5 Cara menulis Karangan Cerita Jadi Lebih Menarik |
5
Cara Menulis Karangan Cerita Yang Menarik
Oleh harmen batubara
Cerita yang menarik
adalah cerita yang bermakna dan memang seolah real adanya. Tetapi karena cerita
yang menarik dan riel itu susah didapatkan secara apa adanya, maka yang
termudah untuk membuat tulisan yang menarik itu, ya dengan mengarang cerita itu
sendiri. Kalau anda suka membaca atau mendengarkan cerita maka sesungguhnya hal
itu sudah memperkaya kemampuan anda untuk mengarang sebuah cerita. Tetapi untuk
menjadikan sebuah cerita itu menarik, maka tetaplah harus ada pesan moralnya;
harus ada manfaat bagi sipembacanya.
Cerita yang menarik
adalah cerita yang realistis, realistis di sini adalah yang hidup, yang hidup
itu ya yang riel. Kalau anda menceritakan seorang tokoh yang kaya, ya anda
harus menceritakan seorang tokoh yang kaya. Baik dari banyaknya uangnya, berapa
bank yang mengelola uangnya; seperti apa rumahnya; apakah ia tinggal di
mension, di apartemen mewah atau di istana; apa saja merk mobil pribadinya dan
ada berapa;bagaimana caranya menikmati uangnya; dimana saja tempatnya berlibur
dll. Intinya harus realistis, harus masuk akal. Kalau tidak maka cerita itu
akan gersang. Nggak ada emosinya.
Karena itu karakter
sangat berperan dalam sebuah cerita. Setiap penulis harus kuat dalam melahirkan
karater tokoh-tokohnya. Karakter adalah salah satu bagian utama yang
bertanggung jawab untuk menjalankan skenario yang telah ditulis. Bisa dibilang
karakter adalah bagian vital dari sebuah cerita. Karakter atau tokoh, sering
menimbulkan problematika tersendiri bagi tiap penulis. Karena apa? Karena
sering kali keutuhan penokohan itu kurang terdeskripsi dengan akurat oleh
penulis. Semakin utuh rinci, semakin akurat penjelasan tentang tokoh, maka
semakin nyata dan hidup lah tokoh dalam cerita itu.
Berikut ini beberapa
poin penting untuk membuat tokoh-tokoh dalam tulisanmu semakin nyata.
Pertama – Gambarkan
Tokohmu secara Jelas Untuk
memahami lebih dalam karakter tokoh yang akan kita critakan itu paling mudah
jika dimulai dengan mendeskipsikan fisik mereka. Mulailah dari atas hingga ke
bawah. Kamu bisa memulai dengan mendeskripsikan rambutnya. Apa warna rambutnya,
tipe rambutnya bagaimana? Keriting, lurus, bergelombangkah?, atau coba kaitkan
dengan tokoh pesohor yang sudah ada. Misalnya seperti rambutnya Iwans Fals;
yang penting sesuaikan dengan tokoh yang ingin anda tokohkan. Misalnya kalau
tokoh itu memang seorang penyanyi legenda, ya carilah padanan yang disukai atau
dibenci oleh orang awam yang akan jadi pembaca cerita anda. Lalu merujuk
ke mata. Sipitkah? Besarkah? Adadak keteduhan di sana atau malah setajam mata
elang ketika menatap lawan bicaranya? Kemudian pipi, hidung, bibirnya?
Pinggangnya, perut buncit atau berimbang; kakinya kecil atau besar. Bagaimana
dengan postur? Tinggi? Kurus? Gemuk? Berotot? Kamu bisa juga deskripsikan
bagian tubuh mana yang paling disukai dan dibenci tokohmu. Pendeskripsian ini
sejak awal sudah harus jelas; kalau perlu anda harus membuat gambarannya. Namun
demikian dalam penulisannya nanti, bisa dijelaskan setahap demi setahap sesuai
dinamika cerita.
