Saya sendiri punya jurus kehidupan langka tapi hemat saya pas. Misalnya dalam mencari tempat Kos, carilah di wilayah kota yang tidak ada listriknya. Maksudnya agar segalanya lebih terjangkau dan murah. Lokasi itu saya temukan, yakni di Gondolayu, pinggir kali Code. Memang kondisinya kumuh, dan tempat mandinya juga di sumur-sumur seadanya di pinggiran kali code itu. Tapi bagi anak kampung seperti saya jelas itu jauh lebih baik dari di Kampung saya. Waktu itu saya malah dapat tempat kost yang tidak perlu bayar apa-apa.
Rahasia
Menjadi
Seorang Penulis, Kisah Ketika Semua Jalan
Seolah Tertutup
Pernah dengar dengan istilah tentang anak batak di perantauan
kan? Batak tembak langsung. Tapi ini untuk setting ceritra tahun tahun 70an.
Itu menurut saya adalah upaya untuk menggambarkan anak-anak batak yang di
kampungnya sana, dia dengan segala keterbatasannya. Dia yang aslinya belum tahu
apa-apa, dia yang tidak tahu apa itu universitas, apa itu aturan lalu lintas
jalan; tidak tahu mana saatnya stop dan mana saat jalan ketika melihat lampu
setopan “abang-ijo” di jalanan. Tetapi semua itu tidak menyurutkan semangat
mereka untuk melanjutkan kuliah ke Jawa. Banyak dari mereka yang kondisi orang
tuanya, sungguh tidak memungkinkan untuk membiayai kuliahnya. Tapi anak-anak
batak itu tetap nekad. Saya salah satu diantaranya. Saya waktu itu, hanya
berbekal uang sebesar 15 ribu rupiah dengan kesanggupan orang tua biaya bulanan
satu ribu perbulan, dengan tujuan Yogyakarta. Ongkos kapal waktu itu
sudah 6 ribu, uang daftar di UGM 3 ribu. Belum lagi ini itu, jelas membaginya tidak bisa atau
sangat sulit sekali.
Tapi
itulah jalannya kehidupan, panggilan suratan tangan. Sesungguhnya kisah itu
sendiri jauh lebih menarik kalau dituliskan dengan hati. Bagaimana anak kampung
dengan semua ke idiotannya menapaki hidup di kota besar metropolitan.
Umumnya teman-teman meski tetap terbatas, tetapi umumnya punya uang
bulanan bervariasi, antara 15-25 ribu perbulan. Tapi hal itu sama sekali tidak
memberi pengaruh. Saya bersyukur karena meski dengan berbagai keterbatasan itu,
ternyata saya diterima kuliah di UGM. Saat itu sebuah pencapaian luar biasa.
Tetapi dengan uang satu ribu rupiah perbulan jelas ini sebuah tantangan. Oh ya,
waktu itu harga beras per Kg baru Rp 30. Tantangannya nyata dan sungguh luar
biasa.
Saya
sendiri punya jurus kehidupan langka tapi hemat saya pas. Misalnya dalam
mencari tempat Kos, carilah di wilayah kota yang tidak ada listriknya.
Maksudnya agar segalanya lebih terjangkau dan murah. Lokasi itu saya temukan,
yakni di Gondolayu, pinggir kali Code. Memang kondisinya kumuh, dan tempat
mandinya juga di sumur-sumur seadanya di pinggiran kali code itu. Tapi bagi
anak kampung seperti saya jelas itu jauh lebih baik dari di Kampung saya. Waktu
itu saya malah dapat tempat kost yang tidak perlu bayar apa-apa.
Persoalan berikutnya
adalah bagaimana hidup dengan uang sebesar itu? Memang harga beras waktu itu
per kilonya juga masih rp 30 rupiah. Jadi 10 kg harganya sebesar 300 rupiah.
Tapi hidup dengan uang 700 rupiah perbulan, sudah termasuk semuanya secara
logika itu tidak masuk akal. Teman saya yang waktu itu kost di asrama Realino,
bayarannya sudah 15 ribu rupiah per bulan. Tapi saya sangat percaya jalan pasti
ada. Saya yakin sekali jalan untuk itu pasti ada. Cuma sayangnya
saya belum tahu. Dari berbagai analisa yang saya lakukan, maka jalan yang
tersedia adalah jadi penulis di koran harian. Karena menulis tidak terikat
waktu, tidak menggangu waktu kuliah. Tapi menulis untuk bisa dimuat di koran
tentunya, bukanlah tulisan yang dibuat oleh penulis seperti saya yang tidak
tahu apa-apa tentang menulis. Tapi jalan itu jelas terbuka. Dan saya percaya
jalan saya ada di sana. Cuma bagaimana memulainya.
