Showing posts with label wilayah perbatasan. Show all posts
Showing posts with label wilayah perbatasan. Show all posts

April 18, 2022

Penulis Dari Perbatasan: Mau Jadi Blogger atau Vlogger?

 


Penulis Dari Perbatasan: Mau Jadi Blogger atau Vlogger? 

Profesi sebagai blogger dan vlogger sungguh makin menarik. Bisa dimengerti karena, teknologinya kian memungkinkan dan perkembangan akses internet kian membaik. Kalau kamu mempertimbangkan untuk menjadi  blogger atau vlogger sebagai profesi, ada baiknya kamu mengetahui dulu perbedaannya. Blogger adalah sebutan untuk seseorang yang melakukan aktivitas blogging. Sementara itu, vlogger lebih merujuk pada seseorang yang membuat video atau Video Blog. Kalau Blogger bermain dengan kata-kata dan merangkai kata sementara vlogger membuat konten dalam bentuk video. Dengan kata lain, Blogger merupakan seseorang yang aktif menulis di blog baik itu blog pribadi ataupun blog bisnis. Sementara itu, vlogger atau Video Blog adalah seseorang yang aktif membuat konten blog dalam bentuk video. Vlogger disamping trampil menyajikan sesuatu yang menarik dengan cara visual juga didukung oleh pengambilan gambar yang menarik. Artinya, konten-nya adalah blog yang dibuat secara visual. Biasanya, para vlogger aktif di platform-platform video. Salah satunya, Youtube. Konten blog dan video blog ini genrenya bisa bermacam-macam. Mulai dari kuliner, beauty& fashion, wisata, hobi, sampai komedi Dll. Namun, tujuan dari blogger dan vlogger adalah sama, yaitu menarik sebanyak mungkin viewers.

Oleh karena itu, blogger dan vlogger harus menyajikan konten yang enak dibaca atau enak ditonton. Kalau bisa membuat konten atau video yang menarik, bisa dipastikan jumlah viewers semakin banyak pula. Sebelum memutuskan untuk menjadi blogger atau vlogger, ada baiknya mempertimbangkan beberapa hal berikut ini.

Masalah Utama Blogger Yang Anda Perlu Tahu

Kesatu :  Blogging Bukan Cara Mudah Untuk Mendapatkan Uang.  Ya…Blogging itu hasilnya tidak instan, butuh kesabaran talenta dan instink bisnis yang tinggi. Mereka yang sukses dalam blogging adalah mereka yang memang benar-benar suka dengan dunia ini…smart dan punya naluri bisnis yang diatas rata-rata,  bukan hanya karena terpancing dengan uang.

Blogger itu merupakan jalan panjang dan mesti konsisten. Anda tidak bisa langsung mendapatkan penghasilan di hari pertama. Bahkan mungkin setelah 6 bulan – satu  tahun blogging secara konsisten barulah anda bisa mulai mendapatkan penghasilan untuk menunjang hidup. Dalam rentang waktu berbulan-bulan itu anda mesti konsisten menulis dan mengembangkan blog tanpa dibayar sepeser pun dan malah harus terus melkaukan investasi, ya baik dalam sarana dan peralatannya mau dalam ketrampilannya. Artinya begini…

Kalau anda sekarang sedang butuh penghasilan yang dan perlu cepat, JANGAN  berpikir bahwa dengan membuat blog anda akan berhasil untuk mendapatkan uang. Percuma, seminggu dua minggu atau satu bulan kemudian pasti Anda sudah bosan. Tapi kalau anda butuh hobi atau pekerjaan sampingan yang berpotensi menjadi sumber penghasilan, silahkan lanjut. Yang Jelas dan Ingat ini. Kalau anda butuh penghasilan dalam waktu singkat, blogging bukan jawabannya.

Kedua : Blog Yang Berhasil Harus Keren & Kaya traffik. Ini poin terpenting yang harus anda ketahui. Blog itu sebenarnya tergantung pada pengunjungnya. Kalau pengunjungnya banyak, maka anda akan segera dapat penghasilan besar. Sebaliknya. Kalau pengunjungnya tidak ada. Maka jangan berharap anda akan memperoleh uang dari kegiatanmu ini.



Coba lihat polanya. Untuk mendatangkan banyak pengunjung, berarti Blognya memang bagus terlihat. Kontennya menarik dan bermanfaat bagi pembacanya, sudah itu Blogmu itu harus juga di iklankan agar makin banyak pengnjung. Jadi terlihatlah sekilas bagi kita, bahwa untuk mendapatkan sebuah Blog yang bagus, maka pendekatannya juga harus dengan pendekatan bisnis pula. Anda harus berinvestasi.

Lho kitakan bicara tentang Blog untuk mendapatkan uang. Katanya “Ini kan artikel panduan tentang mendapatkan uang, kenapa yang dibahas malah cara-cara mengembangkan blog. Bukan cara mendapatkan uangnya?”

Begini…Duduk persoalannya… Blog Tanpa traffic, mustahil bisa mendapatkan penghasilan. Karena itu, untuk bisa mendapatkan uang, maka fokus utama anda adalah traffic.Entah nanti sumber penghasilannya dari mana, terserah anda……sama saja.

Mau pakai iklan AdSense, iklan pribadi, melakukan affiliate marketing, menjual produk sendiri, menjual jasa/layanan, semuanya sama saja. Yang penting anda punya traffic dulu. Tanpa traffic ya wassalam. Maka dari itu, kalau ada yang dibahas tentang  strategi-strategi mengembangkan blog dan mendapatkan traffic. Cobalah simak lebih dalam lagi. Sebab …Apapun sumber penghasilan blog anda, mustahil bisa menghasilkan uang tanpa traffic. Tidak ada sumber penghasilan yang bisa mendatangkan uang kalau anda tidak mampu mendatangkan pengunjung ke blog.

Ketiga : Hindari Memanfaatkan Adsense Sebagai Sumber Pendapatan. Biasanya dan selama ini, umumnya para Blogger selalu berpikir tentang AdSense.  AdSense itu sudah menjadi sumber pendapatan blogger Indonesia yang paling umum, karena apa ya? Ya karena mudah……tinggal daftar, tunggu diterima, pasang kode di blog. Duit ngalir. Maka dari itu AdSense banyak digunakan oleh blogger..Tapi ada fakta yang menyedihkan:

Pendapatan dari iklan AdSense ini JAUH lebih kecil daripada yang lain. Alasannya? Penghasilan per klik untuk Indonesia di AdSense rata-rata hanya $0,04 dengan rasio klik (RTK atau CTR) rata-rata di bawah 3%. Artinya kalau kita punya 10.000 pengunjung sehari, hanya 300 orang yang klik iklan. 300 orang dikali $0,04 berarti pendapatan anda cuma $12 sehari. Dari 10ribu cuma $12!

Gila. Padahal kalau anda punya pengunjung sebanyak itu dan dengan sumber pendapatan lain, penghasilan anda per hari bisa lebih dari sejuta. Bayangkan: Kalau anda menjual produk digital atau mempromosikan produk affiliate, misalkan keuntungan per penjualan $5 (nilainya saya buat sangat rendah).

Dari 10ribu orang, yang beli 0.5% atau 50 orang (ini juga saya rendahkan). Berarti kita sudah dapat $250 per hari. Jauh kan?  Lebih dari 20x lipat.Tapi ada pengecualian: Untuk blog yang memiliki banyak topik (istilahnya blog gado-gado) biasanya memang iklan yang paling efektif karena akan sulit menjual produk/layanan dengan blog bertopik lebih dari Satu.

