Apa Kata Si Penulis Dari Perbatasan?
Pengalaman Jadi Penulis Kejar
Honor
Oleh Harmen Batubara
Pada waktu itu, ketika masih
mahasiswa UGM ditahun-tahun 75an. Satu satunya untuk mendapatkan uang yang saya
tahu barulah dari sisi penulisan. Ya jadi penulis di Koran Harian. Tetapi terus
terang kala itu honor tulisan juga tergolong cukup besar. Untuk satu tulisan
jenis artikel Opini di harian Kompas, Surabaya Post, Sinar Harapan berpariasi
mulai dari Rp 25 – 35 ribu. Harga 1 kg beras waktu itu Rp 30. Jadi satu tulisan
itu bisa memperlah satu ton beras. Sementara untuk Koran local (Kota) biasanya
antara Rp 1500 sampai Rp3500 per artikelnya. Kalau di bandingkan dengan
sekarang memang sangat jauh berbeda.
Mengirimkan artikel ke Koran atau
umumnya kolom opini di media massa, mungkin menjadi dambaan bagi para penulis.
Entah menulis untuk koran berskala
nasional atau pun lokal, yang jelas ada prestise tersendiri bagi penulisnya
serta kepuasan berbagi perspektif pada masyarakat. Namun demikian, kita harus
punya perhitungan. Sebab kita akan bersaing dengan banyak penulis profesional.
Keraskah persaingan itu? Jawabnya tentu relative. Kalau tulisan anda memang
bagus dan berkualitas serta pada waktu yang tepat, maka kemungkinan artikel
anda untuk dimuat besar sekali. Tetapi apakah itu suatu jaminan? Tentu tidak,
sebab pada ahirnya yang berhak menentukan dimuat tidaknya tulisan anda tersebut
tergantung Redaksi dan Pimpinan Redaksinya.
Dalam upaya menulis di media arus
utama ini, kita perlu banyak belajar dari penulis lain tentang keberhasilan
mereka menembus media massa. Yakni dengan membaca artikel-artikel mereka serta
memperhatikan waktu artikel tersebut dimuat.
Salah satu rubrik paling polpuler adalah opini, dimana banyak penulis
profesional begitu antusias menulis di sini. Karena itu, saya ingin
mengatakannya di sini, bahwa mencoba kemampuan menulis anda bisa diukur dari
sisi ini. Meski demikian bukan berarti sebuah tulisan yang tidak bisa dimuat di
suatu kolom opini Surat Kabar berarti tulisan tersebut jelek. Dalam hal ini ada
terpaut soal selera. Tetapi sebagai calon penulis professional hal seperti ini
bisa jadi pertanda. Mampukah anda membuat tulisan dan dimuat di Koran tersebut.
Mulailah berjenjang, urutkan dari Koran kecil di kota anda, kemudian ke kota
tetangga dan seterusnya hingga Koran terbaik di negeri ini. Menurut saya ide
seperti itu akan mampu menumbuhkan adrenalin kepenulisan anda, dan itu sesuatu
yang menarik.
Saya pernah berada pada kondisi
seperti itu, tetapi motivasinya berbeda. Waktu tahun-tahun 75 an saat masih
mahasiswa di UGM Yogyakarta, saya berjuang untuk bisa menjadi penulis Koran
demi mendapatkan honornya. Saat itu belum ada computer, belum ada wifi dan
kehidupan Online. Yang ada barulah mesin tik dan Tip Eks sebagai penghapusnya.
Di tengah berbagai keterbatasan dan kegiatan perkuliahan, saya melakukan
pelatihan menulis dengan otodidak ( Kisah selengkap nya sobat bisa lihat dibuku
saya: Ketika Semua Jalan Seolah Tertutup… Menulis Malah Memberiku Semuanya).
Hasilnya setelah enam bulan berjuang barulah satu tulisan saya dimuat di
Koran Dua Mingguan Eksponen di jalan KH
Dahlan-Yogyakarta. Senangnya bukan main.
Dua bulan berikutnya, hampir
semua Koran nasional sudah menerbitkan artikel-artikel saya. Yang Paling
melegakan, saya dapat mempertahankan penghasilan honor dari tulisan saya tiap
bulannya antara 17-35 ribu rupiah. Sutau capaian yang tidak sederhana. Saya
masih ingat anak bupati yang kostnya di Realino waktu itu wesselnya baru
sebesar Dua puluh lima ribu rupiah. Harga beras per Kg baru tiga puluh rupiah.
Jadi harga satu artikel di harian Nasional seperti Kompas-Sinar Harapan dan
Surabaya Post waktu itu bervariasi antara 17,500 sampai 30,000 rupiah atau
setara dengan 580 kg -1000 kg beras ukuran sedang, sementara Koran Lokal
seperti Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat dan Suara Merdeka bervariasi antara
1500-2500 rupiah. Berkaca dengan pengalaman ini maka menjadi penulis professional
adalah soal kemauan.
