August 7, 2015

Penulis Sukses: Pencetak Mimpi Para Penulis Pemula



Pencetak Mimpi Para Penulis Pemula
0leh Susie Berindra
http://nulisbuku.com/books/view_book/7291/ketika-semua-jalan-tertutup-menulis-malah-memberiku-segalanya
 
Apa yang bisa diberikan kepada Indonesia? Pertanyaan itu selalu terngiang di telinga Brilliant Yotenega (37). Hendak menjawab pertanyaan itu, dia mengajak semua orang untuk menulis buku dan menerbitkannya sendiri. Dia mengajak para penulis mencetak mimpi-mimpi mereka di nulisbuku.com. Laman nulisbuku.com membuka kesempatan kepada semua orang untuk menulis, mengunggah, menerbitkan, sampai menjual karyanya dalam bentuk buku. Beberapa penawaran, seperti penerbitan ISBN, pembuatan sampul, percetakan, paket, sampai pemasaran bisa dipilih. Jika penulis mau mencetak saja dan ingin mengerjakan proses lainnya secara mandiri, tentu saja boleh.
Untuk bisa menerbitkan buku sendiri, akun harus dibuat. Hingga kini, nulisbuku.com mempunyai lebih dari 50.000 anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk penerbitannya, unggah tulisan dalam ukuran 13 x 19 sentimeter dan 11 x 17 sentimeter. Untuk kertas juga disediakan dua pilihan, HVS dan novel. Dua pilihan tersebut untuk memudahkan proses pencetakan. Penulis juga akan diberi masukan berapa harga minimal buku sekaligus royalti setiap buku yang akan diterima. Harga minimal sebuah buku Rp 33.000. Jika penulis menjual bukunya dengan harga mahal, royalti juga lebih banyak.Dengan cara ini, penulis tak perlu menunggu terlalu lama meraih mimpi menerbitkan buku. Di penerbitan mandiri ini, setelah naskah disetujui, penulis hanya butuh waktu dua minggu untuk bisa memegang buku karyanya sendiri.
Di laman itu, banyak penulis dengan berbagai kategori. Ada penulis yang sudah menerbitkan bukunya lebih dari sekali seperti Lingga Darmawan. Lingga telah menerbitkan buku 4G Handbook dua jilid dan buku Entrepreneurial MBA. Selain Lingga, ada beberapa nama penulis yang cukup ternama, seperti Ika Natassa dan Liliana Tan. Saat ini, nulisbuku.com memiliki 4.000 judul buku dan bisa mencetak 150 judul buku per bulan.
Sebagai salah satu pendiri, Brilliant Yotenega atau akrab disapa Ega, menyebut usahanya sebagai print on demand, mencetak sesuai dengan permintaan dan kebutuhan. Ega yakin, self publishing (penerbitan mandiri) dengan mencetak sesuai pesanan ini akan jadi penerbitan masa depan.
Namun, Ega mengatakan, nulisbuku.com bukan penerbit. ”Kami adalah mitra para penulis untuk menjadi penerbit sendiri. Sebenarnya, yang menjadi penerbit adalah penulis sendiri. Penulis punya hak cipta karyanya, boleh menawarkan ke pihak lain. Saya malah senang kalau ada yang menarik bukunya karena mau diterbitkan perusahaan penerbitan,” ujarnya.
Gagal, terpuruk, dan bangkit
Saat masih kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Ega sudah merasakan bagaimana mendirikan sebuah usaha bersama teman-temannya dan menikmati hasilnya. Tahun 2005, bersama dengan beberapa teman, dia mendirikan PT Pelangi Grafika di bidang desain produk. Demi menjalankan usahanya, Ega yang sudah kuliah selama empat tahun memutuskan berhenti.
”Meski begitu, saya selalu bertanya kontribusi apa yang bisa saya berikan kepada bangsa ini? Masih kuliah, punya duit sendiri, apakah hanya ini? Lalu, saya mencari terus,” ujar Ega.