Keempat :  Hindari Konten Amatiran, Buatlah Konten TerbaikMu. Seberapa sering sebaiknya blog baru menerbitkan konten? Satu  artikel sehari? Dua.. artikel sehari? atau 10 artikel sehari? …tergantung dari tipe blog anda. Tapi biasanya sekali sehari itu sudah kebanyakan, apalagi kalau anda hanya penulis seorang diri. Keburu capek duluan sebelum sukses. Secara teori, memang blog yang menerbitkan banyak artikel akan lebih cepat ramai.

…karena lebih banyak artikel, lebih banyak yang muncul di search engine, lebih banyak yang share, akhirnya lebih banyak pengunjung. Tapi kenyataannya tidak semudah itu.Bagi blogger baru, tidak mudah untuk membuat banyak konten berkualitas dalam waktu singkat. Kalau anda menerbitkan banyak konten, justru kualitasnya akan menurun.Tips: terbitkan 1-3 konten per minggu untuk blog baru supaya kemampuan menulis anda meningkat, setelah beberapa minggu sesuaikan frekuensinya dan tingkatkan kualitasnya.

Mau Blogger atau Vlogger?

Perbedaan antara blogger vs vlogger terdapat pada beberapa hal. Di antaranya sebagai berikut:

# Konten  Sekilas, konten yang disajikan blog dan vlog hampir mirip. Hal yang membedakan adalah cara penyajiannya. Cara penyajian konten dalam blog berbeda dengan vlog. Umumnya Vlog sangat diminati karena dalam menyajikan konten-nya sangat menarik dan mudah dipahami. Selain itu, masyarakat pun umumnya lebih tertarik pada hal visual daripada tulisan.

Sementara blog adalah kreasi para penulis yang memang butuh keahlian khusus dalam mengolah sebuah tulisan sehingga menjadi sebuah konten yang menarik. Skill sang penulis menjadi sangat berpengaruh, terutama bagaimana cara sang penulis mengemas konten supaya menarik untuk dibaca. Kemampuannya mengoyak-ngoyak emosi para pembacanya jelas sangat menentukan.

# Pengunjung   Pengunjung merupakan salah satu hal yang perlu jadi pertimbangan kamu. Pengunjung blog dan vlog merupakan orang-orang yang sedang mencari sesuatu yang menjadi masalah atau kesenangan mereka. Entah itu suatu info atau pun hiburan. Namun, pengunjung blog bisa dipastikan adalah dari orang-orang yang senang membaca  teks sebagai referensi sementara pengunjung  Vlog lebih menyenangi “tayangan” atau visual sebagai referensinya. Tapi ujungnya kalau mau berpenghasilan besar kuncinya adalah kemampuan untuk dapat mendatangkan pengjung yang sebanyak-banyaknya. Makin banyak, makin baik dan makin untung.

# Kemudahan Akses.   Dalam mem-posting konten, kemudahan akses internet harus jadi bahan pertimbangan.  Terutama dalam hal kecepatan internet. Kondisi akses internet akan berpengaruh dalam memilih antara blog dan vlog. Untuk vlog, pasti dibutuhkan kecepatan internet yang bagus khususnya pada saat mau mem-posting video.Hal ini pun berpengaruh pada kuota internet-nya. Sementara itu, untuk mem-posting konten blog tidak terlalu memakan banyak kuota internet.

# Perlengkapan yang Diperlukan Selain koneksi internet, blogger pun membutuhkan media untuk membagi konten-nya. Entah itu lewat platform blogging seperti blogspot, wordpress, joomla dan sebagainya juga perlu membeli sebuah “domain” nama Blog dan juga sewa “hosting”. Harganya memang tidaklah tergolong mahal.

Sementara untuk Vlogger anda memerlukan perlengkapan untuk membuat video, vlogger mesti membutuhkan kamera. Vlogger professional bisanya memiliki kamera dengan layar yang bisa di Flip sehingga bisa melihat hasilnya di layar secara langsung. Ditambah lagi microphone dan lampu. Juga perlu adanya software untuk mengedit video. Jika dilihat dari perlengkapan yang dibutuhkan, vlogger membutuhkan modal yang cukup besar ketimbang blogger.

Seorang vlogger harus memiliki sebuah alat untuk merekam video seperti kamera vlog, smartphone yang canggih serta peralatan pendukung untuk membuat video yang menarik dan berkualitas tinggi. Kamera menjadi hal esensi bagi mereka yang ingin membuat video blog (vlog). Alasannya jelas, penting bagi para vlogger mendapatkan hasil gambar dan video terbaik dengan cara yang lebih efisien. Memilih kamera juga perlu kecermatan, pastinya harus disesuaikan dengan kebutuhan vlog masing-masing. Setiap spesifikasi dan fitur harus diteliti lebih dalam agar dapat menunjang aktivitas vlog-mu. Misalnya, jika vlog yang dilakukan tentang traveling tentu bukan hanya lensa gahar saja, tetapi akan membutuhkan juga kamera berdesain ringan. Jadi bisa dibawa ke mana pun.

Bagi vlogger atau Youtuber pemula, tentu budget jadi salah satu hal yang menjadi pertimbangan. Bagaimana bisa mendapatkan kamera unggulan  dengan harga yang tidak terlalu mahal. Bisa anda pilih misalnya Fujifilm X-A3. Kamera Fujifilm tidak diragukan lagi menjadi andalan para fotografer terkenal. Tidak hanya foto, kualitas video yang dihasilkan pun sudah tergolong mumpuni dan tidak salah jika kamera ini digunakan untuk kegiatan Vlog. Fujifilm-XA3 menggunakan lensa Fujinon XC 16-50 f/3,5 – 5,6 OIS II sebagai lensa bawaan ber-resolusi 24,2 Megapiksel (MP). Kamera ini mampu memotret foto macro dengan baik pada kelasnya. Kamera didesain pas untuk melakukan selfie dan vlog karena, layar bisa dilipat ke posisi selfie. Layar kamera mirrorless Fujifilm X-A3 berukuran 3 inci, ditambah sudah dibekali fitur touchscreen. Bisa juga Kamera Olympus Pen E-PL8.  Olympus Pen E-PL8 menjadi salah satu kamera mirrorless dengan desain ramping serta ringan tetapi kokoh, kamera ini dibekali sensor 16 MP. Berbobot sekitar 374 gram (g), menjadikannya terasa ringan digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain desain stylish-nya, fitur didalamnya pun tergolong sangat mendukung kegiatan vlog. Fitur penstabil video dalam kamera mampu memberikan hasil mulus sehingga, video akan tetap stabil ketika pengguna bergerak atau berjalan. Bisa juga Nikon 1 J5.  Kamera ini dilengkapi lensa bawaan yaitu lensa kit 10-30 mm f/3,5 – 5,6 sudah memiliki kemampuan resolusi hingga 4K. Shutter speed Nikon 1 J5 bisa mencapai angka 1/16000 detik. Ini artinya, gambar akan tetap bagus walaupun sedang berjalan cepat. Fitur-fitur juga tergolong lengkap seperti adanya built in Wi-Fi & NFC, serta layar flip on untuk mendukung kegiatan video blog-mu. Frame per second (fps) memiliki 60 fps, lebih besar dari Canon M10. Kamera-kamera tersebut harganya bervariasi mulai dari Rp 4jt-Rp9jt an.