Saya beruntung dan
tergolong anak anak yang mudah beradaptasi, dan dengan cepat saya mendapatkan
tugas sebagai pembersih dan penunggu “kantor” RW. Sebagai petugas RW saya boleh
memakai sarana itu kapan saja, tugas saya hanya merawat kantor dan mengetikkan
dan menyampaikan surat-surat dinas dan undangan. Entah bagaimana ceritanya, pak
RW malah membolehkan saya tinggal di situ, lengkap dengan makan minum gratis di
warung yang ada di dekat kantor itu. Coba bayangkan, alangkah murahnya hati pak
RW itu. Tuhan menolongku lewat kebaikan hati pak RW. Sederhananya saya dapat
pekerjaan jadi penjaga dan merawat kantor RW tanpa upah, tetapi sebaliknya saya
bisa tinggal di kantor itu dan dapat makan di warung yang ada disamping kantor.
Sungguh pencapaian yang luar biasa dan, itu saya peroleh ketika saat mandi di
pinggiran kali code.
Sungguh saya sangat
bersyukur karena “tangan Tuhan” memberikan saya begitu mudahnya dan semuanya.
Tempat tinggal dengan semua sarananya, malah ada listrik, air ledeng dan mesin
tik kantor yang bisa saya pakai sampai pagi. Padahal umumnya warga di situ ya
hanya dengan lampu teplok dan air sumur. Waktu itu, sasaran dan tekad saya
hanya satu jadi penulis. Menulis untuk mendapatkan honor bagi kelanjutan
kuliah. Sebagai mahasiswa UGM akses ke perpustakaan terbuka lebar, bahan bacaan
saya melimpah. Meski saya tidak atau belum bisa berbahasa inggeris, tapi
anehnya saya merasa ngerti apa yang dimaksudkan oleh tulisan dalam buku-buku
atau majalah berbahasa inggeris itu. Jadi seolah ide tulisan itu bisa saya
tangkap untuk kemudian saya tuliskan dalam aroma dan suasana kehidupan sosial
masyarakat kita. Saya terus menulis, menulis, menulis dan menulis. Menulis
dengan mesin tik setiap ada kesempatan.
Sampai suatu hari setelah
enam bulan mengetik tulisan siang dan malam. Salah satu tulisan saya
dimuat di Koran dua mingguan Eksponen Yogyakarta. Aduh senangnya bukan main.
Rasanya dunia ini jadi begitu indah. Saya lalu ajak anak pak RW mengambil honor
tulisan itu di jalan KH Dahlan. Memang besarnya hanya 500 rupiah, dan honor itu
sendiri saya berikan ke anaknya pak RW. Maka sontak di desa itu nama saya jadi
buah bibir dan terkenal, mahasiswa UGM itu ternyata pintar juga menulis. Tetapi
yang lebih heboh lagi, dua minggu kemudian, koran Sinar Harapan Jakarta memuat
tulisan saya dengan honor 27.500 rupiah. Setelah itu tulisan saya sudah ada dimana-mana.
Bayangkan teman-teman saya umumnya hanya punya wessel antara 15-25 ribu
perbulan sementara saya sudah punya penghasilan dengan rata-rata 30 ribu
perbulan.
Saya percaya kemudahan
itu, memang diberikan Tuhan pada saya karena saya telah meminta kepadaNYA. Saya
telah melakoni hidup dengan penuh adaptasi, menjaga hubungan baik, menjadi anak
muda yang santun dan ringan tangan. Saya tahu banyak orang yang bersimpati
dengan upaya saya, ditambah lagi doa kedua orang tua setiap saat. Sejujurnya
saya juga tahu dan yakin bahwa dalam perjalanan kehidupan saya, Tuhan pasti
membantu saya dan yakin seyakin yakinnya bahwa pertolongan Tuhan pasti datang
bila sudah tiba saatnya. Saya hanya perlu bersabar, bersabar dan ihtiar. Tapi
kapan? Itulah rahasiaNYA. Karena itu saya melakukannya dengan yang terbaik,
dengan empati serta dibalur dengan semangat pantang menyerah. Berkarya dengan
merebut HatiNYA. Dengan referensi seperti itu, saya ingin menuliskan buku ini
bagi anak-anak muda zaman sekarang. Zaman dimana semua serba ada dan serba
tinggal sentuh.