Seiring berjalannya waktu, Ega mendapat pengalaman di bidang percetakan sampai kemudian mengetahui teknologi print on demand. ”Memang ada lho dari komputer bisa langsung dicetak, bukunya seperti dari percetakan. Lalu, kami beli mesin cetak baru. Tetapi, setelah mengetahui mesin itu, saya baru tahu kalau mesin ini untuk perusahaan penerbitan,” kata Ega, penulis buku Merantau The Series dan In The Eyes of The Storm.
Salah satu kendala penerbitan mandiri saat itu adalah akses internet yang sulit dan mahal. ”Di Surabaya, untuk mengunggah satu naskah buku dengan besar 1 MB membutuhkan waktu yang lama. Akhirnya, penerbitan buku enggak laku, mesin dijual,” kata Ega.Usaha yang gagal membuat Ega terpuruk sampai berdiri pun lutut bergetar. Apalagi, saat itu, pada 2008, dirinya baru saja menikah. Dia memutuskan pindah ke Jakarta, meraih impian baru. ”Ide usahanya bagus sekali, tetapi timing-nya tidak tepat,” katanya.
Setelah menjejakkan kaki ke Ibu Kota, Ega sempat menjadi pekerja kantoran selama dua tahun. Cita-citanya membuat perusahaan penerbitan mandiri masih membara. Ega tetap ingin menjadi pengusaha yang bisa juga memberikan sesuatu kepada orang lain. ”Saya ingin menjadi businessman yang seniman, meniru ayah saya,” ungkap Ega menyinggung ayahnya, Yohanes Kombang Ali.
Sambil bekerja, dia tetap menyusun rencana usaha. Beberapa kali, dia mengajukan proposal usaha ke para investor. Bukan hanya sekali ditolak, melainkan berkali-kali. ”Pertanyaan calon investor selalu sama, memangnya ada orang Indonesia yang mau menulis buku dan menerbitkannya sendiri? Saya juga berpikir, iya, ya, siapa yang mau,” ujar Ega. Hingga kemudian, pada 2010, ada investor membantunya membeli sebuah mesin cetak print on demand dengan harga miliaran rupiah. Dia pun menggandeng pendiri kutukutubuku.com, Aulia Halimatussadiah. Selain itu, ada dua temannya lagi, Angelina Anthony dan Oka Pratama. Dalam perjalanan usahanya, salah satu pendiri, Angelina, mengundurkan diri dan diganti Nina DK.
Di acara Indonesia Book Fair 2010, bekerja sama dengan Mizan Digital Publishing, peluncuran laman nulisbuku.com ditandai penerbitan buku dari 99 penulis. Cepatnya perkembangan teknologi selaras dengan perkembangan penerbitan mandiri yang dikelola empat orang tersebut. Lewat media sosial dan laman, penerbitan mandiri mulai dilirik masyarakat.Untuk anggota yang sudah tersebar di seluruh Indonesia, nulisbuku.com membentuk Nulis Buku Club. Di Jakarta, komunitas itu bertemu sekali sebulan untuk ajang berbagi sekaligus promosi. ”Setiap penulis bisa mempromosikan karyanya di pertemuan itu. Kalau di kota-kota lain, bergantung pada anggotanya yang mau mengadakan pertemuan, kami menyediakan format acaranya,” kata Ega.
Dalam perjalanan selama lima tahun, nulisbuku.com mendapatkan penghargaan SparX Up Award untuk kategori Best e-Commerce pada 2010 serta Indonesia Innovates Heroes 2013 dari Google Indonesia, Ogilvy, dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2013).
Masih banyak mimpi Ega yang ingin dicapai. Dia ingin lebih banyak orang menulis. Tak salah jika Ega memilih tagline,Publish Your Dream, untuk usahanya. ”Saya ingin memberikan kontribusi lebih besar lagi untuk dunia literasi. Budaya bangsa yang tinggi ditentukan budaya literasinya,” kata Ega.( Sumber : Kompas 4 Agustus 2015)
 

Brilliant Yotenega

Lahir: Surabaya, 3 Juni 1978
Istri: Nuraini Cynthia Dewi
Anak:      
1. Arne Ezramarthyan Yotenega
2. Aeldra Ezekiel Yotenega

