  yang menjelaskan entrepreneur atau entrepreneurship ini, menurut Holt (1992), berasal dari bahasa Prancis yakni dari entreprendre.The Concise Oxford French Dictionary (1980) mengartikan entreprendre sebagai to undertake (menjalankan, melakukan, berusaha), to set about (memulai), to begin (memulai); to attempt (mencoba, berusaha). Tetapi para penulis di Indonesia lebih suka menyebutnya sebagai wirausaha atau Entrepereneur. Konsep entrepreneurship (kewirausahaan) ini masih bisa diperdebatkan dan masih memiliki arti yang luas.
Tapi salah satunya yang saya suka, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan dalam melakukan dan mensiasati  perubahan, memiliki karakter yang tidak semua orang punya tetapi hanya ditemukan pada orang-orang tertentu saja. Seseorang yang ingin bekerja untuk dan atas resiko dirinya sendiri. entrepreneur bukan berarti pedagang. Namun, mereka punya semangat untuk kreatif, inovatif, berani mengambil risiko, serta mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik.  Jadi Penulis Entrepreneur adalah para penulis sukses yang bisa melihat dan memanfaatkan peluang era dot com bagi kepenulisan mereka. Jadi kalau kita sebut penulis dalam buku ini maka maksudnya adalah para penulis Entrepreneur tersebut.
Penulis Entrepreneur Life Style Dot Com adalah penulis yang memahami dunia Dot Com,  ahli tentang SEO[2] terkait penulisan Artikel baik buat blog, sosial media, press release, e-book dan Buku serta sekaligus mengusung suatu brand yang bakal jadi pusat kegiatan bagi kepentingan kepenulisannya baik sebagai penulis yang sekaligus mengembangkan brandnya ataupun nantinya jadi pembicara, nara sumber dan expert pada bidangnya. Cobalah bertanya pada diri anda sendiri. Sebagai apa anda maunya dikenal dunia sekitarmu, apa yang menjadi expertiesmu, seperti apa nantinya dirimu dilihat orang dalam tiga tahun lagi?
Bayangkan ada jutaan atau puluhan juta penulis bisnis online yang ada di dunia maya, bisa anda gambarkan bagaimana agar orang  bisa menemukan tulisan, dagangan atau bisnis anda, tentu memerlukan suatu usaha yang berkualitas serta didukung talenta yang memahami bidangnya; baik dari sisi teknis penulisan ataupun dari sisi SEO nya sendiri. Karena itu anda dituntut dan jadi penulis yang memahami SEO, anda perlu menguasai marketing, paham akan periklanan, paham akan dunia affiliasi marketing, tahu caranya membuat produk sendiri. Sebuah upaya yang memerlukan ketrampilan dan pengalaman.



Penulis era dot com diharuskan oleh zaman untuk memahami dunia Life Style Dot Com,  penulis yang seharusnya ahli tentang SEO terkait penulisan artikelnya baik buat blog, sosial media, press release, e-book dan buku-bukunya serta sejak awal sudah mulai mengusung suatu brand (online) yang akan jadi pusat strategis kegiatan bagi kepentingan kelanjutan kepenulisannya baik sebagai penulis itu sendiri atau kegiatan “bisnis” yang terkait dengan kegiatannya dalam berintegrasi dengan para teman-teman dan calon kastomernya; hal itu bisa sebagai pusat pelatihan kepenulisan, bisa berupa marketingnya atau memperdalam ketrampilan pada keduanyanya sementara sang penulis sendiri terus  mengembangkan kemampuan expertiesnya sembari mengembangkan usahanya baik itu jadi pembicara, nara sumber sesuai bidangnya.
Lifestyle dot com adalah gaya hidup masa online, era internet, gaya hidup yang bisa melakukan kegiatannya dari mana saja sepanjang ada lap top dan jaringan online. Kalau anda penulis atau pebisnis online jenis PKL atau Pedagang Kaki Lima Online, maka penampilan anda mungkin mirip anak muda seadanya dengan menjingjing laptop atau netbook ke sana ke mari, kadang mangkal di café atau di taman kota sekedar mencari hot spot atau jaringan online. Kemudian ia “membuka lapak”, mengecek apakah segala sesuatunya masih berjalan dengan baik.