MENULIS DI ERA DOT COM. Para
pembaca yang budiman, era dot com ini adalah era para penulis memerlukan
penyesuaian dari pola lama yang hanya fokus pada penulis buku tradisional untuk
kemudian menjadi penulis yang memahami era dot com, memahami berbagai sarana,
fasilitas serta software yang memudahkan mereka untuk berkarya dalam bidang
tulis menulis yang sudah mereka senangi. Karena akan sangat sulit bagi seorang
penulis yang masih tertinggal dan bertahan dengan pola tradisi lama.
Tamsilannya anda bisa bayangkan bagaimana seorang penulis di zaman seperti
sekarang ini masih mengan dalkan mesin tik dalam cara berkaryanya. Memang tidak
ada yang salah di sana, tetapi membayangkan anda masih mengetik sembari
memberikan koreksi di sana sini dengan mempergunakan tip-Ex tentulah sungguh
sebuah Ironi. Siapapun memerlukan perubahan, dan perubahan membutuhkan
penyesuaian. Anda perlu menyesuaikan diri dengan era dot com. Dunia dimana
semua serba terbuka transparan dan sederhana, asal tahu caranya.
Apakah seorang penulis
zaman ini bisa mengabaikan kehadiran jejaring sosial? Jejaring sosial seperti
Facebook, Twitter, Linked-In, StumbleUpon, Tumblr, Google, Yahoo, Bing dll?
Jawabannya jelas Tidak. Anda perlu minimal memahaminya tetapi lebih baik lagi
menguasai ilmunya. Sementara
penulis lainnya justeru telah berada dari bagian jejaring sosial itu sendiri.
Saya masih ingat pengalaman sebagai penulis artikel koran di tahun 70an. Kita
harus berlangganan beberapa koran utama, atau sering nongkrong di kios-kios
koran langganan untuk sekedar melihat apakah tulisan kita dimuat pada hari itu
apa tidak? Atau untuk mengetahui berita atau isu apa yang lagi “in” di berbagai
media masa. Menulis pada waktu itu sungguh membutuhkan ketelatenan dan cerdas
menyimpan informasi yang bakal jadi referensi bagi tulisan-tulisan berikutnya.
Bayangkan, sekarang dengan perangkat komputer semua bisa dilakukan dengan
mudahnya, dan bisa dilakukan dari mana saja sejauh ada koneksi online.
Buku
ini bisa terbit tidak lepas dari bantuan dari para sahabat, baik itu berupa
saran dan juga mereka yang ikut menambahkan berbagai masukan untuk
disertakan dalam tulisan buku ini. Memang ada beberapa yang terpaksa di tunda
karena kalau dimasukkan takut akan terlalu jauh melebar dan memanjang. Padahal
niat dari sananya hanya ingin membatasinya sampai pada memanfaatkan kemampuan
menulis untuk membuka jalan kehidupan baru. Seperti pengalaman penulis sendiri,
benar-benar merasakan betap besar manfaatnya menulis pada saat “semua jalan
seolah tertutup”. Dengan menulis malah bisa dpercaya ia bisa memberi solusi dan
juga bahkan mengantarkan kita ke jalan berikutnya. Jalan yang juga tidak kalah
menariknya.
Saya
berterima kasih kepada rekan-rekan sesama peneliti semasa di CDBR (center
defence border reasearh) Universitas Pertahanan di era tahun 2012 seperti Dr
Sobar Sutisna, Dr MD La Ode, Dr Nano Supriyatno Dll yang tidak bisa saya
sebutkan disini; yang ternyata adalah para penulis dan pembicara
handal yang kemudian terus berkembang diatas keahlian utamanya masing-masing.
Berdiskusi dengan mereka rasanya tiada bahan yang tidak bisa diurai untuk
dituliskan kembali.Termasuk dengan kesediaan mereka diajak kapan saja (lewat hape)
untuk berbagi informasi dan sudut pandang. Sedikit banyak pengaruh seperti itu
ada pada Buku ini.