Pendidikan:
Jurusan Desain Produk Industri Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya

Karier:
1.         Manajer Desain dan Printing PT Pelangi Grafika, Surabaya (2001-2008)
2.         Asisten Manajer Marketing Communication PT Tiphone Mobile Indonesia (2008-2010)
3.         Pendiri nulisbuku.com (2010-sekarang)



July 21, 2015

Penulis dan Pengarang Buku Laris Di Indonesia


Siapa sesungguhnya penulis dan pengarang paling terkenal di Indonesia? Sejatinya itu hanyalah persoalan sederhana; yakni penulis yang paling banyak bukunya terjual. Tetapi kalau saya menyebutkan beberapa pengarang atau penulis terkenal di sini, lebih cenderung pada pendapat pribadi. Terlepas apakah mereka yang paling terkenal atau tidak, bagi saya itu tidak menjadi masalah. Tetapi apa yang membuat mereka bisa terkenal dan bukunya laris tentu hanya orang pemasaranlah yang paling tahu sebabnya. Sebab jangan lupa, pasar itu bisa direkayasa dan rasa itu bisa di populerkan. Apakah itu enak atau tidak? Jawabnya relatif.


Penulis dan Pengarang Buku Laris Di Indonesia
Siapa sesungguhnya penulis dan pengarang paling terkenal di Indonesia? Sejatinya itu hanyalah persoalan sederhana; yakni penulis yang paling banyak bukunya terjual. Tetapi kalau saya menyebutkan beberapa pengarang atau penulis terkenal di sini, lebih cenderung pada pendapat pribadi. Terlepas apakah mereka yang paling terkenal atau tidak, bagi saya itu tidak menjadi masalah. Tetapi apa yang membuat mereka bisa terkenal dan bukunya laris tentu hanya orang pemasaranlah yang paling tahu sebabnya. Sebab jangan lupa, pasar itu bisa direkayasa dan rasa itu bisa di populerkan. Apakah itu enak atau tidak? Jawabnya relatif.
Saya malah lebih cenderung untuk mengatakan bahwa kegiatan tulis-menulis tentu mensyaratkan ketrampilan menulis. Bagaimana mungkin tulisan bisa dikatakan baik tanpa ketrampilan menulis, yaitu ketrampilan untuk mengungkapkan pikiran dengan untaian kata, rangkaian kalimat, dan susunan paragraph dalam tulisan. Hanya saja yang perlu diketahui dan diyakini oleh setiap orang adalah bahwa ketrampilan menulis tidak muncul tiba-tiba. Ketrampilan tersebut harus dibangun dan ditumbuhkembangkan dengan aktifitas menulis yang tak mengenal bosan dan lelah dan sembari terus berlatih dan berlatih, menulis dan terus menulis.
Ada pula kekuatan bakat di sana. Kalau ada bakat maka jelas akan bertambah lagi nilainya,  tetapi sekedar mengandalkan bakat saja tentu tak cukup. Bakat tak pernah bisa mengalahkan latihan, namun latihan disertai bakat akan membuat seseorang menjadi “SPESIAL”, Jadi seorang Penulis yang khas. Ketrampilan menulis itu buah dari latihan terus-menerus yang dilakukan dengan senang hati.
Tulisan yang berbobot dan menyentak itu tidak lepas dari pengetahuan yang dimiliki oleh si penulisnya. Sebuah tulisan meski sama-sama mengusung tema dan judul yang sama, akan sangat berbeda karena latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh si penulisnya. Karena itu sedari awal anda harus jadi  penulis yang menguasasi bidangnya, jadilah spesialis di bidangnya. Memiliki pengetahuan yang mendalam dalam bidang yang kita tulis pastilah akan jadi referensi yang dicari banyak orang.
Wawasan seorang penulis juga akan sangat berperan dalam suatu tulisan. Wawasan berbeda dengan pengalaman dan pengetahuan. Setidaknya begitulah menurut pendapat saya, karena wawasan adalah hasil perpaduan antara pengalaman dan pengetahuan, dan ia kan menjadi simpul-simpul yang sesuai dengan referensi manapun dan bahkan jadi referensi baru dibidangnya. Daya kritis dan kejelian seseorang menjadi kunci agar wawasannya luas. Oleh karenanya, kecerdasan seseorang menjadi fondasi wawasannya. Jadi tidak salah kalau kita mengatakan penulis-penulis sukses didominasi orang-orang cerdas. Tapi bukan berarti sebaliknya? Sebab banyak juga orang yang bisa menikmati tulisan dari orang-orang biasa, malah lebih mudah untuk menikmatinya.
Menulislah selagi anda memang punya keinginan untuk itu. Memang yang terbaik adalah ketika kita menulis tentang hal-hal yang paling kita kuasai dan kita minati. Tapi terlepas dari tema apapun yang akan ditulis, ada satu hal yang harus diingat: Tulisan kita itu nantinya akan dibaca oleh publik, mungkin diterbitkan jadi buku atau dimuat di media cetak atau blog. Karena itu, yang paling penting untuk dipikirkan adalah: Tulisan-tulisan yang kita buat itu harus memiliki nilai tambah, dan bermanfaat. Jadi buatlah tulisan itu menarik dan bermanfaat bagi pembaca.
Inilah daftar penulis buku dan pengarang terkenal di Indonesia menurut salah satu situs wikipedia, ada banyak sekali penulis terkenal rupanya versi wikipedia. Dan anehnya saya sendiri banyak yang tidak mengenal mereka, mungkin juga Anda. Tapi dalam tulisan ini saya akan membagikan informasi yang beda sumber dengan Wikipedia yang ada dan bisa jadi ini sifatnya sesuai penilaian pribadi saja.
Menurut berbagai sumber yang ada, Penulis dan Pengarang Buku Terkenal Di Indonesia ada 4 orang, yaitu:
Andrea Hirata
 