Melihat lihat iklannya di berbagai direktori dan kemudian menjadwalkan pengiriman surat–surat baru (email marketing) pada para pelanggannya. Setelah semuanya diketahui masih berjalan normal dan surat-surat baru telah terjadwal dengan baik ( hanya butuh waktu sekitar 20 -30 menit), setelah itu si anak muda ke Bank terdekat untuk menguangkan chek-cheknya atau melihat secara fakta uangnya di bank yakni dengan membuat print out buku-buku banknya pada minggu terahir.


Setelah itu ia kembali mencari tempat mangkal, bisa jadi di halaman belakang resto yang tengah persiapan makan siang, di sanalah ia mulai menuliskan berbagai artikel yang ia perlukan untuk konten di beberapa blognya, atau meneruskan proyek penulisannya tentang E-book yang tengah Populer terkait Autoresponder murah yang tidak lagi perlu berlangganan seperti autoresponder biasa; tapi cukup satu kali beli dan setelah itu anda tidak perlu lagi bayar apa-apa. Apa yang menarik di sini adalah bagaimana seorang penulis bisa berperan sebagai penulis pada umumnya, tetapi pada waktu yang sama menjadi seorang pengusaha Online, baik sebagai seorang affiliate, atau bisa juga sebagai blogger, atau malah menjual produknya sendiri. Gambaran seperti itulah yang kita sebut sebagai penulis Life Style Dot Com.
Mana ada sih bisnis yang semudah dan sefleksibel ini? Anda bisa cari dimana saja. Pasti anda tidak akan menemukan, enaknya punya kehidupan yang ditopang atau sebagai penulis di zaman online atau oleh bisnis online dengan gaya hidup ala lifestyle dot com. Kalau mereka yang sudah punya nama atau yang bergerak dengan bisnis online gedean, ceritanya lain lagi. Mereka melakukan bisnisnya bisa dari kapal pesiarnya, atau dari hotel berbintang lima di Hawaii atau di Bali. Kantor virtualnya ada dimana-mana, ia cukup melakukan chatting dengan sang manajer operasionalnya, dan setelah semua di ketahui berjalan normal, barulah ia mencek uang pemasukannya untuk kemudian larut dengan upaya mencari ide-ide untuk buku baru atau ide –ide baru untuk bisnis online yang lebih menjanjikan. Kehidupan sepertinya begitu menjanjikan. Apakah anda tidak tertarik dengan gaya seperti itu?
Benang merahnya, adalah bisnis online telah hadir dan membawa peluang besar yang belum pernah ada sebelumnya. Sebuah peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, sejauh mereka tahu ilmunya. Perlu anda ketahui, memulai dan mengembangkan bisnis internet Anda sendiri adalah salah satu cara terbaik saat ini yang bisa memberikan anda berbagai keuntungan, baik dalam permodalan, pengoperasian serta mampu memberikan anda kesempatan untuk memiliki lebih banyak penghasilan, fleksibilitas, gaya hidup dot com. Nah kalau anda sebagai penulis, tentu zaman seperti ini adalah zaman yang penuh dinamika yang bisa membuat anda jadi apa saja hanya dengan bermodalkan Laptop dan jaringan internet dan tentu saja kualitas kemampuan anda sebagai penulis atau pebisnis online.
Bayangkan di meja anda seolah dihadirkan rung buku atau referensi yang besarnya lebih besar dari lapangan sepak Bola Gelora Bung Karno? Yang benar? La iyalah. Coba anda bayangkan betapa hebatnya layanan informasi yang bisa anda dapatkan lewat Google (www.google.com), Bing, Yahoo dll. Coba ketikkan apa saja di Search engine nya Google misalnya, maka dalam hitungan detik anda akan disuguhi ratusan juta info terkait apa yang anda mintak, itu bermakna ratusan jutaan lembar buku, yang kalau anda masukkan dalam satu ruangan; sungguh tidak terbayang betapa besarnya ruangan yang anda perlukan. Kehidupan Life Style Dot Com benar-benar informasi Dunia ini ada dalam jinjingan tangan anda; ruaarrr biasa. Kalau kita tidak bisa memanfaatkannya, maka yang konyol itu siapa?