Tak hanya peralatan  Kamera, membuat video yang bagus juga memerlukan software untuk meng-edit video. Ibarat teka-teki atau puzzle, kamu harus piawai dalam menggabung-gabungkan gambar yang kamu miliki. Tanpa software atau aplikasi edit video yang mudah digunakan, kamu yang pemula akan memiliki kesulitan untuk merangkai kembali video yang sudah kamu buat. Karena itu kamu perlu software dan aplikasi yang bisa kamu gunakan. Misalnya.

Apple iMovie  Bagi mereka yang memiliki Mac, beruntunglah kalian karena Apple menyediakan iMovie secara cuma-cuma. iMovie sangatlah standar, sederhana namun berguna. Software ini memiliki fitur green-screen, integrasi dengan platform audio dan media sosial lainnya, serta dapat me-render video dengan tingkat kualitas gambar yang baik. Dipercaya sebagai pemula, kamu tidak terlalu bingung menggunakan software ini. Bisa juga mempergunakan Windows Movie Maker  Saingan dari iMovie. Jika Apple punya iMovie, maka Windows punya Movie Maker. Sebagai software gratis, Movie Maker memiliki kualitas yang sangat standar. Ia dapat membuat video dengan format AVI, MPEG, WMV dan beberapa lainnya. Software ini diberikan khusus untuk pengguna Windows 7. Namun sayang, pihak Windows telah menghentikan software ini. Namun demikian kamu masih bisa mencari instalasinya di internet. Kamu juga bisa memilih LumaFusion. LumaFusion digunakan untuk para profesional dalam meng-edit video-video karya mereka. Akan tetapi, penggunaannya cukup mudah dan sebagai pemula seharusnya kamu tidak memiliki kesulitan untuk menggunakannya.

LumaFusion mampu memberikan kualitas gambar tingkat tinggi, disertai dengan opsi efek yang cukup beragam. Banyak YouTuber yang sekarang menggunakan aplikasi ini. Permasalahannya, LumaFusion sejauh ini hanya diperuntukkan untuk pengguna iOS dan untuk menggunakannya, kamu perlu membayar sekitaran Rp300 ribuan. Kecuali dua perangkat diatas kamu juga perlu mempunyai mikrofon, agar kualitas audio videonya lebih baik.

Banyak Youtuber pemula yang melewatkan hal ini begitu saja, khususnya saat melakukan perekaman video, mereka sudah merasa senang dengan built-in microphone pada kamera. Padahal kalau hanya menggunakan built-in microphone belum cukup untuk membuat suara jernih dan enak didengar oleh pemirsa.  Apalagi jika dilakukan di ruangan terbuka. Lebih baik kalau kamu lengkapi lagi dengan mikrofon khusus agar kualitas audio videonya lebih optimal.

Berikut beberapa Mikrofon yang perlu kamu pertimbangkan.

Rode Microphone VideoMicro Mikrofon ini memiliki bentuk yang ringkas dan dapat digunakan pada berbagai jenis kamera. Mikrofon Rode VideoMicro dapat menghasilkan audio video yang bagus karena menggabungkan kapsul cardioid condenser microphone berkualitas tinggi saat digunakan. Rode VideoMicro juga mampu mengurangi suara periferal dan fokus pada suara di depan kamera. Jadi, bisa dibilang mikrofon ini dapat langsung menangkap pemilik suara saat di depan kamera dan meredam suara distraksi atau kebisingan di sekitar. Hasil audio bisa jadi lebih alami jika dilakukan di dalam ruangan.

Mikrofon ini terbuat dari alumunium sehingga memberikan tingkat penolakan frekuensi radio yang tinggi serta dilapisi dengan ceramic anti-glare black coating bermutu milik Rode. Mikrofon Rode VideoMicro turut menyertakan dudukan kamera Rycote Lyre yang kokoh dan mampu meminimalisir getaran suara. Selain mounting tersebut, juga ada WS9 bulu sintetis yang bisa digunakan saat melakukan perekaman di luar ruangan. Bulu sintetis ini berguna banget sebagai pelindung angin dan meredam kebisingan lingkungan sekitar. Mikrofon ini nggak perlu memakai batre, jadi tinggal plug and play dengan menancapkan kabel daya ke kamera & siap pakai. Bisa juga memakai Boya Microphone BY-MM1. Mikrofon keluaran Boya ini hampir mirip dengan Rode Microphone VideoMicro. Kedua mikrofon sama-sama merupakan jenis shotgun, memiliki polar pattern berupa cardioid, tidak memerlukan baterai alias plug & play, dilengkapi dengan bulu sintetis windshield, dan bentuknya pun hampir serupa.

Mikrofon Boya BY-MM1 ini kompatibel digunakan untuk berbagai macam kamera, handycam, PC, perekam audio, bahkan cocok dipakai pada smartphone. Apalagi, Boya BY-MM1 sudah menyertakan kabel TRS dan kabel output TRRS yang bisa digunakan untuk berbagai macam perangkat rekaman.  Jadi, nggak perlu beli kabel tambahan lagi. juga mendapatkan dudukan kamera dengan fitur anti-shock mount yang efektif dapat meminimalisir kebisingan getaran. Boya BY-MM1 ini sangat ringan. Karena terbuat dari konstruksi alumunium dengan desain yang ringkas. Kelebihan lain dari mikrofon ini adalah harganya yang sangat terjangkau dibandingkan Rode Microphone VideoMicro. Bisa juga mempertimbangkan. Saramonic Microphone Vmic Pro. Mikrofon Saramonic dengan tipe kondensor super directional ini memiliki fitur yang lebih banyak dibandingkan kedua mikrofon sebelumnya. Fitur tersebut diantaranya memiliki tiga tingkat pengaturan (-10dB, 0dB, +20dB) yang dapat disesuaikan sendiri, high-pass filter (150Hz), dan high-frequency boost (+6dB). Fitur-fitur tersebut memungkinkan untuk menangkap suara yang sangat bersih di berbagai situasi lingkungan sekitar, baik jarak jauh maupun tingkat kebisingan yang tinggi. Anda nggak perlu khawatir suara obrolan dengan orang lain tidak terekam dengan jelas, karena mikrofon Saramonic Vmic Pro memiliki tombol Low-Cut yang berguna memperjelas dialog serta menghilangkan suara gemuruh yang mengganggu. Sementara itu pada fitur fisiknya, mikrofon Saramonic Vmic Pro ini memiliki dua output kabel yang digunakan untuk kabel 3.5mm yang menghubungkan mikrofon ke input audio kamera. Output kabel satu lagi untuk headphone stereo yang memungkinkan Kamu memantau audio yang masuk saat perekaman. Meskipun konstruksi body terbuat dari logam yang memperkokoh mikrofon, namun beban Saramonic Vmic Pro ini cukup ringan. Saramonic Vmic Pro tidak memiliki fitur plug &play tapi harus menggunakan 2 buah batre AA.

Jadi, Pilih Blogger atau Vlogger?

Setelah mengetahui perbedaannya, kamu pasti sudah ada gambaran akan menjadi blogger atau vlogger. Apapun yang kamu pilih, sebagai pemula sebaiknya mulai dengan memanfaatkan apa yang ada. Mau jadi Blogger atau Vlogger yang penting mulai saja dari yang ada dahulu. Karena semuanya itu membutuhkan proses. Apalagi mau membangun “image” di internet. Percayalah, butuh waktu untuk membangun persona di internet. Kamu tidak akan mendapatkan keuntungan dan kesuksesan saat itu juga. Justru, itu semua akan kamu dapatkan lewat proses. 

