Penulis
Pro : Jadilah Penulis Apa Adanya Saja
Oleh
Harmen Batubara
Kalau
secara “to the point” maka makna pnelis professional itu, sebenarnya lebih
merujuk kepada pekerjaan. Ya sebagai pekerjaan penulis Profesional yang sudah
memasang tariff atas berbagai tulisan yang ia hasilkan. Disini kepenulisan itu, sudah jadi komoditas
professional yang ada kualitas, karakter dan lengkap dengan harganya. Pada
hakekat sebenarnya, entah apapun perangkat keprofesionalismean pekerjaan anda,
maka yang lebih penting adalah apakah anda bahagia dengan pekerjaan anda. Kalau
anda senang dan bisa bahagia karenanya maka itu sudah cukup. Mau disebut
sebagai penulis professional atau penulis saja, tidak akan buat perbedaan.
Kalau tulisan anda sudah punya “trade mark” tersendiri serta punya komunitas
yang jadi penggemarnya, maka itu saja sudah lebih dari Cukup. Soal apakah itu
akan mampu memberikan penghasilan yang baik? Tentu tinggal pada cara
pemasarannya.
Pernahkah
terlintas dalam pikiranmu bahwa penulis terkenal, punya nama, kaya secara
material dan hidup ala selebriti di berbagai dunia panggung? Tetapi sebenarnya mereka
juga hanyalah penulis biasa saja. Penulis yang siapa saja sebenarnya bisa
menuliskannya. Anda pasti ingin klarifikasi? Masa Sih? Cobalah perhatikan.
Berbagai tayangan live Show di Televisi, terserah apa genrenya, ada banyak penggemar dan berhasil menghasilkan “bintang”
bintang tenar, kaya raya dsb dsb. Apakah
tayangan atau show itu memang bagus? Nope! Belum tentu? Memang ada yang bagus
tetapi lebih banyak lagi yang biasa-biasa saja. Lalu apa intinya? Ya lihatlah
industeri yang melahirkan bintang dan mega bintang nya itu. Merekalah yang
punya hajat, merekalah yang punya “selera” dan merekalah yang menentukan mana
bintang yang Top dan mana yangTop sekali.
Nah
di sanalah bedanya. Kalau banyak anak muda yang ingin jadi penulis Idola,
berkarya, dan kaya raya maka jadilah bagian dari “pentas Show” yang diusung
oleh industeri penerbitan. Bukan apa-apa. Karena begitu mereka berhasil
menjadikan sebuah buku “Booming”, maka perhatikanlah hanya dalam hitungan
minggu akan muncul lagi buku-buku baru yang lebih hebat, yang lebih “booming”
dari yang sebelaumnya. Padahal hanya dalam tenggat waktu yang demikian
terbatas? Kapan Penulisnya bisa
menuliskannya? Karena mesin industeri penerbitan itu bekerja, mereka mampu
mendikte selera; anda kalau tidak membaca buku terbitan mereka, pasti anda
tergolong kuno. Nggak tahu jaman, nggak gaya, nggak ngarus dst dst.
Hanya
satu tindakan yang harus anda ambil. Membeli buku mereka, dan menyebut sang
Penulisnya sebagai “penulis hebat, penulis cerdas” yang dilahirkan zaman. Kalau
anda berani menyebut yang sebaliknya, maka anda pasti dibilang tidak punya akal
sehat dan anda memang orang yang tidak bisa mengikuti zaman. Itulah dunia
panggung. Industeri memang harus mampu membuat panggung- panggung yang
melegenda. Tanpa itu rasanya sepi. Masalahnya? Apakah anda berada dalam “radar”
mereka? Kalau tidak ya anda hanya akan jadi sekedar penulis professional.
Memang tidak kaya sekali, tetapi anda layak hidup seperti para professional
lainnya. Mungkin tulisan ini akan sedikit banyak bisa membantu anda untuk
menjadi penulis professional.
Tahu
Selera Pasar
Penulis
Yang Tahu Selera Pasar Tapi jangan
salah persepsi, setiap segmen ( niche) mempunyai pasarnya sendiri-sendiri. Ada
pasar yang ramai, tetapi hanya diminati oleh para pembaca yang menengah ke
bawah. Sebaliknya ada juga segmen yang sebenarnya tidak banyak peminatnya,
tetapi umumnya disukai oleh mereka yang punya daya beli. Dan banyak lagi
ragamnya. Sekarang memang semua sudah ada “perangkat” atau “tool” yang bisa
membantu anda. Anda bisa membaca selera pasar pada segmen yang anda suka lewat
“Google” jelasnya “Google Keyword Planner” atau berbagai software yang
memungkinkan anda tahu dengan benar, seperti apa sebenarnya “realitas” segmen
yang akan anda kan tulis.