Kedua-Pendeskripsian
bahasa tubuh secara tepat-Menggambarkan
gaya body language atau gesture dalam penggalian karakter
sangat penting dalam berceritra. Kemampuan menuliskan gaya tubuh para tokoh
sangat membantu para pembaca dalam menikmati ceritanya. Kalau tokoh yang anda
tampilkan itu misalnya adalah seorang perokok berat; maka anda harus dapat
memvisualkannya dengan kata-kata yang pas, sehingga para pembaca anda akan
melihat tokoh itu memang “ tokoh real” dari seorang perokok berat. Sehingga
dalam paragrap yang kamu tulis terlihat gaya seorang perokok berat asli.
Bagian ini bisa kamu gunakan untuk memperjelas apa yang sedang dilakukan
sang tokoh di dalam paragrapmu. Gerakan-gerakan yang dimaksud di sini umumnya
mencakup ekspresi wajah dan gerak-geriknya yang nanti butuh kamu munculkan
berkali-kali dalam tulisanmu. Misalnya, tokohmu punya kebiasaan melempar asbak
ke muka anakbuahnya takkala ia jengkel luar biasa. Atau bisa juga
mengetuk-ngetukkan rokoknya di meja saat gugup, atau menggerak-gerakkan kakinya
saat sedang tegang, membelalakkan matanya saat dia sedang berbicara menggebu-gebu,
menaikkan satu alisnya saat tidak yakin dengan apa yang dikatakan orang lain
dll.
Ketiga- Deskripsikan
barang-barang kesayangan atau property lainnya yang dimiliki tokohmu. Ingat penokohan dalam sebuah cerita adalah
refleksi dari kehidupan manusia. Karena itu dalam menuliskan terkait tokoh atau
lakon harus juga tergambarkan kedekatan atau kesenangan mereka terkait
barang-barang atau pernak pernik disekitar mereka. Misalnya tokohmu itu
ternyata seorang yang senang dengan “cerutu” apalagi cerutu dari Havana. Malah
ternyata tokohmu itu masih menympan cerutu pemberian Fidel Castro saat beliau
berkunjung ke Havana. Bisa juga, tokohmu ternyata adalah seorang fashionista
yang memiliki brand favorit dari merk merk kelas dunia, atau tokohmu memiliki
sebuah topi butut yang merupakan hadiah dari pacar pertamanya dan selalu
dipakainya; atau tokoh yang suka memakai celana belel yang menjadi ciri
khasnya, suka pakai bando telinga kucing, fanatik dengan warna tertentu
sehingga hampir semua barangnya berwarna serupa itu.
Berbagai barang atau
pernak pernik itu bisa meliputi rumah, kendaraan, dan sebagainya. Misalnya kamu
akan mendeskripsikan dimana tokohmu tinggal. Tinggal dirumah, apartemen, kos,
atau masih ikut mertua indah. Gambaran itu harus realistis pada zamannya. Jangan
sampai ada pertentangan antara imajinasi dan realitas. Jika sudah memiliki
rumah, apakah dia mendapatkannya dengan KPR atau langsung bayar tunai saat
membeli? Lalu apakah tokohmu punya kendaraan pribadi? Dia punya motor atau
mobil? Apakah masih kredit atau sudah lunas? Beli sendiri atau masih dibelikan
orangtua? Atau diam-diam tokohmu malah menyimpan banyak investasi dalam bentuk
saham reksa dana dll
Keempat – Gambarkan
hobi dan Setting Ceri sangat
diperlukan beberapa kalimat untuk menuliskan latar belakang sang tokoh hingga
dia menjadi ‘sekarang’ (menjadi seperti saat ini di cerita). Jangan
bertele-tele dan fokus saja tentang arah hidup sang tokoh. Karena ini cerita
tentang kehidupan, maka tokoh-tokoh itu juga harus realistis. Mereka mempunyai
barang-barang ke sayangan dan juga hobi. Nah, jadi kamu pun harus bisa
menjelaskan hobi dari tokohmu. Jangan sampai hobby itu tidak sesuai setting
cerita. Kasarnya tokohmua suka foto selfie saat dia remaja pada kehidupan tahun
90an? Jelas anggak realis kan? Mana ada HP bisa foto selfie kala itu.