Blogger dan Vlogger sama-sama memiliki keunggulan masing-masing. Prospek masa depannya juga sangat meyakinkan melihat perkembangan teknologi serta minat masyarakat yang terus meningkat. Mengenai penghasilan, sebenarnya sama saja karena keduanya sama-sama dipengaruhi oleh jumlah visitor atau pembaca, subscriber dan kepopuleran konten Anda. Meskipun. Vlog lebih memiliki peluang untuk mendapatkan jumlah visitor yang lebih tinggi karena konten video dianggap lebih menarik. Namun, bukan berarti Blogger tidak dapat menyaingi seorang Vlogger. Keduanya tetaplah bisa dijadikan ladang uang yang menjanjikan.

 

 

June 25, 2021

Harmen Batubara Penulis Dari Perbatasan


Musim Panen adalah musim yang ditunggu-tunggu. Umumnya pada musim panen warga akan mebuatnya semenarik mungkin, sesuai dengan kemampuannya. Misalnya di sawah sudah dibuat kan panggung untuk “mardege” atau merontookan padi di dekat lungguk Padinya. Juga sudah ada tempat saung istirahat dan saung masak. Karena acaranya hanya satu hari, maka dia jadi sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Tradisi itu dimulai dari sekitar jam 09.00 ( sawah jauhnya lebih kurang 3-5 km dari kampung) dari sarapan bubur dahulu, kemudian dilanjutkan dengan acara mardege. Jam 12 an masuk  isoma atau istirahat, sholat, dan makan. Acara makan siang biasanya dilakukan dengan hidangan masakan yang “menggoda”, misalnya dengan, gulai Ikan Sale Lele dipadu dengan gule “bulunggadung” atau daun pucuk singkong, dan sambal pedas Tuktuk.. masakan khas daerah Tapanuli tetapi rasanya sebagai sesuatu yang tidak ada duanya. Ueenaknya Full.  kegiatan berlanjut hingga jam 15.00 sholat ashar dan makan kolak bisa kolak pisang, bisa singkong rebus atau lopek dan berhenti lagi saat ishoma untuk sholat magrib hingga sholat Isa dan kemudian dilanjutkan lagi sampai selesai.


Ketika Musim Panen Padi Tiba

Musim Panen adalah musim yang menghadirkan harapan bahagia, senang menyambut datangnya Panen. Banyak tradisi yang dilakukan oleh berbagai warga, sesuai tradisi nya masing-masing. Saya coba angkat kisah menyenangkan saat Manyabi atau Panen Padi tiba di Kampung Saya. Aekgarugur Tapanuli Selatan. Tradisi itu sejatinya diambil dari “Marsialap ari”. Marsialapari dalam bahasa Indonesia adalah saling mengambil hari; sederhananya berarti adalah gotong royong bergiliran. Contoh marsialapari yang dilakukan oleh 4 orang: pada hari pertama mereka gotong royong panen di sawah si A, besoknya mereka di tempat si B, besoknya lagi di tempat C, dan seterusnya hingga semua mendapat giliran.

Saat manyabi (panen) adalah saat paling ditunggu-tunggu warga baik oleh peserta marsialapari maupun anak-anak mereka. Manyabi penuh kenangan dan sangat membahagiakan karena semua dikerjakan secara bersama-sama dengan senang hati dan gembira serta makanan yang terus mengalir. Makan dengan gulai daun singkong, gulai ikan sale atau gulai telur daun singkong dengan sambal tuk..tuk Nikmatnya semua bisa rasa.

Kegiatan Panen ini mulai dari memotong padi atau menyabit, dikumpulkan ke satu tempat disebut lungguk, diteruskan dengan mardege”merontokkan padinya” dengan cara diinjak-injak seolah seperti menari. Biasanya “Saung Mardege” ini dibuat dengan pola para atau panggung dengan memakai bahan bambu. Bentuknya seperti panggung, lantainya dibuat begitu rupa, sehingga padi yang rontok bisa jatuhan ke lantai yang telah disediakan tikar sebagai penampung. Di panggung inilah bulir-bulir padi itu di injak-injak dengan kaki ( laksana menari) dan buah padi akan langsung berjatuhan ke lantai penampungan. Padi-padi ini kemudian diambil dan dilanjutkan dengan membersihkan padi (sekarang tinggal di masukkan mesin “combine harvester”, rontokkan & bersihkan padi) dengan menganginkan atau mengayaknya…baru dimasukkan ke karung.

Selesai nya pekerjaan sekitaran jam 21.00 an, dilanjutkan ngopi dengan nyamikan kue bikinan sendiri bisa dari singkong, atau pisang …selama hajatan biasanya ada juga yang mutarin lagu-lagu asli daerah itu lewat “tape recorder” masa lalu. Sungguh suatu kegiatan tradisi yang penuh gembira dengan rasa persaudaraan…yang kental…dan tidak terasa semuanya bisa berjalan dengan baik dan begitu cepat. Umumnya suasana musim panen adalah suasana musim panas berangin dengan malam yang cerah dengan sinaran rembulan…

 


Dalam hal seperti ini, saya lalu ingat masa kecil saya. Masa masih sekolah Rakyat. Ingat akan guru saya. Guru Saya itu justeru senang melihat saya kalau lagi Jual Eslilin. Beliau selalu beli eslilin saya dan setiap aku tidak mau menerima uangnya. Beliau pasti setengah marah. Ketika kecil di Kampungku. Setiap hari pasaran, hari Selasa dan kalau kebetulan hari Libur.  Saya pasti ikut jualan EsLilin. Eslilin itu dalam termos, isi 30 potong Es Lilin. Kalau laku semua kita dapat komisi 5 eslilin. Kira-kira sekarang setara Rp 25 ribu. Saya tidak akan pernah lupa nasihat guru SR ( Sekolah Rakyat, kini SD), guru idola saya  lima puluhan tahun lalu. Ketika itu kita masih di kelas 3 SR. Setiap ada kesempatan beliau selalu memberi motivasi dan selalu menyemangati. Kalau kalian ingin jadi murid bapa dan berhasil, maka inilah tugas-tugas yang harus kalian lakukan dengan baik. Pertama, kalian harus bisa pelajaran tambah, kali dan bagi mulai dari satu sampai 10 di luar kepala. Kedua, kalian harus bisa menunaikan shalat, dan bisa jadi imam dalam melaksanakan shalat. Ketiga, kalian harus bisa “berpidato” di depan kelas. Sukur kalau pidato atau cara berpidatonya menarik. Keempat, kalian harus bisa menuliskan “ceritra” dengan baik dan enak dibaca dan bisa menceritrakannya dan enak didengar. Sungguh semua nasihat beliau, aku lakukan dengan senang hati dan menurut saya yang terbaik dari yang ada. 