Penulis era dot com
adalah penulis yang dituntut untuk dapat memahami dunia online. Penulis yang
mengerti tentang SEO terkait penulisan artikelnya baik buat blog, terkait
sosial media, press release, e-book dan menulis buku serta cara-cara
penerbitannya. Karena itu penulis akan berusaha sekuat yang bisa untuk tetap
konsisten agar alurnya mengacu kepada penulis di era online. Penulis yang
berusaha memanfaatkan kemampuan menulisnya untuk kehidupannya, terserah seperti
apakah kehidupannya itu sendiri. Sebab menulis di era online ini tidak
terhingga peluangnya. Anda bisa jadi penulis di media masa, jadi penulis buku,
penulis E-book, penulis artikel untuk berbagai website atau
blog. Penulis bayaran, penulis Gostwriter dll. Begitu banyak sehingga
tidak kuat untuk menuliskannya satu persatu serta dengan imbalan yang juga
tidak kalah menariknya.
Bayangkan di meja anda
seolah dihadirkan ruang buku perpustakaan atau referensi yang besarnya lebih
besar dari lapangan sepak Bola Gelora Bung Karno? Yang benar? La iyalah. Coba
anda bayangkan betapa hebatnya layanan informasi yang bisa anda dapatkan lewat
Google (www.google.com), Bing, Yahoo dll. Coba ketikkan apa saja di Search
engine Google misalnya, maka dalam hitungan detik anda akan disuguhi ratusan
juta info terkait apa yang anda mintak. Itu bermakna ratusan jutaan lembar
buku, yang kalau anda masukkan dalam satu ruangan; sungguh tidak terbayang
betapa besarnya ruangan yang anda perlukan. Kehidupan era Dot Com benar-benar
informasi Dunia ini ada dalam jinjingan tangan anda; ruaarrr biasa. Kalau kita
tidak bisa memanfaatkannya, maka yang konyol itu siapa?
UNTUK SIAPA BUKU SAYA
TULIS. Pertama-tama dan terus terang buku ini cocok bagi mereka yang
aslinya memang seorang penulis atau mereka yang hobby nya sebagai penulis
tetapi juga suka kehidupan Online, apakah itu sebagai penggiat jejaring sosial
seperti Facebooker, Tweeter, Linked-In, Instagram, Stumble Upon, Tumblr atau
sebagai seorang blogger, atau para affiliasi atau affiliate marketing atau
pebisnis online. Buku ini meski masih penuh dengan keterbatasannya tetapi satu
hal yang dapat anda petik dari Buku ini yakni bisa mendapatkan berbagai peluang
baru dalam dunia penulisan serta sekaligus mulai membangun bisnis Online
kepenulisan itu sendiri. Buku ini sesungguhnya memperlihatkan dunia dot com,
dengan berbagai celah dan peluang yang ada di dunia online dilihat dari sisi
seorang penulis. Bahwa apakah anda nantinya tetap sebagai seorang penulis buku
yang memahami dunia dot com atau penulis yang sepenuhnya mampu memnfaatkan
dunia online bagi kepenulisan anda sendiri. Terserah anda.
Sebagai Blogger misalnya,
anda dengan mudah melakukan sesuatu yang bisa dan potensil menghasilkan uang
tambahan bagi anda. Pertama dengan buku ini diharapkan anda mengetahui dunia
dot com, dan dengan kemampuan anda sebagai penulis dapat menulis berbagai
artikel di blog yang SEO friendly, berbagai artikel yang benghantar blog anda
sehingga ia mampu jadi blog yang menjadi trenzetter, yang banyak dikunjungi.
Sebuah kesempatan yang bisa anda jadikan sebagai ladang baru dalam mendapatkan
penghasilan, baik dari pemasukan iklan dan juga “monetize” blog anda sendiri.
Di ujung semua itu anda masih bisa menjadikan blog anda sebagai tempat yang
nyaman untuk mengumpulkan dan memperkenalkan tulisan-tulisan anda lainnya, baik
yang berupa laporan, berupa E-Books atau buku-buku baru anda yang memberikan
manfaat bagi pengunjung Blog Anda. Nanti bila tiba saatnya anda bisa membukukannya sesuai
genre yang ada. Semua itu akan membawa kemaslahatan tambahan bagi
anda baik dari sisi glamornya kehidupan Dot Com atau secara finacial sekalipun.
Sasaran
utama adalah mereka yang senang dengan kehidupan sebagai penulis tetapi masih
awam dengan kehidupan atau peluang menulis secara Online, bagi mereka buku ini
diharapkan dapat menjadi pembuka jalan untuk mereka membuka diri dengan era
baru yang lebih baik lagi. Jika Anda seorang penulis dan sedang mencari cara
yang cepat, sederhana, dan terbukti mampu menghasilkan uang serta menciptakan
gaya hidup dot com, maka buku ini bisa menjadi sesuatu yang sesuai dan bisa
saya tunjukkan untuk Anda. Lihat, itu bukan rahasia kehidupan dot com tapi cara
ini jelas mampu menciptakan lebih banyak jutawan dari penulis yang ada di
Nusantara. Maksudku, menghasilkan uang melalui kegiatan penulisan serta
membawanya ke dunia bisnis menulis online yang ada di dalam jaringan dot com.