Sebagai penulis buku yang laku keras di pasaran, salah satu judul bukunya adalah Laskar Pelangi. Sumber yang saya dapatkan bahwa Andrea sudah menjual lebih dari 500.000 copy exp bukunya dan dengan total nilai lebih dari Rp 3,2 miliar, itu baru dari satu buku dengan judul laskar pelangi.



Habiburrahman El shirazy 


Penulis yang lulusan Al Azhar Mesir ini sukses sebagai penulis novel, salah satunya adalah yang berjudul Ayat - Ayat Cinta, bukan hanya sebagai buku, namun judul itu juga nge-BUZZ di layar lebar. Dunia perfilman di suguhkan genre film yang berbeda. Tidak hanya sampai di situ, buku - buku lainnya juga sempat mengambil perhatian publik, seperti Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mighrab Cinta, dan lain - lain. Wajar jika masyarakat menjadikan Kang Abik (nama bekennya  Habiburrahman El Shirazy) sebagai penulis buku terkenal di Indonesia.
tentu dia sudah mendapatkan penghasilan yang baik atau malah baik sekali.
Mira W.

Buku-buku yang fenomenal, seperti judul Cinta Sepanjang Amazon, buku itu telah mengangkat penulis yang juga berprofesi dokter umum ini menjadi penulis terkenal di Indonesia. Penulis ini  telah menulis karya lebih dari 20 novel yang laku keras di pasar. Perkiraan penghasilan atau keuntunggan yang dia peroleh dari kegiatan menulis ini lebih dari Rp 2.5 Milyar.

Dewi Dee Lestari

Apakah adan sudah baca tips menulis novel ala Dewi Dee Lestari? jika belum silahkan menuju kesana dengan klik di sini.
Disamping sebagai penyanyi, ternyata Dee adalah penulis yang produktif, buktinya banyak bukunya yang ditemukan di pasar buku dan menjadi best seller. Dari penampilannya yang mengesankan adalah penampilannya sebai seorang ibu yang sederhana, namun mampu memberikan karya tulis yang enak dibaca dan tergolong yang terbaik untuk Indonesia.