Bagi kalian yang ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, sekolah di Padangsidimpuan atau dimana saja, maka kalian harus bisa dan jadikan ini sebagai modalmu. Kalau kamu berhasil. Kamu akan bisa hidup senang di kampungmu  dan bisa merantau ke mana saja.  Pertama, kamu harus bisa menanak nasi. Menanak nasi dengan benar, mulai dari persiapan kayu bakarnya (waktu itu belum ada kompor, yang ada baru kayu bakar) hingga menghidangkannya. Kedua,  bisa mencuci dan menyetrika pakaian kalian sendiri (sterika juga masih pakai arang kayu atau batok kelapa, belum ada listrik). Ketiga, bisa naik sepeda (kala itu belum ada sepeda motor,sepeda juga model sepeda ontel besar). Keempat, bisa menjadi penjual”Es lilin” jajanan yang berhasil (kala itu es lilin dalam termos, Es bisa dijajakan dan kalau laku kita dapat komisi) atau penjual Sayur atau Minyak Tanah  Keliling dengan sepeda. Kelima, kalian harus bisa jadi “penyadap karet” yang baik;  Sebetulnya yang paling menarik dari ceritra beliau itu adalah ilustrasi di setiap ketrampilan yang dijelaskannya.

Kalau semua ini kalian bisa lakukan dengan baik, maka percaya sama bapa kamu akan bisa sekolah ke mana saja, ke negeri mana saja dengan “kekuatan kamu” sendiri. Sejak itu apa yang disampaikan Guru saya itu…betul-betul menjadi azimat yang saya pelajari dan ikhtiarkan agar bisa saya wujutkan; bahasa masa kininya mewujudkannya secara professional, ahli dan jadi trampil dalam bidang yang ada di lingkungan kita berada. Logikanya. Kalau kita punya ketrampilan yang sesuai atau dibutuhkan oleh lingkungan kita sendiri, maka tidak terasa kita sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan, merasa dihargai dan diterima oleh lingkungan. Dalam kondisi seperti itu kita percaya dan yakin semua “jalan, semua ketrampilan adalah Emas”. Saya sangat ingin menyampaikan pesan-pesan beliau itu kembali dalam versi Catata Blog Seorang Prajurit Perbatasan dengan bahasa  apa adanya…

Terus terang, saya tadinya tidak punya niat untuk kuliah lagi. Hal itu disebabkan keuangan orang tua dan juga belum ada contohnya anak yang berhasil kuliahnya di Kampung saya. Malah sebaliknya mereka telah menghabiskan semua kebun dan sawah orang taunya, tetapi sekolah juga tidak selesai-selesai. Tetapi sekitar dua minggu sebelum pengumuman kelulusan SMA, saya main ke sekolahan saya. Saat itulah saya baru sadar bahwa sebagian besar teman-teman saya sudah pada punya rencana kuliah. Mereka umumnya ke Medan, Padang, Palembang da nada juga yang ke Jakarta, Bogor dan Yogyakarta. Pada saat itulah hati saya berguncang, dalam hati saya sangat yakin bahwa dengan ketrampilan hidup ( bisa menderes karet, bisa bersawah, bisa berkebun, bisa berjualan sayur mayur dengan sepeda, bisa berjualan minyak tanah dengan sepeda dll) yang sudah saya lakoni di Kampung saya, maka saya percaya saya akan mampu menghidupi diri saya sendiri dan bahkan yakin mampu mengkuliahkan diri sendiri, dimanapun kotanya


Harmen Batubara Penulis Dari Perbatasan

Melihat desa tertinggal di perbatasan tentu tidak semua orang dapat “melihatnya”, karena untuk bisa melihat ketertinggalan itu hanya dapat dilakukan oleh mereka yang tahu makna “tertinggal” itu sendiri. Desa tertinggal itu, ya jauh darimana-mana. Secara fisik desa itu baru dicapai setelah melakukan “perjalanan kaki”, selama satu atau dua hari, karena memang akses jalannya belum ada. Di sepanjang jalan kaki itu, sama sekali tidak ada “warung”. Karena memang semuanya masih berupa hutan dan hutan belukar. Kemudian sampailah anda ke perkampungan tertinggal itu. Ya benar-benar kampung apa adanya. Warung sudah ada, tetapi yang di jual hanya sebatas, beras, garam dan berbagai super mie serta jajanan anak-anak berupa permen dan sejenisnya. Rokok memang ada, tetapi lebih banyak jenis tembakau dan kertas linting. Pendek kata hanya sepertiga dari keperluan sehari-hari,mereka bisa beli juga karena masih bisa dengan cara barter. Jual kelapa, kemudian beli minyak tanah dst.dst.

Berikut Buku-Buku Yang Saya Tulis

Nama Buku

Nama Buku

BumDes & BumNas Sinergis Rakyat Sejahtera

Pengamanan Perbatasan

Seleksi Masuk SeskoaD

Kopi Mandheling Lungun NasoRaSasa

Membaca Strategi Perbatasan Jokowi

Membangun Pertahanan Negara Kepulauan

Formula Sukses Bisnis Affiliasi

Batas Laut Profil Perbatasan Indonesia

Membangun Halaman Depan Bangsa

Ketika Tugu Batas Digeser

Ketika Semua Jalan Tertutup

Rahasia Sukses Penulis Preneur

7Cara Menulis Artikel Yang Disukai Koran

Persiapan Tes Masuk Prajurit TNI

Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah

Setiap Asa Bertabur Nikmat

  

Batas Negara Indonesia

Menangkan PilkadaMu

Pengelolaan Wilayah Pesisir

Mendirikan &Membangun BumDes

10 Langkah Efektif Memenangkan Pilkada

Perbatasan Tertinggal&Diterlantarkan

Formula GapTek 10 Jt Perbulan

Tapal Batas Profil Perbatasan Indonesia

Pertahanan Kedaulatan di Perbatasan

Cara Mudah Cari Uang di Clickbank

Cinta Ujung Negeri

Strategi SunTzu Memenangkan Pilkada

Papua Kemiskinan Pembiaran&Separatisme

Jadikan Sebatik Ikon Kota Perbatasan

Penetapan& Penegasan Batas Negara

Bila di diskripsikan dengan kata-kata masyarakat pedesaan perbatasan terpencil adalah masyarakat yang relatf tertutup, mempunyai ketergantungan kuat dengan alam. Melakukan kegiatan produksi yang bersifat subsistence atau peramu, sekedar mengambilnya dari alam dengan mata pencaharian serabutan. Tidak ada atau  memperoleh pelayanan sosial yang sangat minim, menyebabkan tumbuhnya tingkat kualitas SDM yang relatif sangat rendah. Namun demikian, ada juga sebagian masyarakat pedesaan terpencil, khususnya masyarakat adat, mampu menghasilkan produk budaya berkualitas tinggi seperti ukiran suku Asmat, tato suku Mentawai, pengelolaan hutan yang harmonis suku Baduy, dll.

Saya masih ingat kehidupan dikampung saya di Aekgarugur, Tapanulis Selatan di tahun-tahun 60 an. Kampung yang menghubungkan jalan raya provinsi dengan Kampung Sipotang Niari (± 20 km) lewat tengah hutan dan persawahan. Jalan memang sudah ada, tetapi masih sebatas diperkeras, hanya bisa dilewati oleh Pedati, kuda beban dan sepeda ontel. Geliat ekonomi ada, dan warung-warung di sepanjang jalan itu sudah hidup terutama oleh pelaku usaha “transportasi”, di sana sudah kita temukan tempat-tempat warung untuk pangkalan Pedati, ada pula tempat persinggahan bagi para pemilik kuda beban dan juga bagi para pelaku transportasi sepeda ontel para pemikul barang. Mereka membawa hasil bumi (padi, kopi,karet dll) dari sawah, kebun ke perkampungan di sepanjang jalan tersebut, dan kemudian membawa keperluan primer sehari-hari dan sekunder lainnya dari Kampung Aekgarugur atau Sayurmatinggi ke kampung-kapung sepanjang jalan ke Sipotang Niari. Layanan dari pemerintah masih sangat terbatas, belum ada listrik, lokasi sekolahan 4km dari kampung, tidak ada puskesmas tapi untunglah terdapat satu Rumah Sakit di Sayurmatinggi. Jadi kalau ada yang sakit dari desa Sipotang Niari maka cara membawanya adalah dengan ditandu cara sederhana. Kain sarung diusung dengan tiang bambu sebagai tandu, sipesakitan di tidurkan untuk kemudian diusung oleh dua orang, biasanya ada dua pasang tenaga “ganti” yang secara terus menerus bergantian. Jalan 20 km dengan mengusung orang sakit secara bergantian dan marathon adalah sesuatu yang biasa kala itu dan hal itu membutuhkan waktu satu sampai dua harian penuh. Sementara Rumah Sakitnya juga kira-kira setara dengan Puskesmas sekarang ini.