Percaya atau tidak , semua ini bukan mimpi tetapi bisa anda wujudkan. Anda hanya perlu seseorang yang bisa menunjukkan caranya untuk anda atau sebuah buku yang bisa menunjukkan Anda, langkah - demi-langkah, persis seperti bagaimana para penulis buku  atau pebisnis online yang sudah sukses melakukannya. Itu sebabnya saya ingin memperkenalkan Anda kepada buku saya “ Peluang Usaha di Clickbank Kaya Dengan Bisnis Lifestyle Dot Com”  Percaya atau tidak, apa yang saya tuliskan dalam buku tersebut adalah jurus-jurus dasar yang berhasil mengantarkan para pebisnis Online sebelumnya meraup Jutaan atau bahkan milyaran rupiah bagi mereka pada zamannya. Nah kali ini saya kembali mengajak anda untuk ikut menjadi penulis di era life style dot com ini. Karena apa? Karena saya tahu persis banyak sekali anak muda di luar sana yang hebat dalam kegiatan online, tetapi mereka tidak atau belum memanfaatkannya bagi perbaikan dalam hidup mereka.
Ingat ini barulah jurus dasar, untuk bisa berhasil dan mahir dan menjadikan anda seorang penulis Buku atau penulis Online pada era Dot Com yang baik, untuk menjadikan anda professional anda perlu berbuat atau melakukan sesuatu dengan baik dan berlatih sambil memperkaya ilmu anda. Anda perlu terus berlatih tetapi sambil membangun usaha anda. Kalau dalam dunia militer, latihan adalah sesuatu yang harus. Tiada hari tanpa latihan. Umumnya habis mereka latihan lalu diberikan penugasan; kemudian kembali ke barak untuk di latih kembali dan seterusnya di tugaskan kembali. Begitu seterusnya sehingga mereka benar-benar profesional.
Baca  Juga   :  Serial Lengkap Microsoft Office
Begitu dengar suara letusan mereka langsung tahu itu letusan dari senapan jenis apa, dari jarak berapa ditembakkannya dan seterusnya. Menjadi penulis berhasil tidak cukup diawali dengan mengetahui ilmu dasarnya saja tetapi setelah anda perlu terus menempa diri, perlu terus mengasah, melatih diri sambil memanfaatkan teknologi yang ada. Bila tidak anda akan jadi Gaptek, tertinggal di landasan dan hanya jadi sekedar penonton.
Ibarat belajar menyetir mobil, pelajarannya juga sangat sederhana dan semua polanya sama; tetapi kalau anda ingin jadi seorang sopir di Formula-1 tentu akan lain lagi. Soal nyetirnya bisa sama tetapi soal kemampuan menghadapi dinamika, tentu tidak bisa lepas dari kemampuan latihan serta kualitas anda sendiri, khususnya kekuatan syaraf anda. Apakah dalam tekanan berupa target yang demikian tinggi masih bisa bekerja normal? Menulis juga tidak jauh dari itu, ilmu menulisnya barangkali sama tetapi karya nya akan sangat berbeda. Seorang penulis pemula dengan penuh talenta akan berbeda dengan seoranga penulis gaek yang sudah kaya dengan asam garam kehidupan. Tapi yang jelas tulisan mereka sama-sama memukau para pembacanya. Jadi jangan gamang dengan penulis hebat, sebab para pembaca setiap tulisan akan berbeda.
Era Penulis Private Label Right
Di era Dot com anda sudah mengenal apa yang disebut dengan PLR, RR dan MRR suatu produk yang memudahkan anda untuk memanfaatkan jasa para penulis sesuka keinginan anda. PLR atau Private Label Rights misalnya merupakan suatu produk berupa tulisan, software dan atau apa saja yang mengizinkan anda untuk memodifikasi kembali sesuai keinginan anda. Tidak hanya sampai disitu anda boleh mengklaim tulisan atau produk software itu sebagai buatan anda sendiri. Sebuah kemudahan yang luar biasa dari konsep PLR dimana anda diperbolehkan untuk memklaim bahwa produk tersebut adalah buatan Anda sendiri. Produk PLR yang lazim tersedia antara lain, artikel, laporan, eBook, dan software. Anda bisa bayangkan, kalau anda punya PLR terkait satu niche atau segmen maka anda dengan mudah menjadikannya sebuah buku yang anda tulis sendiri.