Meski saya setuju dengan keempat penulis terkenal ini, saya sendiri sebenarnya bukanlah pembaca karya penulis seperti mereka, dan terus terang saya malah lebih suka baca tulisan Cak Nun dan sejenisnya. Karena itu kalau ingin jadi penulis, janganlah terlalu kaku dengan genre dan pola sebab semua itu ada peminatnya. Tapi kalau anda memang bisa membaca “pasar” maka tentu anda akan punya kans untuk jadi penulis terkenal. Tetapi ingat, tanpa terkenalpun sesungguhnya jadi penulis itu sudah enak dan bisa memberikan anda kehidupan yang baik.



July 18, 2015

Penulis Sukses, Lima Syarat Penulis Sukses Diajarkan Kompasiana







Penulis Sukses, Lima Syarat Penulis Sukses Diajarkan Kompasiana
Satu semester menjadi ‘mahasiswa’ di ‘Universitas’ Kompasiana memberi pelajaran berharga kepenulisan. Boleh jadi Kompasiana tak pernah membeberkan dalam satu artikel tentang itu, tetapi karena setiap Kompasianer adalah ‘mahasiswa’ sekaligus ‘dosen’, maka setiap tulisan tentang kepenulisan adalah bagian dari matakuliah di ‘Kampus’ ini. Setidaknya pengalaman menulis, berkomentar, dan berteman di Kompasiana memberi pelajaran berharga cara menulis yang baik.