Meski tinggal di kampung terpencil, tetapi ke sekolah terus saja berlanjut. Sejujurnya saya juga tidak mengerti mengapa saya masih terus saja sekolah, padahal jumlah anak SR di sekolahan saya itu hanya tinggal 9 anak lagi, itupun sudah dari berbagai kampung tetangga. Dari kampung saya sendiri hanya tinggal saya saja, yang masih sekolah. Tetapi hebatnya lagi, saya ikut dua sekolah. Pagi jadi murid di SR dan Sore hari ikut Sekolahan Agama. Praktis semua teman-teman di kampung sudah tidak ada lagi yang bersekolah, saya juga sebenarnya ingin juga seperti mereka. Tapi kedua orang tua tidak pernah meminta saya untuk berhenti, dan saya terus melakoninya begitu saja.

Ketika Mampir Di Sat Pam Perbatasan Indonesia-Timor Leste

Sehabis di SR saya harus ikut dengan keluarga ke Kotanopan untuk bersekolah di SMP Kotanopan. Padahal jarak dari Kampung ke Kotanopan itu sekitar 80 Km. Meski jaraknya 80 km, tetapi pada masa itu harus di tempuh selama satu hari perjalanan dengan mobil antar Kota. Namanya mobil Adianbania. Mobil itu memang setiap hari ada 5 trayek dari Kotanopan-Padangsidimpuan. Mereka dari Kotanopan pada pagi hari, mulai dari jam 05.00 pagi dan pulang lagi dari Padangsidimpuan kembali ke Kotanopan. Nah kalau saya naik dari Kampung saya misalnya jam 09.00, saya harus jalan kaki dahulu sejauh 2 km ke pinggir jalan, menunggu Adianbania dari Padangsidimpuan dan baru sampai di Kotanopan Jam 17.00. Tamat dari SMP Kotanopan, saya kemudian melanjutkan ke SMA Kotanopan. Tetapi sayangnya, saya harus dipindahkan ke SMA Padangsidimpuan, karena kebetulan dari anak-anak SMA klas satu naik ke kelas dua ada 4 orang anak yang masuk katagori jurusan Pas/Pal. Saya termasuk salah satunya. Untungnya semua keperluan perpindahannya diatur oleh sekolahan. Jadi saya resmi menjadi Anak kelas II Pas/Pal di SMA 2 Padangsidimpuan. Saya sangat menikmati suasana sekolah saya di Padangsidimpuan. Karena setiap sabtu sore saya bisa pulang ke Aekgarugur (± 30km) dan besok paginya saya bisa manderes karet. Jadi tiap minggu saya bisa dapat uang sendiri dari manderes karet uang setara RP75 -100 ribu. Dalam pergaulan saya, saya ikut Klub Boxing, dan pelari Marathon. Nah yang juga menarik adalah setamat SMA dan perubahan sikap mencari Pendidikan Berikutnya.

Terus terang, saya tadinya tidak punya niat untuk kuliah lagi. Hal itu disebabkan keuangan orang tua dan juga belum ada contohnya anak yang berhasil kuliahnya di Kampung saya. Malah sebaliknya mereka telah menghabiskan semua kebun dan sawah orang taunya, tetapi sekolah juga tidak selesai-selesai. Tetapi sekitar dua minggu sebelum pengumuman kelulusan SMA, saya main ke sekolahan saya. Saat itulah saya baru sadar bahwa sebagian besar teman-teman saya sudah pada punya rencana kuliah. Mereka umumnya ke Medan, Padang, Palembang da nada juga yang ke Jakarta, Bogor dan Yogyakarta. Pada saat itulah hati saya berguncang, dalam hati saya sangat yakin bahwa dengan ketrampilan hidup ( bisa menderes karet, bisa bersawah, bisa berkebun, bisa berjualan sayur mayur dengan sepeda, bisa berjualan minyak tanah dengan sepeda dll) yang sudah saya lakoni di Kampung saya, maka saya percaya saya akan mampu menghidupi diri saya sendiri dan bahkan yakin mampu mengkuliahkan diri sendiri, dimanapun kotanya. Pulang dari Sekolahan niat itu saya bicarakan dengan keluarga. Intinya adalah, keluarga mau mendukung Kuliah ke Yogya dengan Rp 15 ribu serta mampu membiayai sebesar Seribu rupiah perbulan. Waktu itu harga beras masih sekitar 30 rupiah/Kg. Jadi perhitungan saya dengan besar 10 kg atau Rp 300 dan dengan uang Rp 700 lainnya saya akan bisa hidup di Yogya dengan pola saya sendiri. Maka kesampaianlah cita-cita saya untuk meneruskan Kuliah ke Yogyakarta. Soal gimana nantinya? Yan anti sajalah dibicarakan. Toh kalau misalnya gagal juga, ya kembali ke Kampung. Begitu saja.

Pernah dengar dengan istilah tentang anak batak di perantauan kan? Batak tembak langsung. Tapi ini untuk setting ceritra tahun tahun 70an. Itu menurut saya adalah upaya untuk menggambarkan anak-anak batak yang di kampungnya sana, dia dengan segala keterbatasannya. Dia yang aslinya belum tahu apa-apa, dia yang tidak tahu apa itu universitas, apa itu aturan lalu lintas jalan; tidak tahu mana saatnya stop dan mana saat jalan ketika melihat lampu setopan “abang-ijo” di perempatan jalan. Tetapi semua itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk melanjutkan kuliah ke Jawa. Banyak dari mereka yang kondisi orang tuanya, sungguh tidak memungkinkan untuk membiayai kuliahnya. Tapi anak-anak batak itu tetap nekat. Tidak berbeda dengan anakan penyu yang meluncur ke laut, dari ribuan yang berlari yang sampai hanya beberapa. Saya salah satu diantaranya. Saya waktu itu, hanya berbekal uang sebesar 15 ribu rupiah dengan kesanggupan orang tua biaya bulanan satu ribu perbulan, dengan tujuan  Yogyakarta. Ongkos kapal waktu itu sudah 6 ribu, uang daftar di UGM 3 ribu. Belum lagi ini itu, jelas membaginya tidak bisa atau sangat sulit sekali.


Saat Wisuda di UGM

Tapi itulah jalannya kehidupan, panggilan suratan tangan. Bagaimana anak kampung dengan semua ke idiotannya menapaki hidup di kota besar metropolitan. Banyak dari teman-teman meski tetap terbatas, tetapi umumnya punya uang bulanan bervariasi, antara 15-25 ribu perbulan. Tapi hal itu sama sekali tidak memberi pengaruh yang berlebihan bagi perjalanan nasibku. Sangat bersyukur karena meski dengan berbagai keterbatasan itu, ternyata saya diterima kuliah di UGM. Saat itu sebuah pencapaian luar biasa. Apalagi bagi seorang siswa lulusan SMA pedalaman dari Sumatera. Tetapi dengan uang satu ribu rupiah perbulan jelas ini sebuah tantangan. Tantangannya nyata dan sungguh luar biasa.