Kemudian masih ada sebuah produk lagi yang disebur RR atau Resell Right  kalau anda sudah membeli produk ini anda berhak untuk menjualnya kembali sebanyak yang anda bisa tetapi orang yang membelinya tidak boleh lagi menjualnya kembali. Jadi hanya bisa mereka pakai sendiri.  Tetapi hal seperti itu jelas sudah lebih dari cukup anda bisa mengubahnya sesuka hati anda sampai bosan. Patut disimak bahwa zaman sekarang memang zaman semua serba terbuka dan bisa dimanfaatkan oleh mereka yang bisa memanfaatkannya. Contoh sederhana, anda ingin menulis sebuah buku dengan segmen tertentu, anda tinggal membuat kerangkanya serta menyampaikan sisi sisi klimaksnya dan kemudian anda tawarkan lewat www.freelance.com dengan sejumlah info yang anda mau bayarkan, maka dalam waktu menit atau jam anda akan menerima puluhan proposal yang bersedia menuliskan apa yang anda suka. Kalau bukunya selesai, anda tinggal menerbitkannya dengan label nama anda sendiri. Sungguh sangat mudah.
Masih ada lagi yang disebut sebagai Produk MRR adalah PLR dimana para pemiliknya mempunyai hak MASTER untuk menjual kembali ke orang lain “hak menjual kembali” produk tersebut. Artinya Anda mempunyai hak untuk menjual lisensi kepada orang lain. Anda tidak hanya dapat menjual produk MMR tersebut ke pembeli, tapi si pembelinya dapat menjual “hak jual kembali” ke pembeli berikutnya. Produk MRR ini tidak saja sangat menarik untuk di jual tetapi juga bisa anda pakai terlebih dahulu. Maksudnya anda bisa memanfaatkan produk MRR dalam bentuk terpisah dan dalam waktu yang bersamaan anda bisa menjualnya kembali dalam bentuk paket aslinya. Wow enak sekali kan? Sudah anda pakai sesuka hati anda sendiri, kemudian anda masih bisa menjualnya sebagai bentuk dalam paket aslinya.
Dalam dunia tulis menulis tentu hal hal seperti ini akan sangat besar pengaruhnya kepada cara orang dalam menulis sebuah buku. Anda bisa bayangkan, kalau anda mempunyai tulisan berupa PLR, RR atau MRR  anda tinggal mengolahnya kembali dan membuat perubahan di sana dan sini, dan woila anda sudah berhasil menulis sebuah buku. Sungguh peluang yang menarik dan sah secara peraturan dan etika dalam dunia tulis menulis. Tetapi anda tentu bertanya apakah mungkin sebuah buku jadi best seller yang ditulis atas dasar produk PLR, RR atau MRR?  Tentu anda bisa juga menjawabnya. Akan tetapi semua kemungkinan itu selalu ada.
Dalam menulis anda juga dituntut perlu kreativitas memanfaatkan kemurahan zaman. Kini sudah tersedia teknologi yang memungkinkan anda bisa berkawaan dengan siapa saja dan dimana saja, dengan mereka yang lain bahasa. Kalau anda peka, anda bisa membeli produk PLR, RR atau MRR untuk kemudian anda pilah-pilah sesuai Buku yang anda tuliskan atau terbitkan. Setelah anda melihat kerangkanya anda tinggal menbuat daftar Isinya. Kalau bahan-bahan anda itu masih dalam bahasa Inggris dan ternyata anda belum terbiasa atau mahir menulis dalam bahasa tersebut, anda bisa memakai jasa para penulis Freelance. Untuk harga yang lebih murah anda bisa mencari penulis dari Indonesia sendiri, atau dari Filipina atau dari India dan masih banyak pilihan lainnya.
Yang ingin saya ktuliskan adalah anda sekarang bisa punya buku dalam dua bahasa, pertama dalam bahasa Indonesia dan kedua dalam bahasa Inggeris. Anda bisa dengan mudah menerbitka buku anda lewat selfpublishing di Indonesia dan buku anda yang berbahasa Inggeris bisa anda terbitkan lewat Amazon via www.createspace.com.  Di fora internasional cara menerbitkannya malah lebih sederhana lagi, dan hebatnya lagi anda tidak perlu bayar apa-apa. Kalau buku anda sudah jadi, merekalah yang mengurusnya hingga buku anda itu terjual di jaringan bisnis mereka dan andalah yang menentukan harga jualnya. Anda tinggal perlu membantu pemasarannya, baik lewat iklan atau lewat review buku. Jangan kira orang-orang di dunia maju sana hanya membutuhkan buku-buku hebat? Jauh dari itu, anda malah bisa membuat buku sederhana semisal judulnya. Jadi Affiliasi Sukses Untuk Para Idiot atau Masak Nasi Goreng Ala Texas Dll.