Mungkin tokohmu itu adalah seorang pemburu “babi hutan”? Maka umumnya
mereka sangat erat dengan model-model senjata laras panjang model para pemburu
professional. Pasti ada model kelas Amerika, kelas Hollywood, perbakin dll yang
menggambarkan bahwa tokoh itu adalah pemburu berkelas. Hingga berbagai stiker
dan gambar senjata ada tertempel di kaca mobilnya, di bajunya, di jaketnya dll.
Akan lebih bagus juga kalau suatu ketika anda menuliskan betapa senangnya tokoh
mu itu dalam menggeluti hobbynya.
Kelima- Seperti apa
kepribadian tokohmu itu? Setiap tokoh memiliki kepribadian tersendiri. Karena itu ada
baiknya anda juga membaca terlebih dahulu buku-buku terkait kepribadian ini.
Maksudnya agar anda tidak terjebak dalam menggambarkan realitas kepribadian
tokohmu. Sebab ini tergolong penting. Kepribadian itu jiwanya tokoh. Karena itu
kamu wajib menentukan terlebih dahulu apakah tokohmu itu seorang introvert,
ambivert, atau ekstrovert? Jangan sampai seseorang yang suka teledor, tetapi
malah tergambarkan berpenampilan rapi? Atau sebaliknya. Apakah tokohmu
perfeksionis?, melankolis, plegmatis, atau sanguine? Cerewetkah? Pendiamkah?
Suka mengatur atau bossykah? Penakut? Pecundang? Pemberani? Ataukah karakter
tokohmu memiliki watak licik? Jahil? Jaim? Humoris? Konyol? Atau malah Bedeguk?
Penentuan kepribadian
tokoh ini akan memperkuat gambaran emosi yang muncul dari tulisanmu; kare itu
ia sama pentingnya dengan menentukan apakah karakter yang kita ciptakan
berjenis kelamin lelaki atau perempuan. Karena perbedaan dan persamaan karakter
dalam ceritamu adalah pemicu lahirnya perbedaan emosi, timbulnya persoalan
konflik. Penentuan karakter tokoh akan berimbas pada perilaku sang tokoh,
gestur yang mereka tunjukkan, tingkat emosi mereka. Bagi para penulis maka
penokohan adalah penentu jalannya cerita. Menarikkah, membosankan kah dll.
Hal yang tidak kalah
pentingnya adalah Latar belakang kehidupan tokoh-tokohmu. Untuk
memberikan gambaran yang utuh maka jagan lupa untuk menjelaskan juga berbagai hal
tentang latar belakang tokoh-tokohmu. Hal ini akan menentukan jalannya emosi
pada saat-saat kritis. Bagaimanapun gilanya seorang tokoh umumnya itu bisa
muncul tidak lepas dari latar belakang kehidupan mereka sendiri. Tokoh yang
keras, kepala batu pasti ada kaitannya dengan kehidupannya di masa lalu. Begitu
juga sebaliknya.
Ingat dalam meramu
jalan ceritamu, kamu harus berperan sebagai seorang seniman pemahat. Tidak ada
pahatan yang sekali jadi. Dia harus bertahap, mulai dari yang kasar, halus dan
halus. Begitu juga dalam menulis, menulis adalah menyajikan kata dan kata-ia
bagaikan ramuan-yang terus menerus diasah dan diolah sehingga bisa melahirkan
untaian paragarap demi paragrap, yang menjadi kalimat demi kalimat yang menari
dalam menguraikan ceritamu. Jangan pernah bermimpi menulis sekali jadi. Kecuali
anda seorang penulis jenius, yang mampu merangkai kata dalam satu kelebatan
tulisan. Sebab kemampuan seperti itu ada. Tapi sangat langka.