Saya sendiri punya jurus kehidupan langka tapi, menurut saya pas. Misalnya dalam mencari tempat Kos, carilah di wilayah kota yang tidak ada listriknya. Maksudnya agar segalanya lebih terjangkau dan murah. Lokasi itu saya temukan, yakni di Gondolayu, pinggir kali Code. Memang kondisinya kumuh, dan tempat mandinya juga di sumur-sumur seadanya di pinggiran kali code kala itu. Tapi bagi anak kampung seperti saya jelas itu jauh lebih baik dari di Kampung. Waktu itu saya malah dapat tempat kost yang tidak perlu bayar apa-apa.

Persoalan berikutnya adalah bagaimana hidup dengan uang sebesar itu? Memang harga beras waktu itu per kilonya masih rp 30 rupiah. Jadi 10 kg harganya sebesar 300 rupiah. Tapi hidup dengan uang 700 rupiah perbulan, sudah termasuk semuanya secara logika itu tidak masuk akal. Teman saya yang waktu itu kost di asrama Realino, bayarannya sudah 15 ribu rupiah per bulan. Tapi saya sangat percaya jalan pasti ada. Saya  yakin sekali, jalan untuk itu pasti ada. Cuma sayangnya saya belum tahu. Dari berbagai analisa yang saya lakukan, maka jalan yang tersedia adalah jadi penulis di koran harian. Karena menulis tidak terikat waktu, tidak mengganggu waktu kuliah. Tapi menulis untuk bisa dimuat di koran tentunya, bukanlah tulisan yang dibuat oleh penulis seperti saya yang tidak tahu apa-apa tentang menulis. Tapi jalan itu jelas terbuka. Dan saya percaya jalan saya ada di sana. Cuma bagaimana memulainya.

Saya beruntung dan tergolong anak anak yang mudah beradaptasi, dan dengan cepat saya mendapatkan tugas sebagai pembersih dan penunggu “kantor” RW. Sebagai petugas RW saya boleh memakai sarana itu kapan saja, tugas saya hanya merawat kantor, mengetikkan dan menyampaikan surat-surat dinas dan undangan. Entah bagaimana ceritanya, pak RW malah membolehkan saya tinggal di situ, lengkap dengan makan minum gratis di warung yang ada di dekat kantor itu. Coba bayangkan, alangkah murahnya hati pak RW itu. Tuhan menolongku lewat kebaikan hati pak RW. Sederhananya saya dapat pekerjaan jadi penjaga dan merawat kantor RW tanpa upah, tetapi sebaliknya saya bisa tinggal di kantor itu dan dapat makan. Sungguh pencapaian yang luar biasa dan, itu saya peroleh ketika saat mandi di pinggiran kali code.

Sungguh saya sangat bersyukur karena “tangan Tuhan” memberikan saya begitu mudahnya dan semuanya. Tempat tinggal dengan semua sarananya, malah ada listrik, air ledeng dan mesin tik kantor yang bisa saya pakai sampai pagi. Padahal umumnya warga di kampong itu ya hanya dengan lampu teplok dan air sumur. Waktu itu, sasaran dan tekad saya hanya satu jadi penulis. Menulis untuk mendapatkan honor bagi kelanjutan kuliah. Sebagai mahasiswa UGM akses ke perpustakaan terbuka lebar, bahan bacaan saya melimpah. Saya terus menulis, menulis, menulis dan menulis. Menulis dengan mesin tik sebelas jari setiap ada kesempatan.

Sampai suatu hari setelah enam bulan mengetik tulisan siang  dan malam. Salah satu tulisan saya dimuat di Koran dua mingguan EKSPONEN YOGYAKARTA. Aduh senangnya bukan main. Rasanya dunia ini jadi begitu indah. Saya lalu mengajak anak pak RW mengambil honor tulisan itu di jalan KH Dahlan. Memang besarnya hanya 500 rupiah, dan honor itu sendiri saya berikan ke anaknya pak RW. Maka sontak di desa itu nama saya jadi buah bibir dan terkenal, mahasiswa UGM itu ternyata pintar juga menulis. Tetapi yang lebih heboh lagi, dua minggu kemudian, koran Sinar Harapan Jakarta memuat tulisan saya dengan honor 27.500 rupiah begitu juga dengan Surabaya Post dengan honor 30.000 rupiah. Setelah itu tulisan saya sudah ada dimana-mana. Bayangkan teman-teman saya umumnya hanya punya wessel antara 15-25 ribu perbulan sementara saya sudah punya penghasilan dengan rata-rata 30 ribu perbulan.

Saya menikmati kehidupan masa muda saya di Gondolayu selama dua tahun. Pada tahun ke tiga saya sudah bisa menyewa kamar di Jetis Harjo tepat di depan Teknik Geologi UGM waktu itu. Sebagai mahasiswa penulis saya juga sudah punya sepeda motor, dan bisa membayar berbagai kebutuhan saya sebagai mahasiswa Yogya.  Setelah saya memasuki kuliah di tahun ketiga, maka dunia kepenulisan telah mulai memudar karena digantikan oleh dunia survei dan pemetaan. Dari segi penghasilan, tantangan kerja di lapangan ternyata dunia survei lebih menantang. Menulis bagi saya waktu itu hanyalah jadi selingan, sementara kehidupan saya sudah sepenuhnya di topang oleh pekerjaan survei dan pemetaan. Apalagi waktu itu saya juga diangkat sebagai Chief Surveyor untuk lembaga penelitian kerja sama UGM dan KemenPU dalam hal penelitian persawahan Pasang Surut. Kehidupan mahasiswa saya sangat mennyenangkan. Mandiri, penuh dinamik dan antusiasme.

Prajurit Dengan Gaji Terbatas

Setelah lulus Geodesi UGM, mencari pekerjaan masih tergolong Mudah. Kalau di perusahaan cuku Telpon Perusahaannya dan pekerjaan selalu Ada. Saya malkukannya dan sempat beberapa bulan kerja di perusahaan Swasta. Begitu juga kalau mau jadi PNS masih tergolong mudah. Hanya saja memang harus seperti “magang” dahulu. Maksudnya  Kementerian itu mau menerima, tetapi waktunya kan pada bulan-bulan tertentu. Jadi sebelum bulan itu datang, kita jadi “magang” dulu dengan mereka dengan upah sebesar 30% dari Gaji. Sekedar untuk bisa ongkos ke Kantor. Kebetulan saya dipanggil untuk ikut Wajib Militer. Maka jadilah saya prajurit TNI. Tetapi jadi prajurit gajinya juga terbatas, artinya kalau mengandalkan Gaji saja tidak cukup.