Jauh sebelum era dot com atau era PLR,RR dan MRR sebetulnya sudah ada juga penulis yang disebut sebagai Ghost Writer. Menurut Wikipedia[3] : Ghostwriter adalah seorang penulis yang menulis buku, artikel, cerita, laporan, atau teks lain yang secara resmi mengatas namakan orang lain sebagai penulisnya yakni orang yang jadi pemesannya. Selebriti, eksekutif, dan para pemimpin politik sering mempekerjakan ghostwriters untuk menyusun atau mengedit otobiografi mereka; atau bisa juga untuk artikel majalah, atau bahan tertulis lainnya asal sesuai bayarannya. Dalam musik, ghostwriters sering juga digunakan untuk menulis lagu dan lirik. Penulis skenario juga sering menggunakan penulis  Goshtwriter ini baik mengedit atau menulis ulang naskah mereka untuk meningkatkan branding, meningkatkan kesempatan mereka untuk bisa lebih produktip. Juga, penulis sejenis ini sering dilibatkan dalam berbagai kegiatan penulisan lainnya seperti pembuatan dokumen,  pengeditan atau perbaikan dalam skenario dll.
Ghostwriters mungkin memiliki berbagai tingkat keterlibatan dalam memproduksi sebuah karya. Beberapa ghostwriters dipekerjakan untuk mengedit dan mendesain ulang konsep awal, penulis lain bisa disewa untuk melakukan beberapa bagian lainnya berdasarkan garis yang diberikan oleh si pembayar dan seterusnya sampai sebuah projek penulisan itu selesai. Untuk beberapa proyek, ghostwriters  melakukan sejumlah besar waktunya untuk penelitian. Ghostwriters biasanya sering menghabiskan waktu dalam beberapa bulan sampai tahunan  dalam melakukan penelitian penuh,  guna mendaptakan kualitas informasi yang lebih baik.
Ghostwriters juga sering dimanfaatkan atau disewa untuk menulis fiksi sesuai dengan gaya seorang penulis yang lagi top; hal seperti ini sering dilakukan oleh penulis best seller sebagai cara untuk meningkatkan jumlah buku yang bisa diterbitkan oleh penulis yang sedang populer. Masih ingat kan? Ketika sebuah Buku melejit dan nama penulisnya meroket bagai meteor; dan tidak lama kemudian di susul oleh beberapa tulisan lainnya dalam jumlah yang cukup banyak yang secara logika tidak mungkin ditulis oleh yang bersangkutan sendiri.
Era dot com telah merubah pola bisnis secara mendasar. Banyak orang yang langsung meman faatkannya dan melakukan berbagai upaya dan berbagai kemungkinan untuk pemanfaatannya, termasuk berbagai teknik dan cara menghasilkan uang ekstra, atau sepenuhnya jadi tumpuan hidup, dan bahkan menjadi kaya atau kaya raya. Penggunaan internet telah memungkinkan orang membangun bisnis,  membangun jaringan bisnis untuk kepentingan menjual barang dan jasa dengan peluang yang lebih banyak daripada sebelumnya. Pertanyaannya sejauh mana era ini akan memberikan peluang besar bagi para penulis buku biasa? Apakah anda tidak tertarik untuk menjadi penulis life style dot com.
Anda Harus Mulai Sejak Awal
Para pembaca yang budiman, era dot com ini adalah era para penulis memerlukan penyesuaian dari pola lama yang hanya terfokus pada penulis buku tradisional untuk kemudian menjadi penulis yang memahami era dot com, memahami berbagai sarana, fasilitas serta software yang memudahkan mereka untuk berkarya dalam bidang tulis menulis yang sudah mereka senangi. Karena akan sangat sulit bagi seorang penulis yang masih tertinggal dan bertahan dengan pola tradisi lama. Tamsilannya anda bisa bayangkan bagaimana seorang penulis di zaman seperti sekarang ini masih mengandalkan mesin tik dalam cara berkaryanya. Memang tidak ada yang salah di sana, tetapi membayangkan anda masih mengetik sembari memberikan koreksi di sana sini dengan mempergunakan tip-Ex tentulah sungguh sebuah Ironi. Siapapun memerlukan perubahan, dan perubahan membutuhkan penyesuaian. Anda perlu menyesuaikan diri dengan life style dot com; dunia dimana semua serba terbuka transparan dan sederhana, asal tahu caranya.