Benang
merahnya adalah sebagai penulis di zaman dot com anda perlu membuka diri dengan
dunia online, anda harus memulai nya dengan menulis artikel yang disukai oleh
mesin pencari seperti Google, Bing, Yahoo dll. Untuk menulis artikel yang
mereka sukai, tentu anda harus memahami apa yang disebut dengan dunia blog dan
tulisan-tulisan yang SEO frindly. Sebagai penulis anda juga memerlukan
pembangunan Brand anda sendiri, semua itu tersedia di dunia dot com, mulai dari
yang gratis sampai yang berbayar. Idenya andalah anda harus memulai dan
mengembangkan brand kepenulisan anda sendiri. Cara ini adalah salah satu cara
terbaik untuk memiliki lebih banyak peluang yang bisa memberikan
penghasilan, fleksibilitas, gaya hidup dot com dalam kehidupan Anda.
MENGAPA BUKU INI SAYA TULIS. Terus terang saya terinspirasi oleh banyaknya para
penulis muda yang kemampuan menulisnya sungguh memukau. Tetapi mereka seolah
tidak mampu menemukan pasarnya, sebab begitu mereka ke penerbit maka jelas
kelasnya belum sampai. Para penerbit saat ini sudah membuat standar tersendiri.
Para penerbit yang umumnya hanya akan bersedia menerbitkan buku-buku yang sudah
jelas ada pasarnya, pasar yang minimal bisa menyerap sebanyak 5000 examplar
pertahun. Jelas itu bukanlah dunia bagi penulis pemula. Tetapi pada saat yang
sama dunia dot com memberikan begitu banyak peluang bagi para penulis. Dunia
online telah hadir dan mampu menerima anda apa adanya.Kalau anda punya ilmunya,
maka anda dengan mudah dapat mulai membangun Image atau brand anda meski dengan
modal gratis.
Kadang
ada juga diantara mereka yag sudah memasuki dunia dot com, pandai menulis serta
mempunya gaya menulis yang untuk pemula sebenarnya sudah jauh diatas rata-rata,
bagus dan mengesankan tetapi hanya sebatas itu. Ada juga anak anak muda yang
mengisi blognya dengan berbagai banner, iklan dan sejenisnya yang sebenarnya
sedikit mengganggu bagi para pembaca mereka, yang pada ujungnya bisa membuat
para pembaca mereka meninggalkan blog, yang menyebabkan berkurangnya fans
setia. Hal-hal seperti itulah yang membuat saya ingin menuliskan buku
ini. Kalau cara mereka menyajikannya baik dan tahu cara menempatkan media
sosial di dalamnya secara benar, maka semua dapat manfaat. Para pembaca tahu
produk yang sesuai dengan topik bahasan serta bermanfaat bagi mereka, dan
pengelola blog sendiri bisa mulai menulis sesuai genre yang ia suka.
Tapi anda juga harus
realistis. Sebagai contoh misalnya kita melihat para penulis E-Book di Amerika.
Di sana tercatat ada lebih dari 35 juta orang blogger, dan hanya 5 %
diantaranya yang mencoba melihat segmen E-Book sebagai sesuatu yang potensil
untuk memberikan mereka penghasilan. Memang dunia E-Book beda dengan Buku.
Bayangkan kalau anda sebagai penulis di sana, anda dengan mudah mendapatkan
berbagai bahan tulisan yang berupa PLR, RR dan MRR mereka dengan mudah
memodifikasi bahan-bahan seperti itu sesuai dengan genre yang mereka kuasai.
Kalau E-Book nya sudah jadi mereka tinggal meng-Up Load nya ke Amazon.com atau
Swordmans.com dll yang sejenis maka E-Book mereka sudah bisa memasuki pasar
internasional yang potensinya luar biasa. Kalau E-Book anda di sukai pasar
meski dengan harga $2 tetapi kalau terjual 5000 copies saja, anda
sudah mendapatkan $10.000 atau setara dengan 120 juta rupiah. Sesuatu yang tidak
terbayangkan sebelumnya.
No comments:
Post a Comment