Ada 5 syarat yang ‘diajarkan’ oleh Kompasiana agar seseorang bisa menjadi penulis sukses, yaitu:
Pertama, Ketrampilan Menulis
Kegiatan tulis-menulis tentu saja mensyaratkan ketrampilan menulis. Bagaimana mungkin tulisan bisa dikatakan baik tanpa ketrampilan menulis, yaitu ketrampilan untuk mengungkapkan pikiran dengan untaian kata, rangkaian kalimat, dan susunan paragraph dalam tulisan. Hanya saja yang perlu diketahui dan diyakini oleh setiap orang adalah bahwa ketrampilan menulis tidak muncul tiba-tiba. Ketrampilan tersebut harus dibangun dan ditumbuhkembangkan dengan aktifitas menulis yang tak mengenal bosan dan lelah.
Ada pula kekuatan bakat di sana, tetapi sekedar mengandalkan bakat tak cukup. Bakat tak pernah bisa mengalahkan latihan, namun latihan disertai bakat akan membuat seseorang menjadi “GREAT”, Sosok Penulis Besar. Ketrampilan menulis itu buah dari latihan terus-menerus, bukan diwariskan, apalagi turun dari langit.
Kedua, Pengalaman
Jangan harap bisa menulis dengan baik jika tak punya pengalaman, namun siapa sih orang yang tidak punya pengalaman? Setiap orang hidup memiliki pengalaman yang unik, berbeda dari orang lain. Keunikan itulah kekuatan setiap orang untuk melahirkan tulisan yang baik. Pengalaman adalah sisi kehidupan yang tak terbatas. Ada pengalaman bergaul, pengalaman spiritual, pengalaman berkelana, pengalaman hukum, politik, bahkan cinta dan horor, serta masih ada banyak lagi penglaman lain yang kesemuanya adalah sumber inspirasi tulisan.
Banyak orang mengatakan bahwa pengalamannya banyak, tetapi tak bisa menuliskannya. Itulah sebabnya dia harus mulai menulis, bahkan bisa jadi harus berawal dari sebuah kata yang paling buruk, lucu, dan aneh. Tidak apa-apa, memang seperti itulah yang benar. Lambat laun akan mudah menuangkan alam pikiran yang sangat hirup pikuk menjadi alam tulisan yang indah dan bermanfaat.
Ketiga, Pengetahuan Mendalam
Sebelum dan awal-awal bergabung di Kompasiana, saya sangat percaya diri bahwa saya bisa melahirkan tulisan yang baik. Satu demi satu tulisan saya unggah, dan saya baru tahu bahwa tulisan saya tidak berkualitas atau lebih tepatnya buruk. Ternyata selama ini saya hanya bermimpi bisa menulis dengan baik, tetapi tulisan saya ‘dangkal’. Penyebabnya setelah saya bandingkan dengan tulisan-tulisan bagus di Kompasiana adalah karena saya tidak cukup pengetehuan mendalam tentang topic yang saya tulis. Dari situlah saya paham maksud teori dan tips bahwa penulis itu harus spesialis di bidangnya, meskipun saya sampai saat ini tidak membenarkannya 100%, karena saya berfikir bahwa seseorang bisa menjadi multi spesialis jika mau dan disiplin kuat membangunnya. Dari situ pula timbul dorongan untuk membaca banyak referensi dan tulisan agar memiliki pengetahuan yang dalam sebagai bagian dari upaya melahirkan tulisan yang bagus.
Keempat, Wawasan Luas
Wawasan berbeda dengan pengalaman dan pengetahuan. Setidaknya begitulah menurut pendapat saya, karena wawasan adalah hasil sintesa pengalaman dan pengetahuan menjadi kesimpulan-kesimpulan. Daya kritis dan kejelian seseorang menjadi kunci agar wawasannya luas. Oleh karenanya, kecerdasan seseorang menjadi fondasi wawasannya. Penulis-penulis sukses didominasi orang-orang cerdas.
Namun Anda dan saya yang tidak begitu cerdas tak usah khawatir tidak bisa membuat Tulisan bagus dan menjadi penulis sukses, karena kecerdasan itu sebelas duabelas dengan bakat atau talenta. Latihan-latihan mensintesa dengan sering-sering berfikir dan menulis akan membuat kecerdasan kita terus tumbuh.
Paling-paling kita hanya akan tertinggal dengan orang-orang cerdas itu jika mereka melakukan hal yang sama banyak melakukan latihan seperti kita. Kalau sudah demikian, apa boleh buat, mereka akan berada di depan kita. Namun orang cerdas yang rajin seperti itu tidak banyak. Mereka biasanya merasa cukup dengan kecerdasannya yang melebihi kebanyakan orang. Jadi kita masih berpeluang menjadi penulis handal. Amin.
Kelima, Popularitas
Syarat kelima ini mirip dengan syarat pertama, harus dibangun. Memang benar ada banyak kasus beberapa penulis yang alih profesi, dari sosok terkenal non penulis menjadi penulis. Contoh dekatnya adalah Jusuf Kalla, Mantan Wapres. Kariernya di dunia bisnis dan politik telah masyhur, jika kemudian beliau menulis, sebagaimana sudah dilakukannya di Kompasiana, maka peluang untuk sukses sebagai penulis sangat besar. Popularitas memudahkannya untuk berhasil menjadi penulis, tentu saja jika syarat nomor satu terpenuhi.
Lantas bagaimana dengan orang-orang tidak terkenal seperti saya? Mau tak mau harus terus menulis dan menulis dengan konsisten dan menjadi yang lebih baik. Tulisan-tulisan yang semakin lama pasti semakin baik itu, -sekali lagi saya menyebut “semakin lama tulisan kita pasti semakin baik”- maka kitapun akan dikenal oleh banyak orang, dan nama kita akan semakin populer. Setelah itu, setelah nama kita semakin dikenal, maka setiap tulisan kita akan dipersepsi banyak orang sebagai tulisan yang layak dibaca karena (paling tidak dianggap) memiliki kekuatan dan bermanfaat bagi orang lain.
Jadi, yuk terus menulis, di Social Blog Kompasiana dan di forum lain tanpa lelah. Carilah 1001 alasan bahwa menulis itu mutlak harus dilakukan. Menulis itu 1) ibadah, 2) amal saleh, 3) ciri berperadaban, 4) aktualisasi diri, 5) asyik, 6) warisan abadi, 7) terapi kesehatan, 8) cara paling mudah menjadi pribadi bermanfaat bagi orang lain, 9) rekreasi, 10) jati diri, dan 11) peluang rejeki. Anda bisa menambahkan 990 alasan yang lain agar benar-benar mencapai 1001 alasan untuk terus menulis. SILAKAN!