Karya Sastra Inspirasi Kebangsaan
Sastrawan dan karya-karyanya memiliki
potensi besar menjadi inspirasi dan menjaga nilai keindonesiaan. Tidak sekadar
berorientasi pasar, karya sastra juga memiliki peran mengedepankan beragam sifat
positif masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik. "Sastrawan bisa
berkontribusi menyelesaikan beragam masalah, seperti merosotnya kewibawaan
negara, melemahnya sendi ekonomi, serta merebaknya intoleransi dan krisis
kepribadian," kata Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Yuddy Chrisnandi, dalam penganugerahan penghargaan Rancage 2015 di
Bandung, Sabtu (22/8). Yayasan Kebudayaan Rancage memberikan
penghargaan bagi sastrawan dan karya sastra Sunda, Jawa, Bali, dan Batak pada
penganugerahan ke-26 itu. Penghargaan juga diberikan kepada orang yang berjasa
terhadap bahasa-bahasa daerah itu.
Tahun
ini, hadiah sastra Sunda diberikan kepada Dian Hendrayana yang piawai memaknai
sastra warisan leluhur agar tetap segar dan orisinal. Penghargaan jasa sastra
Sunda diberikan kepada Aam Amalia yang berperan besar menciptakan karya hingga
mendidik calon pengarang bahasa Sunda. Penghargaan sastra Jawa diberikan kepada Triman Laksono yang
menyuarakan kesenjangan sosial. Jasa sastra Jawa diberikan kepada
peneliti sastra Indonesia dan Jawa di Balai Bahasa Jawa Timur, Yulintin
Sungkowati.
Penerima
penghargaan I Gede Putra Ariawan memperkenalkan kearifan lokal masyarakat Bali.
Adapun jasa untuk sastra Bali dianugerahkan bagi I Nyoman Adiputra, pencipta
karya sastra Bali tradisional dan modern. Untuk
pertama kalinya, Yayasan Kebudayaan Rancage memberikan hadiah untuk sastra
Batak. Piagam dan uang Rp 5 juta diberikan kepada Saut Poltak Tambunan. Dia
banyak bercerita tentang adat istiadat di Sumatera Utara. Jasa dalam bahasa
Batak diberikan untuk Leonardus Egidius Joosten, imam Katolik yang memelihara
dan memajukan kebudayaan Batak di Tapanuli Utara dan Karo.
Ketua
Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage Ajip Rosidi berharap hadiah sastra itu
mengangkat minat baca masyarakat terhadap sastra daerah. Saat banyak buku
bahasa daerah diterbitkan dan dibaca, bahasa ibu di tiap daerah bisa lestari. Saut Poltak Tambunan, peraih Rancage untuk
sastra Batak, mengucap syukur untuk hadiah sastra itu. Ia berharap khazanah
kearifan lokal kian diperkaya, dijaga, dan diteladani. (CHE) ( Sumber : Kompas, Agustus 24,2015)
No comments:
Post a Comment