Apakah seorang penulis zaman ini bisa mengabaikan kehadiran jejaring sosial? Jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Linked-In, StumbleUpon, Tumblr, Google, Yahoo, Bing dll? Sementara penulis lainnya justeru telah berada dari bagian jejaring sosial itu sendiri. Saya masih ingat pengalaman sebagai penulis artikel koran di tahun 70an. Kita harus berlangganan beberapa koran utama, atau sering nongkrong di kios-kios koran langganan untuk sekedar melihat apakah tulisan kita dimuat pada hari itu apa tidak? Atau untuk mengetahui berita atau isu apa yang lagi “in” di berbagai media masa. Menulis pada waktu itu sungguh membutuhkan ketelatenan dan cerdas menyimpan informasi yang bakal jadi referensi bagi tulisan-tulisan berikutnya. Bayangkan, sekarang dengan perangkat komputer semua bisa dilakukan dengan mudahnya, dan bisa dilakukan dari mana saja sejauh ada koneksi online.



Penulis era dot com adalah penulis yang dituntut untuk bisa memahami dunia Life Style Dot Com,  penulis yang ahli atau minimal mengetahui tentang SEO terkait penulisan artikelnya baik buat blog, sosial media, press release, e-book dan buku-bukunya serta sejak awal sudah mulai mengusung suatu brand (online) yang akan jadi pusat strategis kegiatan bagi kepentingan kelanjutan kepenulisannya baik sebagai penulis itu sendiri atau kegiatan “bisnis” yang terkait dengan kegiatannya dalam berintegrasi dengan para teman-teman dan calon kastomernya; hal itu bisa sebagai pusat pelatihan kepenulisan, bisa berupa marketingnya atau memperdalam ketrampilan pada keduanyanya sementara sang penulis sendiri terus  mengembangkan kemampuan expertiesnya sembari ataupun jadi pembicara, nara sumber sesuai bidangnya.

Yang tidak kalah menariknya adalah kalau anda mau merambah dunia penulisan internasional, apakah itu tidak susah? Sementara bahasa inggeris saya masih berlepotan? Jangan hawatir, era dot com membuka peluang itu untuk anda. Caranya? Cari dan beli beberapa ebook PLR, RR atau MRR cari niche yang anda suka. Baca bahan yang anda punya, lalu buatkan outlinenya dengan membuat daftar isinya. Dengan bahan dan daftar isi tersebut maka anda bisa memakai jasa penulis freelance untuk membuat buku anda. Anda bisa menyewa penulis freelance dari Indonesia atau Filipina atau India. Kalau anda memakai penulis dari Indonesia anda bermakna punya dua buku. Pertama versi Indonesia dan kedua Inggris. Yang bahasa Indonesia anda bisa terbitkan lewat selfpublishing meski bayar tetapi modalnya kecil katakanlah dibawah 200 ribu, sementara versi inggris terbitkan lewat jarigan Amazon (www.CreateSpace.com). Hebatnya anda tidak perlu bayar sama sekali, tetapi harganya andalah yang menentukan dan tinggal nunggu royaltienya. Enak kan?

Jadi Apa Saja Yang Anda Dapatkan Dari Buku ini?

Pertama anda akan tahu apa itu dunia dot com. Apa itu dunia Life Style Dot Com.
Berikutnya anda diberitahu bagaimana anda harus menguasai dunia maya yang seperti itu. Anda diberi tahu cara membuat Blog dan website, mulai dari yang gratis sampai yang pro.
Tidak itu saja, anda juga diberi tahu cara mengoperasikan sosial media, dan bagaimana memanfaatkannya baik untuk bersosial ria, bersahabat ria sambil memperkenalkan brand atau bahkan bisnis anda. Sebab jangan lupa, sosial media bukanlah ajang promosi, tetapi kalau anda bisa memanfaatkannya dengan baik maka itu adalah sisi keuntungannya.
Setelah itu anda juga diberi tahu cara Menulis artikel yang baik; bagaimana memanfaatkan Google Keyword Planner untuk mengetahui artikel yang tengah In atau tengah diminati banyak orang. Ingat! Dalam menulis. Mencari segmen yang banyak diminati orang sangat diperlukan.