Pakailah Tip Sederhana Ini Inilah beberapa tips atau kiat yang umumnya
dilakukan para penulis pemula, sehingga tulisannya berhasil menembus media. Di
antaranya;
Perhatikan gaya penulisan media
tersebut. Demikian juga dengan gaya penulisan opininya di koran tersebut, sebab
masing-masing media mempunyai standar dan selera penulisan yang berbeda.
Topik Aktual. Koran terbit setiap
hari, isu berubah setiap saat. Untuk menulis topik aktual, tantangannya
adalah untuk tidak hanya mengerti
isu-isu terdahulu tapi juga memprediksi isu yang akan datang. Karena itu
mengikuti isu yang tengah berkembang di media tersebut, namun bukan semacam
berita melainkan opini dengan berbagai perspektif. Sebagai penulis opini, kita
dituntut cermat menghadirkan perspektif baru untuk mengurai persolan yang
tengah terjadi bahan penulisan melalui tersebut tersebut.
Ide Orisinal, Bukan Plagiat
atapun Kompilasi. Terkadang data didapat dari tulisan lain. Tapi yang perlu
diperhatikan, jangan sampai data itu justru menjadi yang utama dalam tulisan.
Kembangkan ide terlebih dahulu baru kemudian data mengikuti.
Argumentasi Logis.Logisme adalah
syarat mutlak supaya ide dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Karena,
tujuan menulis sejatinya adalah untuk menyumbangkan solusi dan tidak
bertele-tele. Kurangi kata ‘kita’. Karena kata ‘kita’ mengesankan tulisan
tersebut adalah tajuk rencana atau tulisan untuk meyapa redaksi. Sebut saja
saya atau penulis kecuali kalau sifatnya memang sudah common sense.
Mengikuti Aturan.Perhatikan betul
ejaan yang digunakan. Perhatikan pula aturan yang ditentukan oleh redaksi,
misalnya: jenis tulisan, jumlah karakter, margin, spasi, dan seterusnya.
Sebaik-baiknya tulisan tapi jika tidak mengikuti aturan tetap akan ditolak oleh
redaksi. Kemudian menggunakan Bahasa yang Sopan.Keba nyakan media kini menerima
tulisan melalui e-mail. Karena kemudahan ini, terkadang kaidah dan etika
menulis surat terabaikan. Tulislah isi e-mail dengan sapaan kepada redaksi dan
berisi maksud e-mail tersebut dengan bahasa yang sopan. Dengan begitu, redaksi
jadi lebih merasa dihormati.
Perbanyak referensi. Sebuah
tulisan akan sulit meyakinkan redaksi kolom opini jika referensinya kurang
meyakinkan, entah itu sebagai data penguat, atau teori yang digunakan dalam
menopang perspektif tulisannya. Meski referensi yang berlebihan juga pasti akan
menyebalkan, dan itu tentu tidak disukai.
Afiliasi dalam sebuah lembaga
atau organisasi. Biasanya, background seorang penulis opini juga dipertim
bangkan. Hal ini bisa dimaklumi, misalkan anda seorang peneliti dari lingkungan
Kementerian Pertahanan. Meskipun apa yang anda tuliskan sebenarnya tidak jauh
beda dari penulis lainnya, tetapi latar belakang anda dari Kementerian terkait
telah mempunyai nilai tersendiri bagi mereka. Lagi pula Harian tersebut ada
juga keinginan untuk melahirkan penulis dari lingkungan Kementerian Pertahanan.
Dari pengalaman penulis sendiri, sering terasa ada perhatian dari Redaksi
terkait dimana posisi penulisnya. Saya masih ingat takkala penulis melakukan
penegasan batas antara Indonesia dan Papua New Guinea, semua tulisan yang saya
kirimkan dari lokasi tersebut dimuat oleh media yang saya kirimi. Begitu juga
pada saat saya melaksanakan Kuliah Kerja Nyata, semua tulisan-tulisan dari
lapangan tersebut dimuat oleh media yang saya kirimi. Kesan saya waktu itu,
redaksinya seperti ingin membantu penulisnya. Dengan kata lain latarbelakang si
penulis termasuk sesuatu yang jadi pertimbangan redaksi.
Juga jangan lupa untuk
melampirkan data diri penulis. Syarat yang satu ini juga penting. Jangan lupa
cantumkan scan KTP atau tanda diri lainnya seperti nomor NPWP, nomor rekening
(biasanya ada honor untuk penulis), dan foto diri . Untuk syarat seperti ini,
biasanya agak berbeda antara Koran yang satu dan lainnya, karena itu perlu
disesuaikan dengan permintaan media bersangkutan.
No comments:
Post a Comment