Begitu
anda happy dengan segmen yang akan anda tulis, maka lakukanlah Riset perihal
segmen yang akan anda tulis. Riset di sini adalah lewat “dektop” publishing
artinya riset lewat berbagai tulisan Online terkait segmen yang akan anda tulis
tersebut. Ingat kalau melakukan riset, perhatikan obyek yang anda riset; pilih
juga kredibilitasnya. Anda harus telaten
saat dimana anda memanfaatkan data apa adanya dan pada saat yang mana harus
memilih data dari sumber-sumber yang punya kredibilitas. Misalnya dari kalangan
penerbit atau harian yang sudah punya jam terbang puluhan tahun; dari data atau
publikasi kalangan universitas ternama; serta publikasi yang bisa anda yakini
kredibilitasnya. Kemudian yang juga tidak kalah menariknya. Apakah nantinya anda dalam menerbitkan buku
tersebut hanya mengandalkan pada para penerbit “Mayor” yang memang hidupnya
hanya dari dunia penerbitan Buku? atau anda terbitkan sendiri lewat pola
“Selfpublishing” yang memadukan website pribadi, website toko Online sendiri
serta memanfaatkan website mall; seperti Bukalapak com, Tokopedia com, Lazada,
Alibaba, Amazon com Dll. Anda bisa memanfaatkan berbagai media website anda
sendiri dengan kombinasi website pro yang memang sudah ada di pasar yang bisa
anda manfaatkan secara gratis.
Disiplin
dan Mampu Memotivasi Diri
Seperti
kata seorang sahabat, kalau masih menulis hanya dengan mengandalkan mood,
pertimbangkan ulang cita-citamu untuk jadi penulis profesional! Karena
bagaimanapun tak bisa hanya mengandalkan mood. Penulis yang profesional
memperlakukan aktivitas menulisnya sebagai sebuah pekerjaan yang tetap harus
dilakukan setiap hari, tanpa peduli mood dan situasi hati. Tak peduli habis
patah hati, gagal ujian, atau baru saja bertengkar dengan pacar, atau isteri
dan tak ada alasan untuk tidak menulis. Ada banyak hal yang orang lupa kalau
melihat dunia seorang penulis. Ibarat rutinas seorang prajurit professional,
menulis juga harus punya jadwal-jadwal yang sudah tersusun dan telah
dipraktekkan dengan baik. Seorang prajurit kegiatannya dikerangkakan oleh waktu
dan waktu. Jam 06.45 dia sudah harus apel pagi ( apel nya memang jam 07.00 tapi
dia sudah harus di posisi apel 15 menit sebelumnya, itu berarti sudah harus
bangun jam 04.30). Kegiatan Apel pagi diikuti dengan rutinitas senam pagi, dan
nanti baru selesai jam 08.00 Kegiatan berikutnya sesuai dengan tugasnya
masing-masing sampai Isoma ( istirahat Sholat makan siang) pada Jam 13.30.
Kegiatan berikutnya sampai Jam 15.00. Diikuti Apel Siang.Jam 16.00-17.30
kegiatan ekstra; Jam 21.00-21.30 Apel
malam dst dst.
Dalam
kerangka waktu yang seperti itulah mereka membina kesegaran atau kesemaptaan
tubuh, ketrampilan bela diri, kemampuan profesionalnya dst dst. Kehidupan
seperti itu sudah jadi suatu ritme. Dalam garis besarnya mereka mempunyai waktu
–waktu yang bervariasi sesuai satuannya masing-masing. Yakni waktu untuk
penugsan di lapangan; waktu untuk pendidikan ; dan waktu penugasan di satuan.
Kalau di lapangan biasanya mulai dari 3 bulan-satu tahun penugsan; pendidikan
biasanya tergantung jenis dan tingkatannya dengan durasi satu bulan-satu tahun.
Dengan cara itulah mereka menempa diri hingga akhirnya jadi prajurit
professional. Polanya bisa jadi tidak sama persis, tetapi seperti itulah garis
besarnya. Saya tahu itu, karena saya ada di lingkungan itu selama 30 tahun.
Bisa Jadi Anda Perlu Personal Branding Juga
Begitupulalah
seorang penulis, dia harus mempu membuat kerangka kerjanya, kerangka cara dia
meningkatkan kemampuan profesi kepenulisannya sendiri, dan juga menjaga
kebugaran tubuhnya. Bisa dibayangkan kalau model penulis yang dalam satu hari
bisa duduk di depan Laptop 6-7 jam disamping seruputan minum kopi. Kalau dia
tidak menyediakan waktunya untuk melatih kebugaran tubuh minimal satu jam per
hari. Maka percayalah dia akan tidak pernah sampai di sana (jadi penulis
professional). Hanya dalam tubuh yang sehatlah maka akan muncul kemampuan
menulis yang baik dan professional. Bahwa penulis itu selama ini dipersepsikan
seperti kehidupan seniman, yang bekerja hanya kalau lagi mud, penuh sensasi dan
berbagai atribut kesenimanan lainnya. Percayalah itu semua hanya sebuah
persepsi yang keliru. Penulis professional itu justeru hidupnya penuh disiplin,
bahkan melebihi disiplinnya seorang prajurit. Kenapa? Karena dia harus mampu
mengatur jadwalnya sendiri. Mengatur strategi bagaimana ia mendapatkan
penghasilan; bagaimana ia meningkatkan kemampuan profesionalnya dan menjaga
stamina tubuhnya sendiri dan membina keluarganya. Menjadi penulis di era
digital tentu memerlukan kemampuan untuk menulis di era digital. Jelas hal itu
memerlukan ketrampilan dan pengetahuan terkait kepenulisan di zaman di gital.