Berikutnya anda juga diberi tahu cara menuliskan artikel yang SEO friendly, dan bagaimana memanfaatkan dalam dunia dot com
Kecuali itu anda juga diberi tahu cara menulis Buku yang baik lengkap dengan asesorinya, misalnya bagaimana menyusun daftar Pustaka, cara menuliskan kata pengantar dll.
Kecual itu anda juga diberitahu cara membuat Cover Buku Sendiri; baik dalam bentuk dua maupun dalam bentuk tiga dimensi. Misalnya cover buku yang seperti ini :
 Atau dalam bentuk tiga dimensi :
Anda juga diberi tahu bagaimana kalau menerbitkan buku anda sendiri dengan harga yang terjangkau, misalnya dengan uang dua ratus ribu anda sudah dapat menerbitkan buku anda, sama seperti buku terbitan lainnya atau sama dengan buku-buku yang ada di toko buku lengkap dengan “wrapping” plastik nya agar buku anda tetap terjaga.
Malah kalau anda mencoba mau menjajal menerbitkan buku anda lewat jaringan Amazon di fora internasional juga diberi tahu caranya. Malah di sana anda tidak perlu bayar sama sekali, padahal harga buku anda itu anda sendiri yang menentukannya. Enak kan, kalau buku anda laku ya royaltiya terus mengalir; royaltinya bisa mencapai hingga 75 persen ( versi E-Book).
Anda juga diberi tahu cara pembuatan E-Book dan cara penerbitannya Dll

Berikut Daftar Isi Buku nya, mana tahu Anda dapat Inspirasi:

DAFTAR  ISI
halaman
Sekapur Sirih
Kata Pengantar
BAB  I.   Zaman Dot Com Life Style
I.1  Latar Belakang
1.2  Untuk Siapa Buku Saya Tulis
1.3  Mengapa Buku ini Saya Tulis
1.4  Apa Saja Yang Diuraikan Dalam Buku Ini
1.5  Referensi Untuk Anda
BAB II.  Media Dot Com Life Style
2.1  Media Dot Com
2.2  Mulai Bangun Brand Anda.
2.3   Mulai Dari Media Blogger
2.4  Cara membuat blog di blogspot
2.5   Cara Membuat  Website WordPress
2.6  Cara Membuat Website Pro
2.7   Bangun List Anda Sejak Awal
BAB III. Mengenal dan Memanfaatkan Jejaring Sosial Media
3.1   Manfaatkan Facebook Untuk Bisnis Anda
3.2   Manfaatkan Twitter Untuk Bisnis Anda
3.3    Memahami dan Menguasai Penulisan Press Release
BAB IV. Cara Menulis Artikel Yang Baik dan SEO friendly
4.1  Apa Itu Artikel dan Bagaimana Cara Menulisnya?
4.2   Langkah-langkah Dalam penulisan Artikel Secara Umum
4.3  Apa Itu Artikel SEO Friendly?
4.4  Memilih Isu Via Google Keyword Planner
4.6   Mulailah Menulis Artikel Pertama Anda Dengan Benar
BAB V.  Cara Menulis dan Menerbitkan Buku di Era Dot Com
5.1   Buku Seperti Apa Yang Anda akan Tulis?
5.2  Apakah buku yang akan anda tulis itu belum ada di pasar?
5.3  Menulislah Dengan Hati
5.4  Lengkapi Tulisan  Anda
5.5  Buat Sediri Cover Buku Anda
5.6  Cara Membuat Cover Buku Tiga Dimensi
5.7  Cara Mudah dan Murah Menerbitkan buku
BAB VI.  Cara Menulis dan Menerbitkan E-Book di Era Dot Com
6.1   Buku Elektronik atau E-Book
6.2  Beberapa Hal Perlu Diperhatikan Sebelum Menulis Ebook
6.3  Ubah ke Format E-Book atau PDF
Sekilas Tentang Penulis









3
18
21
21
27
32
35
43
52
52
58
60
73
80
85
100
104
104
123
144
156
156
164
178
183
193
200
207
207
213
219
227
237
252
260
266
266
271
275





[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Entrepreneurship. Entrepreneurship is the process of starting a business or other organization. The entrepreneur develops a business model, acquires the human and other required resources, and is fully responsible for its success or failure. Entrepreneurship operates within an entrepreneurship ecosystem.

[2] Search Engine Optimation suatu cara menulis di media online agar lebih mudah di temukan oleh mesin pencari dari seperti Google, Yahoo, Bing dll
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Ghostwriter