Ketika Di Fort Belvoir Virginia USA

Saya lalu ingat besaran gaji saat memulai meniti karier di TNI dahulu. Ya di tahun-tahun 1980an. Sebagai seorang perwira pertama dengan pangkat Letnan Satu total gajinya, sebesar Rp 90 ribu. Itu sudah termasuk ULP ( Uang Lauk Pauk). Artinya itulah semua. Hal yang sama untuk personil Pollri dan PNS, kalaupun beda besarnya kecil sekali. Tentu berbeda dengan karyawan swasta. Kalau perusahaanya baik, ya gajinya besar tetapi kalau perusahaanya biasa saja, maka gajinya juga menyesuaikan. Tetapi tetap penghasilannya masih lebih baik. Untuk menyicil Rumah BTN atau katakanlah Sewa rumah, waktu itu, sebesar Rp60 ribuan/bulan. Bisa dibayangkan bagaimana sisa uang Rp30 ribu itu bisa membiayai makan, pakaian, sekolah anak-anak dan transportasi kekantor dll dalam sebulan. Dalam kondisi keuangan seperti itu, kita juga harus menjaga “road Map” jenjang karier kita. Bagaimana kau bisa tampil sehat, kerja bersemangat dan dapat penilaian baik dari atasanmu? Terus terang tidak banyak yang bisa lolos dengan baik dalam hal seperti ini. Intinya adalah kau harus bisa mencukupi keperluan harian keluargamu terlebih dahulu dan kemudian baru bisa bertugas dengan baik di tempatmu bekerja. Kau harus paham dengan Pareto 80/20.  Tapi bagaimana kau melengkapi keperluan keluargamu? Itulah tantangannya.

Pada masa itu banyak sekali hal yang dilakukan oleh mereka-mereka yang mempunyai persoalan seperti ini. Ada yang nyambi jadi sopir angkot setelah selesai jam kerja. Ada yang buka warung di rumah kontrakannya. Ada juga yang membuka “lesehan” semacam pecel lele dan mengajak teman patungan. Ada yang jadi guru les privat, ada yang jadi petugas “ keamanan” di berbagai tempat usaha atau kegiatan malam. Biasanya para anggota prajurit/Polri yang punya “pergaulan” bisa memanfaatkan jejaring seperti ini. Bisa dibayangkan, bagaimana kinerja mereka ditempat kerjanya, kalau semalaman tidak tidur. Ada juga yang jadi “pengamanan” truk. Jadi anggota prajurit/polri itu sehabis kerja ikut duduk di kenderaan Truk. Dll ternyata dinamika kehidupan itu sangat “responsip”, banyak sekali ragamnya, sulit untuk mengatakannya satu persatu. Bahkan ada banyak yang juga bisa melihat peluang ditengah-tengah kondisi ekonomi seperti itu.


Saat di West Point USA

Pada zaman itu, setiap instansi yang memiliki peralatan yang banyak diminati oleh masarakat atau pengusaha (alasan, untuk membantu biaya pemeliharaan)  masih diperbolehkan untuk menyewakannya. Misalnya jajaran Kementerian PU, mereka boleh menyewakan alat-alat eskapator, stoom walls dsb. Begitu juga TNI., satuan yang mempunyai alat-alat berat seperti itu atau alat-alat “pemetaan”  bisa menyewakannya. Peluang ini sesungguhnya sangat “baik” dan bisa dimanfaatkan oleh anggota prajurit itu sendiri. Saya pernah melihat seorang prajurit bisa “menyewakan” alat-alat pemetaan dari satuan TNI terdekat kepada koleganya di seluruh Nusantara. Karena memang satuan itu ada di setiap Kodam, boleh dikatakan ada di setiap provinsi. Memang “komisi”nya tidak besar, dalam artian sang parjurit tersebut juga harus memikirkan nama baiknya dan nama satuannya. Tetapi yang jelas, kalau bisa memanfaatkannya dengan baik maka ada “pemasukan” yang bisa diperoleh dari kegiatan tersebut.

Hal lain juga sangat khas, khususnya pada prajurit TNI/Polri dan PNS yang bisa berbahasa inggeris atau bahasa lain seperti Jerman, Belanda Dll. Pada masa itu masih sangat banyak kesempatan untuk bisa mengkuti “pendidikan” di luar negeri. Kelebihannya pendidikan di luar negeri apa? Pertama sesuai dengan jenjang kariernya, karena secara langsung bermanfaat untuk meningkatkan SDM di tempat dia bekerja. Penilaian kantornya pasti bagus. Hal lain yang lebih menarik lagi adalah honor yang diterima saat mengikuti pendidikan tersebut. Misalnya untuk prajurit TNI/Polri (waktu itu masih bersatu) dalam satu hari pendidikan di luar negeri minimal mereka memperoleh $10 dari TNI dan $14 dari Kementerian Pertahanan belum lagi dari Negara yang menyelenggarakannya. Besarnya tidak mesti tetapi biasanya sudah menyediakan semua fasilitas dan sarana selama pendidikan. Mulai dari apartemen, makan minum, rekreasi dan uang saku. Artinya kalau prajurit tersebut mau berhemat maka ia akan dengan mudah memperoleh $24-$35 perhari selama ia mengikuti pendidikan. Umumnya mempunyai rentang waktu antara 3-6 bulan. Kalau di hitung dengan kurs pada waktu itu, setara dengan Rp24-35 ribu perhari. Bayangkan dengan gaji yang hanya Rp90 ribu per bulan. Peluang yang sungguh tidak dinyana. Terus terang penulis juga ikut memanfaatkan kesempatan ini. Dari beberapa Sekolah ke dinasan saya, hanya dua yang saya ambil dalam negeri selebihnya saya ambil di luar. Mulai dari Amerika, Autralia, dan Inggeris. Berkat dengan semangat itu. Saya bisa belajar di  Mapping Charting And Geodesy Course (DMA,USA,1984) ; Map Control Survey Course (Aust,1988); Mapping And Manegement Border Area Course (Aust,1993); Rasvy Regimen tal Officer Course (Aust,1994) dan MBA (Leicester Univ, 1998)

 

Mengabdi pada Nusa dan Bangsa

Hal lain yang memungkinkan bisa dikerjakan oleh anggota prajurit/Polri atau PNS adalah menulis. Ya menulis untuk mengejar Honor. Besaran honor menulis pada waktu itu jauh labih besar daripada saat ini. Kenapa saya berani bilang begitu? Pada masa-masa itu harga satu artikel untuk harian sekelas Kompas, Sinar Harapan dan Surabaya Post bisa mencapai antara Rp27.500-35.000. Sementara Koran-koran Lokal seperti Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Merdeka, Yudhagama Dll bervariasi mulai dari Rp 1.500-3.500 per artikel. Jadi dengan bisa menulis 2 artikel dalam sebulan di harian sekelas Sinar Harapan, atau Surabaya Post, atau Kompas ditambah dengan 4 artikel di harian lokal maka anda bisa memperoleh Rp 50.000-65.000. lumayan kan? Bandingkan dengan gaji yang sebesar Rp 90.000 perbulan. Penulis sendiri, pada waktu itu juga memanfaatkan kemampuan menulis untuk mencari penghasilan tambahan. Saya kebetulan di ajak teman untuk bergabung dengan Majalah Elektronika di Bandung. Disamping menjadi anggota redaksi tersebut, saya juga menjadi penulis buku. Saya punya kesepakatan dengan Penerbit. Waktu itu, setiap naskah buku yang saya serahkan saya dibayar Rp 1.000.000 ( satu juta ). Dengan catatan, besarnya honor penulisan 12.5 % dari harga buku. Jadi besaran satu juta itu adalah pembagian honor yang dibayarkan di depan, yang nantinya akan diperhitungkan kemudian. Kesepakatannya biaya itu, adalah biaya untuk membantu penulisan; seperti biaya untuk pembelian buku-buku referensi dan kebutuhan lainnya.